June 25, 2009

REVIEW: TRANSFORMERS: REVENGE OF THE FALLEN





































"The Transformers were on Earth ... a long time ago"

Gila bangeeeeeeeet, di hari pertama penayangannya yang serentak worldwide, Transformers - Revenge of the Fallen berhasil bikin semua orang kalang kabut, termasuk di Indonesia. Gimana nggak, pagi-pagi hampir semua status teman saya di Facebook dan Twitter pada bilang mau nonton ROTF, bla bla bla (termasuk saya sih!) haha.. Dan hasilnya, tiket SOLD OUT dimana-mana hari ini! Saya aja yang beli dari jam 3 siang dapetnya jam 9 malam, itupun duduk di pojokan kayak orang baru pacaran yang mau mojok, capeeee deeeehhh.. Tapi gpp daripada ga dapet, soalnya banyak banget yang ga kebagian tiket. Well, filmnya keren sih! Ga mengecewakan meskipun durasinya lumayan panjang sekitar 2 jam 30 menit. Tapi ga tau kenapa saya tetap lebih suka yang pertama daripada yang kedua ini, kayaknya di yang pertama 'feel'nya lebih dapet. Kalau kali ini lebih fokus ke adegan action, dan pengenalan ke robot-robot baru yang emang tambah banyak. Ceritanya masih tentang Sam Witwicky (Shia LaBeouf) yang mulai melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah. Suatu hari, tanpa sengaja Sam menemukan sesuatu yang berhubungan dengan asal usul para robot Transformers dan sejarah tentang keberadaan mereka di Bumi, dimana ternyata ras robot itu sudah mendatangi Bumi dari ribuan tahun yang lalu. Sam lalu mulai mendapatkan penglihatan di kepalanya tentang simbol-simbol pecahan sisa Allspark. Ternyata simbol tersebut merupakan sesuatu yang penting bagi kelangsungan kehidupan di Bumi, karena kalau sampai jatuh ke tangan Decepticon, maka mereka akan menghancurkan matahari, dan otomatis ras manusia akan punah. Sam sekuat tenaga mencari tahu tentang simbol aneh ini, yang belakangan ia ketahui bahwa simbol ini memiliki potongan-potongan simbol lain yang tersebar di berbagai belahan dunia. Dibantu para Autobots, sang kekasih Mikaela (Megan Fox), dan dua teman lain, mereka langsung mencari keberadaan simbol lainnya. Overall, menurut saya filmnya bagus, adegan actionnya juga keren, unsur komedi yang ditambahkan dalam film juga sangat membantu agar penonton tidak bosan melihat robot berantem terus-menerus, lalu didukung juga dengan pemandangan Mesir dan Yordania yang unik. Memang sih banyak banget kritik yang ditujukan pada film ini, tapi intinya semua tergantung selera masing-masing orang juga khan. Lalu sepertinya si cantik Megan Fox terlalu diekspos deh keseksiannya di film ini, yaa mungkin karena para cowok emang pada suka kali yaa, alih-alih sebagai penyegar mata gitu! Waiiiittttt..sekarang bukan cuma Megan Fox doang lho, ada si cantik Isabel Lucas juga! Dan kalau dari segi visual effects ga perlu diraguin lagi, secara Michael Bay emang jagonya urusan gituan! Masalah akting lumayan oke, Shia LaBeouf semakin memperkuat imagenya dalam action movie. Megan Fox aktingnya biasa aja, cuma yaa itu, muka cantik, body aduhai, enough? Cuma endingnya nih yang agak 'gampang', tapi saya ga mau ceritain ahh, takut spoiler buat yang belum nonton. Pokoknya kamu wajib nonton film ini! Ohh iya btw, my favourite robot in ROTF is Devastator! What is yours? :)





June 23, 2009

REVIEW: GARUDA DI DADAKU






































"Jangan pernah lari dari suatu masalah, karena itu akan menciptakan masalah baru."

