June 30, 2013

REVIEW: DESPICABLE ME 2 3D

"Bottom? HAHAHAHAHA.."

Who doesn't love minions? I LOVE MINIONS! Sejak pertama kali menonton Despicable Me tahun 2010 kemarin, saya langsung jatuh cinta dengan makhluk kuning super lucu yang ada dalam animasi ini. Buat yang belum baca review yang pertama bisa baca disini. Bukan hanya minions tapi semua karakter dalam Despicable Me memang sangat lovable. Berkat kesuksesan yang tidak disangka, sequelnya tahun ini sudah pasti ditunggu para moviegoers. Berbagai promosi yang ada juga sukses, contohnya Mc.Donalds yang menjual miniatur minions sepaket dengan Happy Meal langsung ludes dalam beberapa hari! Terbukti para pecinta minions memang banyak, termasuk di Indonesia. They are too cute to be true. Saya sendiri sudah tidak sabar menunggu kelanjutan film ini, beruntung lagi-lagi saya bisa menyaksikannya lebih dulu kemarin dalam media screening, versi 3D pula! Bananaaaaaa..!!! Bananaaaaaa..!!!

Kali ini Gru (Steve Carell) sudah sangat berubah semenjak mengadopsi Agnes (Elsie Kate Fisher), Edith (Dana Gaier), dan Margo (Miranda Cosgrove). Ia sudah pensiun dari penjahat dan mulai berbisnis selai dan jelly. Namun tiba-tiba ia kedatangan Lucy Wilde (Kristen Wiig), seorang agent anti penjahat yang ditugaskan oleh atasannya, Silas Ramsbottom (Steve Coogan), untuk mencari Gru dan memaksanya membantu mereka menangkap seorang penjahat baru. Gru pun terpaksa menuruti kemauan mereka karena ia dulu pernah mencuri bulan, meskipun pada akhirnya dikembalikan lagi. Anti-Villain League sengaja mencari Gru karena menurut mereka hanya penjahat lah yang bisa mengerti cara berfikir penjahat lainnya. Akhirnya Gru dibantu dengan Lucy bersama-sama menyamar dan berusaha menerka siapakah penjahat baru ini. Para minions sudah tentu saja ikut andil dalam proses ini!

Despicable Me tidaklah hanya bergantung kepada para minions untuk bisa sukses besar, karakter-karakter lovable dalam yang ada didalamnya memang punya tempat tersendiri di hati para penonton; Gru, Agnes, Edith, Margo, Dr.Nefario, dan sekarang ditambah dengan kehadiran Lucy Wilde. Menurut saya pribadi, Despicable Me 2 lebih lucu bila dibandingkan yang pertama, meskipun dari segi cerita sendiri memang masih lebih bagus yang pertama. Tapi bohong kalau anda tidak buat tertawa di setiap scene, khususnya scene yang melibatkan minions. Ada 2 scene dimana para minions bernyanyi-nyayi unyu dan saya pun dibuat tertawa setengah mati, I laughed my ass out during that scene! Karena tawa ini lah, plot yang sedikit lemah bukanlah sebuah hal yang perlu dibesar-besarkan. Just enjoy it and laugh out loud throughout the film!

Bravo Universal Studios and Illumination Entertainment for bringing us such a great animation! Saya sangat menikmati setiap menit yang saya habiskan menonton film ini. Kekonyolan yang ada didalamnya membuat saya tidak henti mempromosikan film ini ke setiap orang yang bertanya. It's pure entertainment, not only for children but also for adults! Wajib nonton versi 3D ya! Saya sendiri bukanlah orang yang suka menonton film 3D kalau tidak terpaksa, karena entah kenapa memakai kacamata 3D kadang membuat kepala saya pusing, apalagi kalau filmnya tidak worth it untuk disaksikan dalam versi 3D.. Namun Despicable Me adalah sebuah pengecualian. Despicable Me pertama sudah membuat saya ternganga dengan efek 3D super eye-popping, kali ini Despicable Me 2 juga tidak kalah seru ditonton versi 3D-nya. Like the first one, please stay for the end credits for a nice little added after credits scene. Papoyyy!!! :)






June 29, 2013

REVIEW: WHITE HOUSE DOWN

"Don't touch the Jordans!"

