July 20, 2011

REVIEW: X-MEN FIRST CLASS




































"Before he was Professor X, he was Charles. Before he was Magneto, he was Erik."

X-Men First Class adalah awal dari semua film X-Men yang ada. Film ini digarap oleh sutradara terbaru favorit saya, Matthew Vaughn! Ini dia calon sutradara yang genius! Walau baru menyutradai empat judul film, tapi semuanya bagus. Kick-Ass (2010) tahun lalu menjadi salah satu film favorit saya. I really loveee that movie! Begitu tau kalau Vaughn yang menyutradarai X-Men dalam versi quasi-reboot (setengah reboot dan setengah prequel), tidak heran kalau saya langsung menaruh ekspektasi yang tinggi. Menunggu dan berharap kalau film ini akan tayang di Indonesia, namun sayang sekali tidak terwujud. Padahal saya sudah membayangkan akan melihat James McAvoy di layar lebar. Arghh! Sekarang saya dan para pecinta film lainnya harus berterima kasih kepada koneksi internet yang cepat dan dvd bajakan yang bikin kita tetap bisa menonton film-film terbaru Hollywood. Nanti kalau dvd original film ini sudah keluar pasti saya beli untuk masuk kedalam koleksi-koleksi saya.

Film ini bercerita tentang Charles Xavier (James McAvoy) dan Erik Leshnerr (Michael Fassbender) saat masih muda. Mereka adalah dua orang mutant yang memiliki kehidupan berbeda. Masa lalu Erik kelam, ketika ia masih kecil ibunya dibunuh didepan matanya oleh Sebastian Shaw (Kevin Bacon) guna memaksa Erik mengeluarkan kekuatan uniknya dalam mengendalikan besi. Erik tumbuh dalam suasana hati yang penuh amarah dan dendam pada Shaw. Berbeda dengan Charles sang telepatis yang tumbuh dengan baik di sebuah rumah besar, pada saat masih kecil ia bertemu dengan Raven (Jennifer Lawrence), seorang mutant yang bisa berubah bentuk. Mereka tumbuh bersama layaknya kakak beradik.

Setelah Charles menyandang gelar sebagai professor dalam bidang gen manusia, seorang detektif CIA bernama Moira (Rose Byrne) datang mencarinya dan meminta bantuannya mengungkap keanehan yang baru saja terjadi. Ternyata dalang dari masalah ini adalah Shaw, ia ingin mengaktifkan nuklir dan membuat peperangan terjadi. Dari misi ini Charles berkenalan dengan Erik yang sedang ingin membalas dendam pada Shaw. Mereka pun akhirnya akrab dan menjadi teman yang saling menolong. Para mutant muda pun dikumpulkan agar misi ini berjalan dengan sukses, karena Shaw juga didukung oleh para mutant hebat seperti Emma Frost (January Jones) dan Azazel (Jason Flemyng). Lalu mutant-mutant muda ini dilatih agar kekuatan mereka maksimal. Masing-masing juga mencari nama mutant yang cocok. Charles - Professor X, Erik - Magneto, Raven - Mystique, Hank – Beast (Nicholas Hoult), dll.

Seru sekali rasanya melihat awal mula X-Men terbentuk. Kita bisa melihat bahwa ternyata sebelum menjadi musuh bebuyutan, Professor X dan Magneto dulunya bersahabat. Saya sudah menonton keempat film sebelumnya dan saya bisa mengatakan kalau X-Men First Class adalah yang terbaik diantara semua. Tidak mudah membuat sebuah reboot, apalagi dalam film besar yang memiliki fanbase dimana-mana seperti X-Men. Tetapi Matthew Vaughn canggih sekali meramu First Class menjadi tontonan 'first class'. Meskipun semua pemainnya bukanlah para pemain lawas X-Men seperti Hugh Jackman, Patrick Stewart, Ian McKellen, Halle Berry, dan Anna Paquin, namun X-Men First Class malah terasa lebih fresh dengan kehadiran pemeran baru yang menurut saya sangat pas dengan karakter yang diperankan. Pemilihan James McAvoy sebagai Professor X dan Michael Fassbender sebagai Magneto muda benar-benar sebuah keputusan yang sempurna. Saya tidak bisa membayangkan aktor lain lagi yang bisa berperan sebagus dan secocok mereka.

