May 28, 2010

REVIEW: THE LOSERS
























"Anyone else would be dead by now."

Sutradara yang bisa dibilang 'pendatang baru', Sylvain White, menurut saya kali ini lumayan berhasil menggarap The Losers. Paling tidak film ini masih jauhhh lebih baik dibanding keempat filmnya yang terdahulu seperti Stomp the Yard (2007), I'll Always Know What You Did Last Summer (2006), Trois 3: The Escort (2004), dan Quite (2003). Kalau dilihat dari hasil karyanya sejauh ini, The Losers memang yang paling baik, sisanya parah. Jadi kalau menilik dari kemampuan sutradaranya dalam mengolah film, menurut saya The Losers termasuk oke. Saya sendiri tidak berekspektasi terlalu tinggi pada saat akan menyaksikan film ini, saya malah mengira kalau filmnya akan mengecewakan. Saya memutuskan untuk menonton film ini di layar lebar hanya karena ingin melihat Chris Evans. Tapi ternyata, The Losers tidak mengecewakan. Malah saya merasa lumayan terhibur.

The Losers bercerita tentang sekelompok agen CIA yang menamakan tim mereka 'The Losers'. Tim ini terdiri dari sang pimpinan operasi - Clay (Jeffrey Dean Morgan), sang ahli komputer dan teknologi - Jensen (Chris Evans), sang ahli transportasi dan alat berat - Pooch (Columbus Short), sang penyusun taktik - Rogue (Idris Elba), dan sang penembak jarak jauh - Cougar (Óscar Jaenada). Mereka berlima dikirim ke Bolivia untuk membunuh seorang target. Sesampai di tempat target mereka kaget karena maelihat puluhan anak kecil menjadi sandera. Lalu mereka pun memutuskan untuk membatalkan dulu operasi tersebut, namun sayang ternyata atasan mereka tidak menyetujui hal tersebut. Malah dari kejadian di Bolivia tersebut mereka mengetahui kalau mereka berlima juga menjadi target pembunuhan. Di Bolivia mereka didatangi oleh Aisha (Zoe Saldana), seorang wanita yang menawarkan bantuan untuk mengembalikan mereka ke Amerika dengan syarat mereka harus membantunya membunuh Max (Jason Patric), dalang dari semua kejadian itu. Akhirnya tim 'The Losers' dan Aisha menggunakan berbagai cara untuk memburu Max beserta komplotannya. Tapi pertanyaannya, apa Aisha betul-betul bisa dipercaya?

Film ini sebetulnya tidak menawarkan sesuatu yang baru sama sekali. Plot cerita termasuk mudah ditebak dan biasa-biasa saja. Memang ada beberapa twists didalamnya, tapi kesannya malah jadi twists yang tidak berkelas. Adegan action terasa 'nanggung'. Komedi yang diselipkan kedalam film juga terkesan kurang 'nampol'. Filmnya sendiri malah jadi seperti kehilangan jati diri untuk memutuskan lebih ke action atau ke komedi. Karena faktor-faktor diatas lah yang membuat The Losers jadi serba tidak maksimal. Tapi memang harus diakui kalau penampilan Chris Evans berhasil menjadi magnet dan nilai tambah disini. Adegan ketika ia bernyanyi dalam suatu scene betul-betul membuahkan tawa seisi bioskop. Great! Saya tidak akan spoiler, silahkan tonton sendiri. Begitu juga dengan penampilan Zoe Saldana, setelah berperan sebagai Neytiri di Avatar sepertinya Zoe kembali menunjukkan pada Hollywood kalau ia adalah salah satu kandidat pemeran utama wanita terbaik di tahun ini. Overall, The Losers sebetulnya juga tidak bisa dikatakan jelek. Mungkin jauh dari kata sempurna, tapi film ini menghibur! Apalagi bagi penggemar Chris Evans dan Zoe Saldana, kalian pasti tidak akan banyak mengkritik film ini, karena penampilan mereka berdua memang baik sekali disini. Mumpung sedang long weekend, tidak ada salahnya menonton The Losers di bioskop. Have a great weekend guys! :)





May 25, 2010

REVIEW: RATU KOSTmopolitan




































"Cantik.. Jagoan.. Ngekost tetep ngutang!"