Orang sudah pasti akan membandingkan White House Down dengan Olympus Has Fallen yang baru saja tayang beberapa bulan lalu. Kedua film ini tayang dengan jarak waktu yang tidak terlalu jauh dan memiliki tema yang bisa dibilang sama, dimana negara Amerika diselamatkan oleh seorang pria pemberani dengan bermodalkan pistol. Jika saya harus memilih diantara kedua film tersebut terus terang saya sendiri bingung karena menurut saya keduanya memiliki nilai yang sama. Both are not a bad movie; but not a great movie either. Namun White House Down merupakan sebuah tontonan yang fun karena humor yang diselipkan disepanjang film. Jangan mengharapkan sesuatu yang berbeda dari segi cerita karena dari segi cerita sendiri bisa dibilang sangat klise. But yeah, it was a fun summer blockbuster movie.

Presiden Amerika Serikat, James Sawyer (Jamie Foxx), sedang berada di tengah misinya untuk berdamai dengan wilayah Timur Tengah, dan seorang perwira polisi Capitol, John Cale (Channing Tatum) sedang berada di White House dengan harapan ia dapat lulus interview dan diterima menjadi salah seorang secret agent pengawal presiden. Meski aplikasinya ditolak, ia tetap berada di White House sembari menikmati tur disana guna menemani anaknya yang gila politik, Emily (Joey King). Namun ditengah tur terjadi keributan di Gedung Putih karena adanya orang dalam yang berkhianat. Disaat berlangsungnya aksi pengambilalihan Gedung Putih, John dan putrinya terpisah. John menjadi satu-satunya orang yang selamat dan menjadi tumpuan utama untuk menyelamatkan Presiden dan ia juga sekaligus harus mencari cara agar bisa melindungi putrinya sebelum para terroris berhasil menghancurkan simbol terbesar bangsa Amerika.

Aksi 'kucing - tikus' berlangsung terus sepanjang film. Tempo film ini sendiri memang agak slow dari awal menjelang pertengahan, namun menuju akhir sepertinya kekonyolan demi kekonyolan mulai semakin mendominasi sehingga menurut saya itu menjadi salah satu penyelamat White House Down. Entah bagaimana jadinya kalau tidak ada selipan humor dalam film ini, karena terus terang dari segi cerita memang bukan sesuatu yang baru. Namun jujur, saya suka dengan ending yang disajikan. Akting Channing Tatum sebagai hero disini juga bagus. Jamie Foxx awalnya menurut saya kurang cocok, namun kembali lagi, setelah kekonyolan mulai lebih mendominasi saya jadi meralat hal tersebut. The rest of the cast was not bad. Pertanyaannya, apakah White House Down adalah sebuah film yang menyenangkan untuk ditonton? Ya. Is it a GREAT movie? No. Apakah film ini termasuk salah satu film summer terbaik tahun ini? Tidak. Tapi saya cukup menikmati dua jam lebih yang saya lewati untuk menonton film ini. :)





June 22, 2013

REVIEW: STOKER

"This is me. Just as a flower does not choose its color, we are not responsible for what we have come to be."

Disutradarai oleh Park Chan Wook (Old Boy, Thrist) dan ditulis oleh aktor Prison Break, Wentworth Miller, Stoker merupakan sebuah karya thriller yang unik tentang sebuah keluarga 'sakit'. Film ini juga merupakan debut film berbahasa Inggris pertama dari Park. Salah satu hal yang paling menarik dalam film ini adalah Park's directorial style. Dikenal dengan gaya pengambilan gambar yang kinetic, scene dalam Stoker terasa begitu indah dan penuh makna terselubung. Dari awal sampai akhir film ada saja scene yang membuat saya amaze sangking kagum akan perhatian sang sutradara pada hal-hal detail yang ada.

Stoker berkisah tentang India Stoker (Mia Wasikowska), seorang remaja pintar yang terlahir dari keluarga kaya. Ia berkepribadian introvert dan lebih suka menyendiri. Satu-satunya orang yang paling dekat dengan India hanyalah ayahnya (Dermot Mulroney), namun sayang pada ulang tahunnya yang ke-18 sang ayah meninggal dunia karena kecelakaan. India yang sedang berkabung harus berkutat dengan ibunya, Evelyn (Nicole Kidman), yang adalah seorang pecandu minuman keras dan terkesan tidak terlalu perduli akan kematian suaminya. Masalah mulai muncul ketika tiba-tiba mereka kedatangan sosok misterius bernama Charlie (Matthew Goode) yang ternyata adalah adik almarhum. India yang tidak pernah tahu bahwa ia punya paman pun merasa risih akan kemunculan Uncle Charlie. Lain hal nya dengan Evelyn yang terlihat begitu senang dengan kedatangan sosok laki-laki muda tampan itu.