Baguuuuuuussssssss! Kalau Indonesia bikin film berkualitas kayak gini terus, pasti perfilman kita bakal maju pesat, emang sih sekarang ini udah maju kalau dibanding beberapa tahun yang lalu, tapi kalau boleh dihitung film berkualitasnya khan cuma sedikit. Sisanya? Ga mutu semua! Horror dengan judul kampungan lah, film yang cuma bisa jualan badan lah, poster asal-asalan lah (contohnya yang sebentar lagi bakal main, judulnya The Maling Kuburan, itu posternya jelek dan ngasal parah!). Btw, ceritanya sih memang klise yaa, tentang seorang anak yang mempunyai impian dan berusaha mewujudkan mimpinya itu. Tapi filmnya ringan, enak ditonton, cocok buat seluruh keluarga banget! Cara penyajiannya ga kampungan, pengambilan gambar dalam film ini juga bagus. Sutradaranya, Ifa Isfansyah saya denger-denger sih baru selesai study di Korea Selatan, mungkin hal ini juga yang bikin film ini ada sentuhan drama Koreanya sedikit, bumbu komedinya 'dapet' banget. Garuda di Dadaku bercerita tentang seorang anak bernama Bayu (Emir Mahira) yang mempunyai impian masuk timnas U-13 Indonesia, namun sayangnya keinginannya ini ditentang keras oleh kakeknya yang kolot, Pak Usman (Ikranagara). Tapi dibantu oleh temannya Heri (Aldo Tansani) yang juga pecinta sepak bola, Bayu akhirnya berhasil bertemu dengan pelatih sepakbola dan lolos uji seleksi timnas. Yaa pokoknya inti ceritanya begitulah, si Bayu ini harus berjuang sekuat tenaga untuk membuat mimpinya menjadi pemain sepak bola hebat tercapai, meskipun banyak halangan yang harus dihadapi. Menurut saya film ini memiliki deretan pemain yang passsss sekali dengan karakter yang dibawakan, lalu kembali ke masalah pengambilan gambar yang mantap, didukung dengan soundtrack yang sesuai, beberapa sindiran kepada pemerintah yang cukup 'nyentil', dan unsur komedi yang berhasil memberi nilai lebih. Bicara soal nilai lebih, pasti ada kekurangannya juga, yaa kalau cuma kekurangan kecil saja sih ga perlu saya bahas deh disini (adegan iklan shampoo Lifebuoy yaa dimaklumi aja), insan perfilman Indonesia bisa bikin film bagus dan enak ditonton kayak gini saya udah senang banget. Lagipula tadi waktu nonton film ini, emosi saya berhasil dibuat naik turun, dari mulai ketawa, terharu, sedih, campur aduk deh! Padahal biasanya saya paling males nonton film Indonesia, soalnya sering rugi, ga ada isinya semua. Tapi satu hal yang perlu diketahui, jangan terlalu berharap banyak untuk porsi sepakbolanya, karena memang sedikit banget. Denger-denger para pecinta sepakbola yang awalnya mengira kalau film ini 'bola banget' malah pada kecewa. Karena yaa memang ini tuh film keluarga, namun didukung dengan tema sepak bola, jadi lebih menitikberatkan pada unsur drama dibanding sepak bola itu sendiri. Buat yang suka males nonton film Indonesia (saya termasuk salah satunya nih!), coba dulu deh nonton ini, dijamin bakal menghibur koq, lagian bagus khan jadi sekalian bisa ningkatin rasa ..hmm.. nasionalisme kita yang udah mulai karatan. Kalau tahun 2008 kita ada Laskar Pelangi, 2009 so far Garuda di Dadaku masih jadi juaranya! :)

June 20, 2009

REVIEW: THE HURT LOCKER






































"War is a drug"