Hari ini saya berkesempatan untuk menyaksikan gala premiere film Ratu KOSTmopolitan. Film ini disutradarai oleh Ody C. Harahap yang sudah pernah menyutradarai beberapa film Indonesia seperti Alexandria (2005), Selamanya (2007), Kawin Kontrak (2008), Kawin Kontrak Lagi (2008), dan Punk in Love (2009). Sebelumnya saya belum pernah menyaksikan film besutannya sama sekali. Maka ini adalah film pertamanya yang saya tonton. Saya sebetulnya kurang tertarik dengan film ini, malah saya tidak terlalu 'ngeh' akan adanya film ini. Maklum, saya memang jarang mengikuti perkembangan film Indonesia karena lebih sering dikecewakan. Akhir-akhir ini film Indonesia kebanyakan menjual aurat tubuh dan hantu asal-asalan dibanding kualitas cerita dan akting pemain. Tapi karena gratisan saya pun tidak menolak untuk mencoba menonton film ini. :)

Ratu KOSTmopolitan bercerita tentang tiga anak kost di Jakarta yang masing-masing berasal dari daerah berbeda, ada Gina (Luna Maya), Tari (Tyas Mirasih), dan Zizi (Imey Liem). Gina bekerja sambilan sebagai seorang wartawan, Tari sebagai guru aerobik, lalu Zizi sebagai seniman tattoo. Mereka bertiga banting tulang bekerja di Jakarta. Kehidupan di Jakarta memang keras, untuk membayar uang kost saja mereka sering telat. Untungnya, ibu kost mereka, Ibu Laksmi (Yatti Surachman) adalah ibu kost yang baik. Mereka boleh mengutang, bayar seadanya dulu, bahkan masih disediakan makanan. Mereka bertiga juga punya gebetan bernama Seno (Fathir Mochtar) yang tinggal tidak jauh dari kost. Suatu hari datang segerombolan preman yang diketuai Rido (Reza Pahlevi) yang mengganggu ketenangan daerah tempat kost mereka. Atas perintah bosnya yang kaya, Rido juga mengatakan bahwa warga disana harus menjual rumah mereka atau kalau mereka tidak mau, mereka terpaksa harus digusur paksa. Tiga anak kost ini tidak tinggal diam, mereka lalu membuat rencana konyol melawan para preman tersebut agar tempat yang mereka itu tidak diganggu lagi.

Cerita film ini sebetulnya tidak istimewa dan gampang tertebak, namun beruntung film ini dibintangi oleh para pemain yang 'bisa akting' dan sedap dipandang mata. Para pemeran utama film ini seperti Luna Maya, Tyas Mirasih, Imey Liem, Fathir Mochtar, dan Reza Pahlevi menjalankan perannya dengan sangat baik. Mereka semua jelas bisa berakting. Meskipun Tyas Mirasih lebih sering mengambil peran-peran yang memamerkan keindahan tubuh, akan tetapi aktingnya disini bisa dibilang baik. Imey Liem yang notabene pendatang baru malah berhasil mencuri perhatian dengan tingkah dan tampangnya yang nyeleneh. Luna Maya yang sudah bisa dibilang lebih 'senior' dari yang lainnya juga berhasil kembali bermain baik disini. Para aktor dan aktris senior dalam film ini juga patut diacungi jempol. Sang ibu kost, Yatti Surachman, sangat cocok sekali dengan karakter yang dimainkan. Secara keseluruhan saya lumayan terhibur dengan film ini. Memang ada beberapa bagian yang terkesan 'maksa', tapi itu bisa termaafkan karena saya tertawa menontonnya. Selain itu, film ini juga mengangkat isu sosial yang marak terjadi di Indonesia, disertai keanekaragaman suku yang berhasil diangkat kedalam film. Kalau pengen nonton yang ringan bisa coba tonton film ini.