Warna-warna dalam film ini sangat menakjubkan. Pengambilan gambar serta score juga saling mendukung satu sama lain. Terlebih Nicole Kidman dan Matthew Goode yang menawarkan kualitas akting top performances. Wajah tanpa ekspresi Mia Wasikowska (yang sebetulnya kurang saya sukai) ternyata sangat cocok dengan karakter yang dimainkannya disini. Sempurna dengan tatapan dingin dan tidak bisa ditebak maunya apa. Kehadiran aktris asal Australia, Jacki Weaver (Animal Kingdom), juga patut dipuji karena meski hanya muncul sebentar dalam film ini namun intensitas emosi yang ia tunjukkan menunjukkan kualitasnya sebagai salah seorang aktris yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Akan tetapi, Stoker memang bisa dikatakan adalah film Mia. She is the main key. Chemistry seksual antara India dan Uncle Charlie bisa dibilang sangat elektrik! Luar biasa! Salah satu adegan terbaik dalam film ini terjadi ketika mereka berdua duduk dan bermain piano bersama memainkan alunan musik dari Philip Glass. Believe me, it's 'piano-sex' everyone! Musik yang mengalir di antara mereka bagaikan koneksi penetratif. Wow. Film ini juga menyertakan sebuah scene yang menurut saya one of the best masturbation scene on film. Absurb memang, tapi entahlah menurut saya scene tersebut dieksekusi dengan sangat intens. In a sick way. lol.

Scene akhir film juga menurut saya sangat berseni. Park Chan Wook dan sinematografernya, Chung Chung Hoon, mengambil gambar kiasan dengan sangat detail dan membuat saya menikmati sampai akhir. Dari segi cerita sendiri sebetulnya masih banyak hal janggal yang jadi pertanyaan di benak saya, namun entah kenapa seperti ada sesuatu yang istimewa dari Stoker. Sesuatu yang menempel dalam ingatan saya. Mulai dari gambar-gambar yang disajikan, akting dan ekspresi para pemainnya yang brilian, musik pengiring yang intens, sampai kesadisan yang sebetulnya tidak terlalu sadis secara visual namun mampu membuat saya merinding dalam beberapa scene. Thanks to esensi detail dari sang sutradara, film ini menjadi sebuah karya yang sayang untuk dilewatkan bagi para penikmat film. Jelas ini tidak dapat dinikmati oleh semua orang, tapi tidak ada salahnya menikmati sebuah karya seni yang indah sesekali. :)





June 20, 2013

REVIEW: WORLD WAR Z

"Get ready for lots of Z!"

Hal pertama-tama yang menarik dari World War Z adalah trailernya. Ya, trailer World War Z tidak terlalu banyak menceritakan isi film, hanya saja sajian tumpukan mayat hidup yang luar biasa banyak kiranya sudah menggugah untuk segera menyaksikan film ini bukan? Paling tidak itulah yang saya rasakan. Menonton trailer World War Z membuat saya bergumam 'Yes, another zombie movie!'. Meskipun bukan pecinta film horror, tapi entah kenapa saya selalu tertarik untuk menonton film bertema zombie,  entah itu yang mencengangkan seperti favorit saya 28 Days Later (2002) dan Dawn of the Dead (2004) atau yang dengan sentuhan humor seperti Shaun of the Dead (2004) dan Zombieland (2009). Saya memutuskan untuk menonton film ini dengan ekspektasi yang biasa-biasa saja, karena sudah lama tidak ada film zombie yang bagus. Ternyata World War Z melebihi ekspektasi saya. I enjoyed it so much!