Pernahkah kamu membayangkan menjalani hidup sebagai penjinak bom di daerah konflik? Kamu harus mempertaruhkan nyawa dengan resiko tubuh hancur berkeping-keping jika salah memotong kabel bom? Ketegangan inilah yang coba digali dalam film The Hurt Locker. Film ini berkisah tentang perjuangan tim elit penjinak bom Amerika Serikat, Explosive Ordnance Disposal (EOD), saat bertugas di perang Irak. Mereka bertugas menyisir area yang akan dilewati tentara AS dari ranjau yang ditanam tentara Irak. Tugas ini tidaklah mudah karena atasan mereka menjadi korban saat bertugas. Hidup para tentara berubah saat atasan yang baru, Sersan William James (Jeremy Renner) ternyata mengabaikan semua prosedur untuk menjinakkan bom. Film ini disutradarai oleh Kathryn Bigelow, yaa seorang wanita! Hebat yaa, khan jarang cewek yang jadi sutradara film perang. Untuk mendapatkan latar belakang Perang Irak, film ini memilih tempat di Amman, Yordania setelah sebelumnya dipindahkan dari Pangkalan Militer AS di Kuwait karena tidak mendapatkan ijin. Sebelum dibeli oleh Summit Entertainment, sebenarnya The Hurt Locker sudah banyak unjuk gigi pada berbagai festival, pada tahun 2008 film ini berhasil memenangkan Human Rights Film Network Award, SIGNIS Award, Sergio Trasatti Award, dan Young Cinema Award. The Hurt Locker juga ditulis oleh Mark Boal, seorang penulis freelance yang pernah mengikuti tim penjinak bom AS. Tapi entah kenapa film yang dipuji-puji para kritikus film sebagai film perang terbaik sampai saat ini (rumornya sih gitu) malah membuat saya bosan mulai dari pertengahan menuju akhir. Tapi saya mengagumi cara pengambilan gambarnya yang aduhai, saya acungi dua jempol. Usaha sang sutradara mengeksploitasi detail adegan proses melumpuhkan bom, serta mobil-mobil meledak dan hancur terlihat keren. :)




June 14, 2009

REVIEW: 17 AGAIN






































"It's a classic transformation story"

17 Again was great! Tadinya saya pikir bakalan biasa banget, ngebosenin, bla bla bla.. Secara tema film kayak gini udah pasaran, yang muda jadi tua, yang tua jadi muda. Sebelumnya udah ada film sejenis, seperti Big yang dibintangi Tom Hanks, atau 13 Going on 13 oleh Jennifer Garner. Dua-duanya masuk ke kategori hmm..okeeeee lah yaa, lumayan bagus juga. Nahh 17 Again tanpa saya sangka juga enak banget untuk ditonton. I can said it was better than I expected. Memang sih film kayak gini yaa tipe film cheesy, tapi lumayan koq untuk ditonton, very entertaining! Sinopsisnya udah pernah dibahas beberapa waktu lalu disini, ayo balik lagi halamannya, hehe.. Intinya Mike O'Donnell (Mathhew Perry), diusianya yang telah mencapai 37 dan memiliki segalanya, merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupnya. Ia merasa menyesal karena di masa mudanya dulu, ketika ia sedang populer menjadi bintang basket di sekolahnya dan hampir mendapatkan beasiswa olahraga untuk kuliah, ia terburu-buru mengambil keputusan untuk melepaskan semuanya dan menikahi pacarnya yang saat itu hamil, Scarlett (Allison Miller). Alasannya bukan karena ia merasa tidak cinta lagi dengan Scarlett, namun dengan kehidupan yang sekarang, ia merasa semuanya berjalan terlalu datar. Ia pun berharap seandainya ia bisa menjadi seorang Mike O'Donnell muda (Zac Efron) saat di SMU lagi dan memperbaiki keputusan-keputusan yang dianggapnya salah. Suatu hal yang tak ia sadari akan segera berubah menjadi sebuah kenyataan. Nonton deh, ga nyesel koq tadi saya nonton ini, soalnya lucu filmnya. Apalagi melihat tingkah Thomas Lennon yang berperan sebagai seorang 'nerd' temannya Mike dari SMU bernama Ned Gold, dijamin berhasil mengocok perut. Akting aktor muda Sterling Knight juga lumayan, siapa tau bisa jadi the next Hollywood heartrob, hehehe.. Dan siapa bilang kalau Zac Efron ga bisa akting? Jangan buru-buru men'cap' Zac ga berbakat hanya karena keburu 'gerah' melihat perannya di High School Musical atau Hairspray yang kerjanya cuma nyanyi dan nari ga penting doang. Disini Zac lumayan berhasil mengeluarkan kemampuannya dalam berakting koq, finally he can actually act, coba deh nonton dulu. I think his performance in 17 Again was quite goooooooood! :)

June 12, 2009

ACTOR: ANTON YELCHIN

















"Russia is very complicated. It is one of the most complicated histories. I could go on about this forever."