May 23, 2010

REVIEW: SHREK FOREVER AFTER




































"The Final Chapter."

Shrek pertama: I loved it, what a surprise! Shrek kedua: not as good as the first one but still loved it. Shrek ketiga: hmm..bad sequel. Shrek keempat: well..I really hope this is the final chapter. Saya suka dengan Shrek pertama, lalu yang kedua juga lumayan menghibur. Sampai akhirnya muncul sekuel ketiga yang menurut saya mengecewakan. Tadinya saya berharap yang keempat ini bisa membawa angin segar dalam franchise Shrek, tapi ternyata film ini belum mampu menyamai kualitas yang pertama ataupun yang kedua. Shrek Forever After memang lebih baik dari yang ketiga, namun tetap terasa tidak istimewa. Mungkin sudah saatnya untuk menghentikan produksi Shrek, biarkan ini jadi yang terakhir. Saya sudah merasa agak bosan dan tidak simpatik lagi dengan para Ogre. Film ini tidak jelek, tapi jangan berharap terlalu tinggi. Ajak adik anda yang masih kecil, pasti mereka akan terhibur.

Kali ini Shrek Forever After bercerita tentang kehidupan Shrek (Mike Myers) yang sudah berkeluarga dengan Fiona (Cameron Diaz) dan mempunyai tiga orang anak yang lucu-lucu. Namun Shrek tiba-tiba merasa jenuh dengan rutinitasnya, ia ingin kembali menjadi Ogre yang ditakuti seperti dulu. Sekarang ia tidak nyaman karena seolah dijadikan seperti objek wisata oleh masyarakat sekitar. Sampai suatu hari ia bertemu dengan penyihir licik yang pura-pura baik, Rumpelstiltskin (Walt Dohrn). Rumpelstiltskin menawarkan kerja sama dengan Shrek, yaitu dengan memberikan satu hari penuh untuk Shrek agar dapat merasakan kembali menjadi Ogre yang ditakuti seperti dulu. Namun dengan syarat, Shrek juga harus memberikan satu hari kepadanya. Siapa sangka kalau hari yang diambil oleh Rumpelstiltskin itu malah akan merubah total kehidupan Shrek. Fiona berubah menjadi pribadi yang berbeda, anak-anaknya tak ada lagi, bahkan para sahabatnya seperti Donkey (Eddie Murphy) dan Puss in Boots (Antonio Banderas) juga seperti tidak pernah mengenalnya.

Shrek Forever After cocok ditonton untuk keluarga, para anak-anak pasti akan menyukai film ini. Saya pribadi memang kurang menyukainya, biasa-biasa saja. Namun harus saya akui saya juga sedikit terhibur saat menonton film ini. Bukan karena jalan ceritanya, melainkan soundtrack dari film ini. Karakter Donkey dan Puss in Boots juga menjadi penyelamat karena saya pasti tertawa melihat kehadiran dua karakter itu. Makna film ini juga bagus, yaitu agar kita bersyukur dengan apa yang telah kita miliki sekarang, karena kita baru akan sadar kalau sesuatu itu sangat berarti kalau hal tersebut sudah tidak ada lagi. Overall, masih layak ditonton, tetapi sepertinya cukup ditonton dalam versi 2D.





May 16, 2010

REVIEW: KICK-ASS




































"Come on, be honest with yourself. At some point in our lives we all wanna be a superhero."