Ketika sebuah virus yang merubah manusia menjadi zombie menyerang dunia, seorang mantan penyidik PBB, Gerry Lane (Brad Pitt), menjadi harapan terakhir untuk menghentikan para zombie dari penyebaran virus mereka. Meski baru saja meninggalkan PBB, ia mau tak mau setuju untuk ikut membantu karena ini satu-satunya cara untuk memastikan keluarganya dilindungi dari para zombie. Seiring dengan misinya ini, Gerry diharuskan untuk pergi ke beberapa negara seperti Korea dan Israel guna mencari tau darimana asal mula virus zombie berasal. Puncaknya ada di Wales dimana ia dan WHO bekerja sama mencari penangkal virus yang masih tidak jelas ini.

Jarang ada film yang memiliki banyak kekurangan dari segi cerita namun tetap bisa sangat menghibur penonton. Jujur saja, banyak plot holes dalam World War Z yang jadi terabaikan sangking serunya film ini. Mungkin karena special effects yang disajikan memang fantastis, para zombie juga terlihat menakutkan tanpa terkesan berlebihan, dan sang jagoan juga tidak banyak ngomong yang tidak perlu, intinya 'gak lebay'. Bohong kalau anda tidak kaget kala menonton film ini. Saya beberapa kali dibuat kaget setengah mati karena zombie yang muncul tiba-tiba. But it was super fun tho!

Tempo film ini juga berjalan sangat cepat, anda tidak akan merasa bosan dari awal hingga akhir karena terror yang ada begitu bertubi-tubi sampai anda tidak akan sempat duduk tenang. Begitu film dimulai langsung ada zombie dimana-mana, ledakan, orang-orang berlarian, teriak, ketakutan (baca: heboh). Karena begitu singkatnya waktu yang diberikan pada penonton untuk bersantai sejak awal film, makanya seterusnya penonton akan dibuat ikut panik bersama dengan sang tokoh dalam film. Selamat tegang, kawan. :p

Berbicara tentang Brad Pitt, selain ia memang terlihat semakin tampan dengan rambut gondrong nanggung gak jelasnya itu, penampilannya memang tergolong sangat baik dalam film ini. Disini bisa dibilang ia seperti bermain sendiri karena kebanyakan orang-orang yang ia temui dalam misinya hanya muncul sebentar saja, either mereka mati atau jadi zombie. It explains why the film needed an A-lister in the lead. Brad Pitt menurut saya merupakan pilihan yang tepat untuk karakter jagoan disini, kita dibuat percaya bahwa he's just a regular, smart guy who can kick arse. Hehe.. Selain Pitt, penampilan dan kharisma kuat dari Daniella Kertesz sebagai seorang prajurit muda Israel juga mencuri perhatian.

World War Z merupakan sebuah tontonan yang sangat menghibur. Jangan mengharapkan sajian cerita yang dalam dan berliku, lengkap dengan ending yang tidak terduga karena bukan itu yang akan anda dapatkan dari film ini. Tinggalkan hal-hal detail yang ada. Ini musim liburan, saatnya menonton sebuah film yang murni menghibur. Seru. Menonton World War Z bagaikan sedang menaiki roller coaster yang naik turun dan membuat adrenalin mengalir kencang. Para penggemar film zombie hard core mungkin akan skeptis terhadap film ini, namun saya jamin para moviegoers akan menikmati film ini seperti saya yang juga sangat menikmatinya. Saran saya, just watch World War Z and have fun along the way! :)





June 18, 2013

REVIEW: MAN OF STEEL

"The world's too big, Mom."

Man of Steel adalah sebuat reboot dari cerita Superman yang disutradarai oleh Zack Snyder (300, Watchmen, Sucker Punch) dan diproduseri oleh salah seorang sutradara favorit saya, Christopher Nolan (Memento, The Dark Knight, Inception). Dari segi judul sendiri menurut saya sudah sangat Nolan. Hehe.. Superman sendiri merupakan karaktek yang paling iconic bila dibandingkan dengan superhero yang lainnya. Bisa dibilang mungkin Superman juga menjadi salah satu karakter yang sulit untuk 'diapa-apain' karena kekuatannya memang ada dari dalam dirinya dan sepertinya semua konflik bisa ia selesaikan tanpa terlihat terlalu kewalahan. But hey, you can't have story without conflict, right? :)

Film dibuka dengan suasana planet Krypton yang sedang diujung kehancuran. Jor-El (Russell Crowe) dan istrinya, Lara (Ayelet Zurer), sedang ingin mengirim putra mereka yang masih bayi ke Bumi dengan harapan agar sang putra dapat terus melanjutkan hidup. Sayangnya, hal ini diketahui oleh Jendral Zod (Michael Shannon) yang membelot pemerintahan dan sangat marah begitu tahu bahwa benda penting yang bernama codex ikut pergi dengan anak Jor-El ke Bumi. Codex bisa digunakan untuk membangun lagi planet Krypton.