Bernama lengkap Anton Viktorovich Yelchin, aktor muda ini memang keturunan Rusia namun lalu ia memilih untuk hijrah ke Amerika. Lahir pada 11 Maret 1989, orang tuanya, Viktor dan irina yang merupakan pasangan figure-skates profesional dari Leningrad, membawa Anton yang masih 6 tahun ke negeri Paman Sam untuk memulai kehidupan baru. Sejak umur 4 tahun, Anton sudah memperlihatkan banyak talenta. Belakangan Anton sangat tertarik mendalami dunia akting hingga masuk kelas seni peran di Los Angeles. Dilirik oleh agen casting, Anton cilik sudah memulai debut aktingnya ketika berumur 10 tahun, tepatnya di satu episode E.R. Sesuai umurnya, Anton hanya diberi jatah peran-peran kecil seperti yang dilakoninya dalam Delivering Milo, 15 Minutes, Along Came a Spider, dan Heart in Atalntis yang lumayan memperlihatkan kebolehan bakatnya. Bahkan dalam film Heart in Atlantis, dimana ia bermain bersama Anthony Hopkins, Anton dianugerahi Best Performance in a Feature Film kategori Leading Young Actor di ajang Youth Artist Awards 2002. Setelah sibuk menjadi figuran di beberapa serial televisi, Anton mengembangkan sayapnya di dunia layar lebar, misalnya House of D bersama Robin Williams, kemudian Alpha Dog yang diramaikan pemain muda seperti Emile Hirsh hingga Justin Timberlake, serta menjadi pemeran utama di Charlie Bartett. Yang terakhir ia ikut bermain di film 'besar' tahun ini yaitu Terminator Salvation sebagai Kyle Resse dan Star Trek sebagai Pavel Cekov. Di luar akting, Anton sangat hobi membaca, main catur, piano, dan gitar. Tapi menurut saya Anton masih kurang berani mengambil peran-peran menantang seperti rekan sesama aktor muda Shia LaBeouf misalnya. Anton masih perlu untuk membuktikan diri sebagai aktor muda berbakat Hollywood. Keterlibatannya dalam Star Trek dan Terminator Salvation rasanya belum menuntut banyak kharismanya, cuma tampil sekilas saja. Padahal menurut saya, karir Anton sangat mungkin saja bisa cemerlang di kancah Hollywood. Yaa asalkan mampu terus menjaga image dan terutama bisa mulai berani mengambil peran menantang, bukan tidak mungkin jika pria super imut ini mampu meraih kesuksesan cita-citanya. :)

June 11, 2009

REVIEW: STAR TREK






































"Space : The Final Frontier"

Setelah harus bersabar buat nonton Star Trek selama sebulan, akhirnya kesampean juga deh! Dan ternyata penantian saya tidak sia-sia, Star Trek bagus! Menurut saya ini the best movie 2009 so far, paling ngga yaa sebelum nonton Transformers masih ini yang the best! Saya bukan maniak Star Trek atau biasa disebut Trekkie, nonton aja belum pernah, maklum dulu jaman Star Trek khan saya masih kecil. Hehe.. Cuma pernah denger dan begitu tau kalau tahun ini bakal rilis Star Trek lagi, wahh langsung yakin harus nonton! Apalagi pas lihat castsnya, ada Chris Pine, Zachary Quinto (I am a big fans of Sylar btw!), Eric Bana, Anton Yelchin, John Cho, dll, sounds interesting right? Ternyata perkiraan saya ga salah, emang keren banget! Ini dari kacamata saya yang sekali lagi bukan maniak Star Trek lho yaa, ga tau gimana komentar para penggemar Star Trek tentang film ini. Ceritanya cukup bikin ngerti untuk kategori penonton yang belum pernah tau Star Trek sekalipun koq. Diawali pada hari kelahiran James Tiberias Kirk, anak dari seorang first officer kapal U.S.S. Kelvin, yang harus berkorban untuk menyelamatkan nyawa istri, anak, dan 800 orang awak kapal lainnya dari serangan pesawat makhluk lain / Romulan. Hal inilah yang kemudian mendorong James T. Kirk (Chris Pine) untuk bergabung dalam Starfleet. Ia ditantang untuk bisa menandingi nama besar ayahnya. Kita juga bisa melihat asal-usul Spock. Sebagai anak setengah Vulcan setengah manusia, ia mendapatkan cobaan karena dikucilkan oleh orang-orang Vulcan sendiri. Spock muda (Zachary Quinto) tampil sebagai karakter yang harus menjaga emosinya, berbeda dengan Vulcan lainnya yang lebih mengutamakan rasio dalam bertindak. Pertemuan Kirk dengan Spock di Starfleet Academy rupanya tidak berjalan mulus. Namun perselisihan ini harus ditunda karena adanya serangan lagi. Lalu ada juga Nero (Eric Bana) seorang Romulan yang menyerang Starfleet. Serangan ini kemudian menjadi ujian bagi hubungan Kirk dan Spock. Menurut saya akting Chris Pine disini lumayan, tidak istimewa tapi juga tidak merusak film. Zachary Quinto tampil luar biasa beda dari biasanya, tapi bukan dari segi akting menurut saya, tapi lebih ke sisi make-up atau tampilannya sebagai Spock disini. Cocok dan 'feel'nya dapet banget, ini penting, kalau yang memerankan Spock bukan Zachary mungkin hasilnya akan beda. Anton Yelchin juga cukup mencuri perhatian dengan keluguan dan aksen Rusianya disini, walaupun porsi aktingnya tidak banyak. John Cho yahh hmm lumayan deh. Eric Bana mantapppp! Sampe ga ngenalin awalnya kalau yang meranin Nero itu Eric Bana. Finally, J.J. Abrams sudah melaksanakan tugas dengan baik dan mulus, dengan membuat Star Trek jadi bisa dinikmati bukan hanya oleh para Trekkies saja tapi oleh semua orang. Star Trek is re-imagined by J.J. Abrams. His direction surges with drama and humor and tension. What a great job! Wajib ditonton! :)