Akhirnya film yang sudah saya tunggu-tunggu sejak beberapa bulan lalu tayang juga di Indonesia. Kick-Ass sempat diragukan untuk tayang di Indonesia karena kabarnya ada sedikit halangan di lembaga sensor, akan tetapi sepertinya masalah itu sudah terselesaikan dengan baik. Begitu tahu kalau kemarin Kick-Ass sudah tayang di midnight show, saya langsung sangat amat excited! Saya pun langsung bergegas membeli tiket, mengantri yang panjangnya minta ampun -karena memang bertepatan dengan long weekend-, lalu saya juga cemas kalau-kalau tidak mendapat spot tempat duduk yang enak. Ternyata belum terlalu banyak orang yang membeli tiket Kick-Ass, orang-orang yang mengantri lebih memilih menonton Robin Hood dan Ip Man 2 yang tiketnya memang sudah sold out lebih dulu. Mungkin belum banyak yang tahu tentang Kick-Ass di Indonesia. Tapi saran saya, you should watch it!

Kick-Ass is definitely the best movie of 2010 I've seen so far!!! Saya betul-betul menyukai film ini. Meskipun saya belum membaca komiknya, namun saya seolah terhipnotis oleh pesona unik Kick-Ass. Ini adalah film bertema superhero yang sesungguhnya, lupakan sejenak Batman, Superman, Spiderman, dan yang lainnya, sekarang sudah saatnya kita beralih ke Kick-Ass. Semua orang pasti punya keinginan dalam hati kecilnya untuk menjadi seorang superhero bukan? Dapat membantu orang lain meskipun tidak memiliki kekuatan super apapun. Namun kenapa tidak ada yang mulai melakukan hal tersebut? Karena sepertinya hal ini terlalu naif untuk dilakukan pada kehidupan nyata. Tapi tidak bagi seorang Dave Lizewski...

Dave Lizewski (Aaron Johnson) adalah seorang remaja nerd yang tinggal bersama ayahnya dan berpenampilan biasa-biasa saja. Di sekolah ia tidak populer diantara para teman wanita maupun teman pria sekalipun. Ia hanya akrab dengan dua sahabatnya yang sama-sama pecinta buku komik, Marty (Clark Duke) dan Todd (Evan Peters). Suatu hari terbesit sebuah ide yang terinspirasi dari buku komik yang selama ini dibacanya, yaitu menjadi seorang superhero! Gila memang, tapi Dave serius melakukan hal ini. Ia memilih nama Kick-Ass, membuat akun myspace, membeli seragam, sampai memilih senjata yang akan digunakan. Tidak ada yang tahu tentang kegilaannya ini. Namun ternyata bukan hanya Dave satu-satunya superhero berkostum yang ada. Ia bertemu dengan pasangan ayah dan anak berkelakuan brutal, Big Daddy (Nicholas Cage) dan Hit Girl (Chloe Moretz). Ditambah lagi dengan kehadiran superhero lain yang menamakan dirinya Red Mist (Christopher Mintz-Plasse).

Kick-Ass memberikan kepuasan tersendiri bagi saya. Mulai dari plot, dialog-dialog menghibur, adegan sadis nan konyol ala Quentin Tarantino, action scenes yang keren, akting para pemainnya yang luar biasa, sampai deretan soundtrack yang super cool! Biasanya film tipe seperti ini tidak membuat penonton klimaks, tapi Kick-Ass betul-betul berhasil. Rogert Ebert memberikan film ini satu bintang, well..he's old anyway. Old people don't like this kind of movies. Ebert seingat saya juga tidak menyukai Fight Club, tapi saya suka film itu. Review saya memang tidak berpatokan pada review siapapun, even itu Roger Ebert sekalipun. Saya tidak perduli, asalkan saya menyukai filmnya pasti akan saya puji. lol.