Lalu penonton akan disajikan Clark Kent (Henry Cavill) dewasa yang hidupnya selalu berpindah-pindah. Ini dikarenakan ia tidak ingin aksi heroic anonimnya diketahui oleh masyarakat, karena menurutnya orang akan takut pada hal-hal yang tidak bisa mereka mengerti. Flash Back masa kecil Clark pun turut disertakan disini, mulai dari tempat yang dianggapnya rumah di Smallville, Kansas, sampai peran kedua orangtua angkatnya, Jonathan (Kevin Costner) dan Martha Kent (Diane Lane), yang selalu membantunya belajar untuk mengontrol kekuatannya dan mempertimbangkan untuk menggunakannya secara bertanggung jawab.

Ia pun lalu secara tak sengaja bertemu dengan Lois Lane (Amy Adams), seorang wartawan terkenal dari Daily Planet. Karena salah satu aksi heroik Clark akhirnya Lois mengetahui identitasnya sebagai Superman. Tak lama berselang tiba-tiba muncul ancaman massal ke Bumi oleh Jendral Zod yang meminta agar Superman menyerahkan diri. Waktu berpuluh-puluh tahun belakangan ini ternyata dipakai Zod untuk membangun sebuah pesawat yang bisa digunakannya menuju ke Bumi dan mencari anak Jor-El guna merebut kembali codex. Dan dimulailah pertempuran dengan Superman!

Ini bukanlah sebuah film yang sempurna, hmm, walau memang tidak ada film yang sempurna. Tapi Man of Steel sendiri menurut saya agak terlalu lama durasinya. Beberapa adegan perkelahian antara Superman dan pasukan Krypton menjadi terasa membosankan karena terjadi berulang-ulang dan saya jadi capek menonton karena mereka sama-sama kuat dan tidak ada yang benar-benar melukai satu sama lain. Saya mengerti ini memang gaya Zack Snyder, lihat saja film-film arahannya yang rata-rata memang lebih fokus ke sisi action dengan visualisasi menakjubkan. Namun mungkin akan lebih seimbang kalau bagian ini dipersingkat sedikit. Sorry, but for me the battle scenes are just crazy huge!

Salah satu hal terbaik dalam film ini menurut saya adalah jajaran para pemainnya. Henry Cavill sangat cocok berperan sebagai Clark/Superman. I could not imagine anyone doing a better job, or having a better look. Emosi yang ia sampaikan dalam film ini terasa sekali. Michael Shannon juga tampil baik sebagai Zod. Kevin Costner, Russell Crowe, dan Diane Lane juga bermain pas, terutama Costner. Menurut saya tidak mudah membuat karakter Jonathan Kent menjadi seorang sosok simpatik, karena ia selalu melindungi Clark Kent dengan cara yang keras dan menanamkan rasa takut di benak anaknya itu. But Costner did a terrific job! Yang justru agak janggal adalah karakter Lois Lane yang diperankan Amy Adams, entah kenapa tidak ada chemistry antara dirinya dan Superman. Saya malah jadi berandai-andai kalau peran ini diberikan pada aktris lain, siapa ya yang cocok? :D

Saya merasa Nolan dan Snyder benar-benar memiliki nyali yang besar untuk mundur kebelakang dan mempelajari ulang karakter Superman dan juga membayangkan apa kira-kira yang bisa terjadi kalau tiba-tiba ada seseorang seperti Superman muncul di planet kita. Mereka membuat sebuah pekerjaan yang mengagumkan dengan membuat karakter Superman menjadi seseorang yang juga memiliki kekurangan, seseorang yang bisa salah mengambil keputusan, ataupun bisa merasa bersalah dan menderita karena hal itu. Kudos to David S. Goyer selaku penulis skenario! Somehow, Superman dalam Man of Steel jadi terasa lebih 'manusia'.