June 3, 2009

REVIEW: DRAG ME TO HELL






































"Even nice people can go to hell"

Setelah lihat trailer Drag Me to Hell dari minggu lalu, akhirnya kesampean juga nonton tadi malam. Trailernya sih lumayan bikin parno yaa, muka neneknya itu lhooooo.. Nyeremin banget! Tadi setelah nonton..hmm..lumayan ada banyak bagian yang ngagetin sih, serem juga. Yaa boleh lah untuk ukuran film horror, cewek yang duduk di sebelah saya sukses tutup mata melulu sepanjang film (kalau gitu ngapain nonton yah?). Btw, sebenarnya i hate horror movies! Ga tau kenapa, ini bener" bukan tipe film saya. Intinya, saya ga suka HORROR! Hahaha.. Penakut? Iya. Parno? Iya. Jujur aja, saya memang penakut dan rada suka parno-an. Kalau nonton sih sebenernya mau aja, tapi untuk suka dengan genre ini, kayaknya big no no. Lah koq malah jadi curhat colongan? :p Back to topic, tadi ceritanya tentang Christine Brown (Alison Lohman) yang bekerja di bank sebagai karyawan pemberi pinjaman. Di bank tempat ia bekerja sedang ada lowongan untuk jabatan asisten manajer, namun sayangnya Christine harus bersaing dengan seorang karyawan baru bernama Stu Rubin (Reggie Lee) yang agresif. Suatu hari datang seorang nenek tua setengah buta, Mrs. Ganush (Lorna Raver), yang mengajukan perpanjangan pinjaman kepada Christine agar rumahnya tidak disita. Namun, dengan maksud hati ingin menunjukkan ketegasan pada bosnya, akhirnya Christine tidak mengabulkan permintaan nenek tersebut. Naasnya, nenek tersebut menaruh dendam pada Christine dan mengutuknya dengan mantra kuno yang sangat hebat bernama Lamia, sang setan neraka. Semenjak itu, Christine selalu mendengar suara" aneh dan didatangi roh halus. Untungnya, sang kekasih, Clay Dalton (Justin Long), selalu setia menemani. Bagaimana nasip Christine? Apa ia berhasil keluar dari kutukan Lamia? Makanya silahkan nonton deh.. Hehe.. Muka neneknya asli serem banget, mana kepalanya tadi di steples pula. Ada bagian" yang sedikit konyol juga sih disini, kayak misalnya tangan masuk ke mulut, mata keluar, bibir kayak mau dimakan (it looks like they're kissing each others, funny!), darah banjir keluar dari hidung, lalat masuk ke mulut, dll. Tapi untungnya, ga begitu mengganggu keseluruhan film sih. Sang sutradara, Sam Raimi, memang paling jago bikin orang kaget! Siap" kaget yaa! :p