Chloe Moretz berhasil menjadi bintang dalam Kick-Ass. Her acting and character can definitely kick your ass! Gemas rasanya melihat seorang gadis cilik cantik membunuh orang dengan kejam namun keren. Apalagi ditambah kata-kata kasar yang selalu keluar dari bibirnya saat bicara. Tapi itulah uniknya Kick-Ass. Saya yakin Chloe Moretz akan masuk dalam calon bintang paling bersinar Hollywood selanjutnya. We'll see.. Aktor senior Nicholas Cage juga kembali bermain baik dalam film ini setelah sebelumnya juga mencuri perhatian dalam Bad Lieutenant (2009). Film ini juga membuat saya jatuh hati pada sang pemeran utama, Aaron Johnson! Secara keseluruhan Kick-Ass adalah sebuah film yang dekat dengan kehidupan remaja dan dapat membuat penonton tegang dan tertawa pada waktu yang bersamaan. Saya yakin memang tidak semua orang bisa menikmati film seperti Kick-Ass, but for me it's still one hella of movie! Woohoo!








May 15, 2010

REVIEW: DAYBREAKERS




































"The battle between immortality and humanity is on."

Berlatar belakang tahun 2019, dimana hampir seluruh manusia telah berubah menjadi vampir. Hanya tinggal segilintir manusia aja yang tersisa, mereka pun harus berusaha bertahan hidup dan bersembunyi dari para vampir yang ingin menangkap mereka. Seorang hematologist bernama Edward Dalton (Ethan Hawke) yang juga adalah seorang vampir merasa simpatik kepada manusia dan ia berusaha untuk menemukan obat guna mengembalikan para vampir menjadi manusia. Ia pun ingin kembali menjadi manusia. Akan tetapi di lain pihak, sang pimpinan perusahaan tempat Edward berkerja ingin mengumpulkan darah manusia sebanyak-banyaknya karena persediaan sudah semakin menipis seiring dengan semakin sedikit jumlah manusia yang tersisa. Para vampir harus meminum darah manusia agar dapat bertahan hidup, mereka juga tidak dapat terkena sinar matahari. Suatu hari secara tidak sengaja Edward bertemu dengan manusia bernama Audrey Bennett (Claudia Karvan), Audrey pun lalu mengenalkan Edward kepada Elvis (Willem Dafoe) yang ternyata adalah vampir yang telah berhasil berubah kembali menjadi manusia. Audrey dan Elvis mempercayai Edward karena menurut mereka Edward sepertinya adalah seorang vampir yang baik dan dapat mempergunakan rahasia ini untuk hal yang baik pula.

Menurut saya Daybreakers lumayan menghibur. Mungkin review saya akan sedikit subjektif karena saya memang sangat menyukai Ethan Hawke. Tapi selain unsur Ethan Hawke itu, menurut saya film ini memang lumayan. Banyak bagian dengan score yang berhasil membuat saya kaget. Sebagai sutradara yang bisa dikatakan pendatang baru, The Spierig Brothers berhasil menyajikan sebuah film bertema vampir masa depan dengan baik. Memang belum sempurna, karena menurut saya plot cerita kurang dijelaskan dengan baik. Juga ada beberapa hal konyol yang terbesit dalam pikiran saya seperti nama vampir Edward disini sepertinya terinspirasi dari Edward Cullen (Twilight), apalagi Edward Dalton diceritakan juga tidak mau meminum darah manusia. Namun secara keseluruhan saya merasa tidak rugi menonton film ini. Akting Ethan Hawke pas dengan peran yang dibawakan. Namun menurut saya yang mencuri perhatian adalah salah seorang aktor senior Hollywood, Willem Dafoe. Akting Dafoe disini sangat menghibur. Menurut saya ini juga merupakan salah satu kunci dari film ini, karena kalau tidak ada kehadiran Willem Dafoe mungkin film ini akan langsung gatot alias gagal total. :p





REVIEW: HOT TUB TIME MACHINE





































"It's 80's guys. Let's do what we want to do!"