Meskipun mulai dari pertengahan menjelang akhir film lebih didominasi adegan action, namun entah kenapa yang justru lebih menempel dalam ingatan saya malah adegan awal menuju pertengahan. Saya sangat menikmati sisi melankolis dan dramatis yang disajikan dalam film ini. Sisi emosional seorang Superman. Thumbs up for that! Pada akhirnya menurut saya Man of Steel merupakan sebuah tontonan yang serba 'nanggung'. It's not like either you love it or you hate it, tapi lebih seperti berasa ditengahnya, in the grey area. It's a good movie, but not that great. But I did enjoy the movie, I hope you do too. :)






REVIEW: AFTER EARTH

"Fear is not real. The only place that fear can exist is in our thoughts of the future. It is a product of our imagination, causing us to fear things that do not at present and may not ever exist."

After Earth disutradarai oleh M. Night Shyamalan yang terkenal dengan The Sixth Sense (1999). Namun sayang beberapa film terakhirnya malah menjadi cacian para kritikus film seperti Lady in the Water (2006), The Happening (2008), yang terparah dan terakhir adalah The Last Airbender pada tahun 2010 lalu. Saya tadinya sudah mengurungkan niat untuk menonton After Earth di bioskop, tapi karena sedang bosan dan tidak ada lagi yang bisa ditonton akhirnya tiket pun saya beli. Menyesal? Bisa dikatakan begitu. :p

Seribu tahun di masa depan, Kitai (Jaden Smith) dan ayahnya, Cyprus (Will Smith), berhasil selamat dari kecelakaan pesawat yang membuat mereka terdampar di Bumi. Mereka berasal dari planet Nova Prime, dimana planet tersebut merupakan tempat baru bagi manusia untuk melanjutkan hidup setelah dahulu kala terjadi sebuah bencana yang memaksa manusia keluar dari planet Bumi. Sekarang Bumi tidak dihuni manusia dan menjadi planet yang pantang didatangi manusia karena semua makhluk hidup yang ada didalamnya otomatis akan membunuh manusia, khususnya Ursa.

Ursa adalah monster yang memangsa manusia dengan cara mencium rasa takut. Makhluk ini tidak dapat melihat jadi ia hanya bergantung pada indera penciuman rasa takut yang dikeluarkan oleh hormon manusia. Tekhnik 'ghost' merupakan sebuah cara yang digunakan untuk membunuh Ursa. Seorang 'ghost' harus bebas dari rasa takut sama sekali sehingga kehadirannya tidak diketahui Ursa dan ia dengan mudah dapat membunuh makhluk tersebut. 'Ghost' pertama yang ada adalah Jendral Cyprus Raige, ayah Kitai.

Sayang, kecelakaan pesawat yang terjadi membuat Cyprus tidak dapat berjalan dan harus bergantung pada tekhnologi remote guna memandu Kitai mencari sebuah alat sinyal marabahaya di bagian ekor pesawat mereka yang terlempar ke sisi lain pulau. Kitai yang selalu ingin menjadi prajurit seperti ayahnya akhirnya mau tidak mau berjalan menelurusi sebuah planet yang asing baginya. Banyak rintangan yang menghadang namun kenangan hangat tentang sang ibu, Faia (Sophie Okonedo), dan sang kakak, Senshi (Zoe Kravitz), secara tidak langsung mampu menjaga dan menguatkan Kitai selama perjalanan.

Saya mendapati film ini berjalan sangat lambat. Dialog-dialog yang ada dan akting Jaden Smith pun seperti saling balap siapa yang paling kaku. Didukung juga dengan plot cerita yang tidak istimewa. Satu-satunya hal yang bisa saya nikmati disini hanya sisipan beberapa special effects yang lumayan. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan jalan cerita yang ringan, terkadang banyak juga film dengan plot yang bolong sana sini namun tetap bisa menghibur. Salah satu yang sedikit menyebalkan dalam film ini menurut saya terletak pada pemeran utamanya. Ya, Jaden Smith. Entah kenapa Jaden terlihat belum siap untuk tampil sebagai sorotan solo. Terlebih dalam film ini aktingnya terlalu kaku, suaranya terlalu lemah, dan badannya terlalu kecil dan kurus untuk menjadi seorang pahlawan. Miscast in his own movie? Could be. :)

After Earth mungkin akan menjadi film yang cocok untuk ditonton keluarga karena jalan ceritanya yang ringan dan pemandangannya yang bagus. Anak-anak akan suka menonton petualangan Kitai dalam film ini apalagi dengan suguhan pemandangan yang bisa dibilang bagus. Tapi kalau anda sudah dewasa dan tidak ingin bosan selama kurang lebih satu setengah jam lebih baik lewatkan saja film ini. Another bad movie from M. Night Shyamalan.