Terus terang saya menaruh ekspektasi yang sangat tinggi pada film ini. Namun siapa sangka kalau X-Men First Class berhasil melaju jauh melampaui ekspektasi saya. Film ini sangat menghibur dan seru! Sayang sekali kita tidak bisa menyaksikan di layar lebar, padahal entertaining movie seperti ini paling pas kalau disaksikan di bioskop. Gaya Vaughn dengan tempo cepat namun alur yang jelas serta selipan humor di sela film sangat asik untuk ditonton. Bahkan bagi yang belum pernah menonton film X-Men sebelumnya saya yakin juga pasti bisa sangat menikmati. Film yang memiliki durasi sekitar 132menit ini sama sekali tidak terasa panjang, mungkin karena saya terlalu excited! Haha.. Ohh yaa..kehadiran Hugh Jackman sebagai cameo dalam film ini lumayan konyol dan mengundang tawa! Saya sudah pasti tidak sabar menunggu film-film Matthew Vaughn selanjutnya. Two tumbs up!





REVIEW: HELLO GHOST (헬로우 고스트)




































"Laugh and cry at the same time."

Cha Tae Hyun merupakan aktor Korea favorit saya! Memang sih wajahnya memang tidak setampan aktor Korea lainnya, namun justru tampang 'biasa' itulah yang menjadi daya tarik bagi saya. Apalagi kemampuan akting Cha Tae Hyun sudah tidak perlu diragukan lagi. Saya pertama kali mulai menyukai Tae Hyun sejak menonton film My Sassy Girl (2001), disana ia dipasangkan dengan aktris super cantik Korea, Jun Ji Hyun. Setelah itu saya selalu tertarik untuk menonton film-film yang dibintanginya seperti A Prince's First Love (TC Series - 2004), Sad Movie (2005), My Girl and I (2005), dan Speed Scandal (2008). I love this guy!

Melihat poster Hello Ghost saya sudah bisa menerka kalau film ini pasti komedi. Lihat saja wajah hantu-hantu yang lucu itu, tidak menyeramkan sama sekali. Memang rata-rata film yang dibintangi Tae Hyun sangat indentik dengan komedi dan sedikit sentuhan drama di dalamnya. Tipikal film Korea lainnya lah. Namun saya sungguh tidak menyangka kalau ending film ini mampu membuat saya menangis. Jadi siap-siap saja begitu mulai mencapai ending, saran saya siapkan tissue sebelum menonton. :)

Kang Sang Man (Cha Tae Hyun) hidup sendirian. Tidak ada orangtua. Tidak ada saudara. Tidak ada teman. Tidak ada siapapun. Sejauh yang bisa ia ingat, ia memang lahir di panti asuhan. Tidak ada yang mengadopsinya. Sampai ia dewasa seperti sekarang pun ia tetap sendirian, sepi. Ia berfikir kalau ia sudah tidak sanggup lagi dan jalan keluar terbaik dari permasalahannya adalah bunuh diri. Namun, Tuhan mungkin berkehendak lain. Setiap usaha bunuh diri yang dilakukannya pasti tidak berhasil. Ia selalu selamat, entah bagaimana caranya.

Suatu hari ia terbangun di rumah sakit setelah selamat dari pencobaan bunuh diri terakhir yang dilakukannya. Ia merasa ada yang aneh karena dirinya bisa mendengarkan suara-suara hantu. Parahnya lagi, ada 4 orang hantu yang mengikutinya kemanapun! Bahkan sampai pulang ke rumahnya. Hantu-hantu itu meminjam badan Sang Man untuk melakukan aktivitas yang ingin mereka lakukan. Seperti misalnya, hantu kedua seorang bapak-bapak berumur paruh baya yang adalah seorang maniak rokok. Sang Man yang bukan perokok menjadi merokok akibat pengaruh dari hantu yang meminjam fisiknya tersebut.

Tidak mudah bagi Sang Man untuk membantu para hantu itu serta memenuhi semua keinginan mereka. Sang Man merasa menderita. Namun sebenarnya dibalik kesengsaraan yang ia jalani kali ini, ia juga merasa hidupnya lebih berwarna dan seolah memiliki keluarga lengkap yang tidak pernah ia miliki selama ini. Apalagi ia juga mulai merasa jatuh cinta pada seorang perawat rumah sakit bernama Jung Yun Soo (Kang Hye Won).

Saya ingin sekali menceritakan isi film ini secara detail, namun tentu saja saya tidak boleh begitu. Saya ingin anda menonton film ini dan mendapatkan surprise yang saya maksud di akhir film. Percaya deh, kalau anda sudah tahu duluan bagaimana akhirnya, pasti tidak akan seru. I hate spoilers. Film ini membuat saya menangis dan teringat akan almarhum ayah saya. Bisa dibilang saya memang sangat sensitif dengan film yang bertemakan kehilangan dan kematian. Saya tidak bisa menahan emosi apabila menonton film-film seperti itu. Tapi Hello Ghost memang sebuah film yang seimbang. Porsi humor dan porsi drama yang hanya secuil di akhir terasa sangat seimbang. Ahh..I miss my Dad.. :)