Hot Tub Time Machine bercerita tentang tiga orang sahabat lama, Adam (John Cusack), Lou (Rob Corddry), dan Nick (Craig Robinson), serta keponakan Adam bernama Jacob (Clark Duke) yang memutuskan untuk mengunjungi tempat resort ski yang dulu sering mereka bertiga kunjungi semasa muda dulu. Di resort itu mereka menemukan sebuah jacuzzi dan dengan ajaibnya mereka lalu tiba-tiba terbawa ke tahun 1986! Dalam kebingungan akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan hal-hal yang sama persis dengan yang telah mereka lakukan dulu. Mereka menganggap kalau hal ini bisa membuat mereka kembali ke tahun 2010. Akan tetapi yang mereka rencanakan itu tidak terlalu sesuai dengan kenyataannya, banyak hal-hal yang berubah selama mereka berada di masa lalu. Mau tidak mau mereka harus berusaha mencari cara agar dapat kembali ke masa sekarang.

Film ini menurut saya berpotensi untuk menjadi sebuah film komedi yang sangat lucu, akan tetapi menurut saya Hot Tub Time Machine memiliki unsur komedi yang biasa-biasa saja. Beberapa bagian mampu membuat saya tertawa namun tidak sampai terbahak-bahak. Akting John Cusack juga terasa tidak maksimal. Beruntung Rob Corddry sedikit mencairkan suasana dengan akting dan karakternya yang nyeleneh. Akan tetapi tetap menyenangkan rasanya melihat suasana 80's dalam film ini, mulai dari setting pemandangan, kostum, gaya rambut, dan hal-hal lainnya yang terkenal pada jaman itu. Mungkin bagi beberapa orang akan terasa seperti nostalgia. :)





May 6, 2010

REVIEW: IP MAN 2




































"I am Ip Man of Wing Chun."

Pada Ip Man pertama tahun 2008 yang lalu kita dikenalkan kepada Ip Man, sosok guru dari seorang ahli bela diri Cina legendaris, Bruce Lee. Filmnya bercerita tentang kehidupan Ip Man di Foshan, Cina, dimana pada saat itu Cina sedang dijajah oleh Jepang pada sekitar tahun 1930an. Film ini masuk ke belasan nominasi di Hongkong Film Awards 2009 dan berhasil memenangkan dua diantaranya yaitu kategori Best Film dan Best Choreography. Hal yang wajar, karena menurut saya Ip Man adalah sebuah film martial-art yang memiliki jalan cerita yang menarik untuk diikuti, disertai dengan koreografi dan akting para pemain yang mumpuni. Film ini pun banyak digemari oleh orang-orang di luar negeri, termasuk Indonesia.

Melihat kesuksesan pada film pertama, saya awalnya sedikit skeptis dengan sekuel lanjutannya. Saya bertanya-tanya apakah Ip Man 2 akan lebih baik dari yang pertama? At least bisa menyamai kualitas film pertamanya. Terus terang saya kurang begitu yakin, karena biasanya sekuel dari sebuah film yang laris akan berada selevel dibawah film pertama atau malah akan terpuruk jauh dibawah film pertamanya. Tetapi ternyata saya salah, Ip Man 2 lebih baik dari yang pertama. Kalau saya bisa mengatakan Ip Man adalah sebuah film yang baik, maka Ip Man 2 adalah sebuah film yang lebih baik lagi. Saya termasuk bukan orang yang ngefans dengan film mandarin bertema martial-art, saya hanya sekedar menonton saja, namun tidak pernah memfavoritkannya. Namun tampaknya kedua film Ip Man ini telah mengubah pandangan saya, ternyata sebuah film martial-art mandarin akhirnya bisa juga menjadi favorit saya!