June 17, 2013

FLASH BACK TO 1998: THE TRUMAN SHOW


"Good morning, and in case I don't see ya, good afternoon, good evening, and good night!"

Pernahkan anda membayangkan kalau ternyata ada banyak orang yang sedang menonton anda saat ini? Bukan hanya saat ini saja, akan tetapi selama 24 jam penuh. Bagaimana kalau ternyata rumah nyaman yang anda tinggali, pekerjaan yang anda jalani, teman-teman anda, bahkan orangtua dan pasangan anda adalah bagian dari sebuah reality show paling terkenal di seluruh dunia dengan anda sebagai pemeran utamanya. Kedengarnya tidak terlalu buruk bukan? Tapi akan beda ceritanya kalau ternyata hanya anda lah satu-satunya orang yang tidak tahu sama sekali tentang konspirasi ini.

Bagi Truman Burbank (Jim Carrey), hidupnya seolah normal seperti orang-orang lainnya. Ia menjalani pekerjaannya sebagai seorang sales di sebuah perusahaan, memiliki sebuah rumah nyaman di daerah 'Seahaven', dan seorang istri cantik bernama Meryl (Laura Linney). Selama 30 tahun hidupnya, kegiatan Truman setiap harinya disiarkan secara langsung ke televisi dalam sebuah acara reality show terkenal "The Truman Show". Acara ini sangat disukai masyarakat, mereka menontonnya di restoran, di bar, di rumah, dimana saja. Bahkan para penonton juga bisa memesan langsung barang-barang yang ada dalam acara tersebut dalam 'Truman Catalog'.

Truman tidak pernah tau bahwa daerah 'Seahaven' hanyalah sebuah kubah besar yang di-set sedemikian rupa sehingga terlihat seperti sebuah kota yang normal dan rapi. Sampai suatu pagi sebuah lampu panggung jatuh dari langit dan ia mulai bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Belum lagi ia tiba-tiba melihat sosok ayahnya muncul di tengah kota, padahal sang ayah telah meninggal dunia pada kecelakaan kapal di laut waktu ia kecil. Keanehan demi keanehan terus terjadi dan semakin lama hal ini semakin membuat Truman curiga. Sang pencipta acara, Christof (Ed Harris), mencoba mengendalikan kecurigaan Truman bahwa dunianya hanya berputar-putar dan orang-orang disekelilingnya hanyalan aktor dan aktris. Truman merasa ia harus melarikan diri dan mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.

Film ini membuktikan bahwa sebuah ide yang gila dapat disajikan menjadi sebuah film yang luar biasa. Saya suka sekali ide original yang tersaji. Meski saya bukan fans Jim Carrey, namun harus saya akui kalau ia tampil beda disini, namun tidak meninggalkan sisi konyol yang memang menjadi ciri khasnya. Beberapa gambar dalam "The Truman Show" juga dibuat dalam perspektif yang menarik berbentuk elips, seperti mata manusia. Hal ini membuat film ini terasa lebih 'hidup'.

Saya juga merasa bahwa penempatan iklan dalam film ini juga menjadi hiburan tersendiri. Orang-orang terdekat Truman selalu mempromosikan berbagai item barang serta menyebut keuntungan dan kualitas khususnya sambil mengarah ke kamera. Hal ini menunjukkan bahwa "The Truman Show" bertindak sebagai acara televisi yang memang tidak pernah lepas dari iklan.

Pada akhirnya saya bisa mengatakan bahwa The Truman Show merupakan salah satu film favorit saya dengan ide-nya yang unik dan sarat akan peringatan tentang kekuatan media massa bahkan pada saat televisi belum menjadi begitu populer seperti sekarang ini. Film ini juga memiliki pesan bahwa semua orang memiliki hak untuk kebebasan dalam hidup dan juga membuat kita lebih menghargai hidup kita apa adanya. :)






June 16, 2013

Hello there!


New header.
Simple white background.
Fresh mood.

YES.
JAGOAN MOVIES
IS
BACK!

with new address:
www.jagoanmovies.com