Ip Man 2 berkisah tentang Ip Man (Donnie Yen) dan keluarganya yang memutuskan untuk pindah ke Hongkong setelah selamat dari penjajahan Jepang di Foshan. Pada saat itu Hongkong masih dijajah oleh koloni Inggris. Keadaan ekonomi Ip Man juga sedang terpuruk, ia kesulitan membayar biaya sewa rumah dan uang sekolah anaknya. Bermodalkan kungfu aliran Wing Chun yang amat dikuasainya, ia memutuskan untuk membuka sekolah bela diri. Akan tetapi mengajar bela diri di Hongkong tidak semudah seperti di Foshan dulu. Ia harus berhadapan dengan para ketua dari aliran lain dulu sebelum diperbolehkan mengajar kungfu. Ip Man mau tidak mau harus meladeni tantangan ini, ia pun dihadapkan dengan Master Hung (Sammo Hung) dari aliran Hung Ga. Namun, masalah yang ada pada film ini bukan terjadi antar aliran namun dengan Twister (Darren Syahlavi), seorang jawara tinju yang didatangkan oleh koloni Inggris pada saat kompetisi tinju. Twister menghina dan melukai hati rakyat Cina dengan mengatakan hal yang menyakitkan tentang kungfu. Tentu saja Ip Man dan teman-teman tidak tinggal diam.

Melihat Donnie Yen yang berperan sebagai Ip Man saya tidak bisa membayangkan orang lain lagi. Jackie Chan atau Jet Li sekalipun tampaknya tidak akan terlihat begitu menyatu dengan karakter Ip Man. Donnie Yen seperti sudah ditakdirkan untuk memerankan tokoh Ip Man, ekspresi wajahnya, gerakannya, ketenangannya, semua menampilkan sebuah aura yang begitu kuat. Di Ip Man 2, Donnie kembali menunjukkan performa akting dan keahlian wushu-nya yang luar biasa. Apalagi kali ini aktor senior yang juga ahli wushu, Sammo Hung, ikut bermain dalam film ini. Sammo Hung tadinya hanya menyusun seluruh koreografi dalam film Ip Man, namun sekarang ia ikut bermain sekaligus kembali menyusun adegan koreografi dalam Ip Man 2. Koreografi dalam kedua film Ip Man benar-benar indah dipandang mata. Lalu, siapa bilang orang bertumbuh gemuk tidak bisa kungfu? Tonton aksi Sammo Hung dalam film ini! Meski sudah berumur dan tidak memiliki tubuh ideal, namun gerakan kungfunya masih sangat luwes. Salut!

Ip Man 2 menurut saya merupakan sebuah film martial-art mandarin yang wajib anda tonton. Tidak masalah meskipun anda belum menonton yang pertama, karena film ini memiliki plot cerita yang simple, jadi dijamin anda akan mengerti. Film ini mungkin bisa dikatakan sebuah film martial-art yang mendekati sempurna, karena meskipun bertemakan martial-art, namun film ini dikemas dengan cara penuturan cerita yang tidak 'ngasal' dan juga diselingi humor-humor yang segar. Cerita di Ip Man 2 memang jauh lebih datar dibanding yang pertama, namun masih sangat enjoyable dan mengandung nilai-nilai yang bisa kita pelajari. Nilai-nilai seperti cinta dan menghargai budaya negeri sendiri sangat kental disini. Akting para pemain utama dalam film ini juga patut diacungi dua jempol. Overall, very recommended movie, even though you're not Chinese, try to watch this one! :)





May 1, 2010

REVIEW: IRON MAN 2





































"I am Iron Man. The suit and I are one."

Kesuksesan besar yang diraih Iron Man pertama pada tahun 2008 lalu otomatis berhasil membuat kehebohan di sejumlah bioskop di tanah air pada kali pertama penayangan Iron Man 2 hari ini. Saya pun tidak kalah heboh. Saya sudah membeli tiket Iron Man 2 sejak dua hari yang lalu via m-tix karena takut tidak kedapatan tiket. Berlebihan? Tidak juga, buktinya antusiasme para penikmat film di Indonesia terhadap film ini begitu besar, terbukti bioskop hari ini ramai sekali! Iron Man pertama memang berhasil membuat banyak orang jatuh hati dan menjadikan karakter ini sebagai superhero favorit yang baru. Kali ini semua penasaran dengan apa yang akan terjadi kepada Tony Stark selanjutnya.

Iron Man 2 berkisah tentang nasip Tony Stark yang telah terungkap identitasnya oleh pemerintah dan pers sebagai Iron Man. Pemerintah dengan dibantu oleh rival Stark, Justin Hammer (Sam Rockwell) ingin agar 'senjata' Iron Man tersebut diserahkan kepada negara dengan alasan demi keamanan. Hal ini dikarenakan negara-negara lain sudah mulai ikut membuat senjata ala Iron Man, meskipun belum ada yang bisa sebanding. Stark tentu tidak akan menyerahkan barang kesayangannya begitu saja. Ia malah bertingkah semakin ngeyel dan semaunya, apalagi tubuhnya semakin hari semakin melemah dikarenakan ia sekarang hanya hidup dengan bantuan alat di dadanya. Tanpa disangka ternyata Stark memiliki musuh bebuyutan bernama Ivan Vanko (Mickey Rourke), seorang ilmuwan asal Rusia. Dibantu asisten tim S.H.I.E.L.D yang diketuai oleh Nick Fury (Samuel L. Jackson), Natasha Romanoff (Scarlett Johansson) dan sahabat lamanya James Rhodes (Don Cheadle), Tony Stark dan kawan-kawan harus berusaha untuk melawan musuh barunya tersebut.

Beberapa karakter baru di Iron Man 2 sangat mencuri perhatian, favorit saya tentu saja karakter Ivan Vanko a.k.a Whiplash yang diperankan Mickey Rourke. Aktor yang pernah bermain apik dalam The Wrestler (2008) ini tampil sangat cocok dengan peran yang dimainkan. Mickey berhasil menampilkan karakter Ivan Vanko yang misterius nan menyeramkan. Aksen Rusia yang ia tampilkan juga cukup menunjukkan bahwa ia termasuk aktor yang serba bisa. Scarlett Johansson juga terlihat sexy dan bermain baik, adegan perkelahiannya menjelang akhir film termasuk keren. Sam Rockwell yang berperan sebagai Hammer juga ternyata memberikan surprise karena karakternya berhasil terlihat sangat annoying. Surprise berikutnya datang dari sang sutradara, Jon Favreau yang ikut bermain sebagai cameo dalam film ini, ia berperan sebagai Happy, supir sekaligus teman Tony Stark. Perannya ternyata cukup mencuri perhatian dan menghibur penonton. Gwneth Paltrow dan Robert Downey Jr. juga bermain baik, namun tidak terlalu menunjukkan peningkatan yang signifikan. Ada satu karakter yang kurang saya sukai kali ini, yaitu Don Cheadle yang hadir menggantikan peran Terrence Howard sebagai sidekick Tony Stark. Ia terlihat kurang garang, lagipula wajahnya pun terlalu serius. Chemistry antara dirinya dengan Robert Downey Jr. seperti kurang terjalin dengan baik.

Kali ini Iron Man 2 tampil nyeleneh dan lebih banyak unsur humor. Karakter Tony Stark terlihat lebih menyebalkan sekaligus narsis tingkat tinggi. But I still love Tony anyway! Plot cerita sedikit mengecewakan, apalagi ditambah dengan ending yang terkesan terburu-buru dan kurang klimaks. Adegan action kali ini terbilang sedikit, lebih berat ke unsur komedi dan drama. Namun secara keseluruhan Iron Man 2 menurut saya tetap sebuah sajian yang sangat menghibur dan wajib untuk ditonton. Special efek cukup memanjakan mata, mengingat ini adalah proyek film budget besar. Pesan saya, jangan buru-buru keluar setelah film usai karena sehabis end credit akan ada scene tambahan! Overall, Iron Man 2 is a recommended movie to watch, it's fun and entertaining. Don't expect too much because the first one is still better, but the sequel is definitely worth your money! :)