August 27, 2010

REVIEW: GROWN UPS




































"Some guys need a little extra time to mature."

Saya suka dengan film-film Adam Sandler. Komedinya pas dengan selera saya. Meskipun ada juga beberapa filmnya yang tidak bagus, namun sebagian besar saya pasti suka. Sebut saja Billy Madison (1995), Happy Gilmore (1996), The Wedding Singer (1998), Big Daddy (1999), Punch-Drunk Love (2002), Anger Management (2003), 50 First Dates (2004), The Longest Yard (2005), Click (2006), Bedtime Stories (2008), dan masih banyak lagi. Adam Sandler memang salah satu komedian favorit saya! Saya yakin pasti banyak juga pembaca blog ini yang menyukai Sandler. Kalau memang anda sama seperti saya, selalu menikmati film-film yang dibintangi Sandler (hiraukan beberapa film buruk yang pernah dilakoninya), maka anda pasti juga akan menyukai filmnya yang satu ini. Terus terang sudah lama saya tidak tertawa sampai terbahak-bahak saat menyaksikan film komedi, tapi Grown Ups berhasil membuat saya tertawa sampai sakit perut!

Grown Ups diawali dengan adegan pertandingan basket di sebuah sekolah menengah tingkat pertama pada tahun 1987. Anggota tim terdiri dari Lenny Feder (Adam Sandler), Eric Lamonsoff (Kevin James), Kurt McKenzie (Chris Rock), Rob Hilliard (Rob Schneider), dan Marcus Higgins (David Spade). Mereka berlima berhasil memenangkan pertandingan tersebut dan sang pelatih, Buzzer (Blake Clark) terlihat sangat senang karena ini merupakan tim pertama yang berhasil membuahkan piala untuknya. Tiga puluh tahun kemudian, mereka berlima sudah memiliki kehidupan masing-masing. Lenny menjadi seorang agen artis Hollywood yang sukses dan telah berumahtangga dengan dikaruniai tiga orang anak. Lamonsoff juga sudah memiliki keluarga dan dua orang anak. Begitu juga dengan Kurt, pria rumahan yang punya dua orang anak dan istrinya sedang mengandung anak ketiga mereka. Sedangkan Rob menyukai wanita yang lebih tua dan sedang memacari seorang wanita yang lebih pantas menjadi ibunya. Lain lagi dengan Marcus yang masih menikmati masa lajang. Mereka tiba-tiba mendapatkan kabar kalau sang pelatih telah meninggal dunia, maka mereka beserta keluarga masing-masing harus kembali ke kampung masa kecil mereka di New England untuk menghadiri pemakaman. Selesai pemakaman, Lenny ternyata menyewa sebuah rumah danau untuk menghabiskan liburan akhir pekan bersama. Mereka akhirnya kembali mengingat masa muda sambil berlibur dengan keluarga.

Tidak ada yang bagus dari jalan cerita film ini, tidak ada yang buruk juga. Simple. Simple. Simple. Namun harus saya akui kalau saya sangat menikmati reuni kelima sahabat tersebut beserta keluarga mereka. Dari awal hingga akhir film ada saja lelucon yang membuat saya tertawa. Perpaduan antara Adam Sandler dan Rob Schneider mungkin sudah biasa, tapi apa jadinya kalau ditambahkan dengan Kevin James, David Spade, dan Chris Rock! Bagi saya, ini menjadi sebuah tontonan yang murni hiburan. Tidak perlu berfikir apapun ketika menonton film ini, rileks saja dan nikmati filmnya. Akting para cast yang memang sudah jagonya di jalur komedi memang tidak ada yang perlu dicela lagi, semuanya bermain baik sesuai dengan porsi masing-masing. Perpaduan kelima orang komedian ini sangat pas, masing-masing mampu membuat saya terbahak. Silahkan tonton film ini karena anda pasti akan terhibur, benar-benar sebuah film yang menawarkan hiburan semata. Tapi jangan salahkan saya kalau anda tidak bisa berhenti tertawa sepanjang film. Such-a-ROTFL-movie! :))





REVIEW: THE EXPENDABLES




































"Heroes Today. Legends forever."

Film bermodalkan nama besar para aktor action terkenal yang kumpul menjadi satu? Hasilnya: bioskop penuh! Sejak awal penayangannya, The Expendables sukses membuat antrian bioskop semakin panjang dan yang lebih parahnya lagi, tiket sampai sold out. Saya sudah berusaha ingin menonton film ini sejak minggu awal ditayangkan, tapi selalu tidak sempat untuk membeli tiket lebih awal dan telat bangun pagi untuk membeli tiket melalui fasilitas m-tix, tiga kali saya kehabisan tiket! Akhirnya baru kemarin saya menyaksikan The Expendables. Filmnya menyajikan adegan action yang asik ditonton dari awal hingga akhir, diselingi juga dengan dialog-dialog lucu yang mengundang tawa, namun tidak mengganggu esensi utama yaitu action.

The Expendables adalah kumpulan para pembunuh bayaran yang terdiri dari Barney Ross (Sylvester Stallone), Lee Christmas (Jason Statham), Ying Yang (Jet Li), Toll Road (Randy Couture), Hale Caesar (Terry Crews), dan Gunner Jensen (Dolph Lundgren). Suatu hari mereka dihubungi oleh seorang misterius yang memakai nama samaran, Mr.Church (Bruce Willis). Mr.Church meminta agar mereka membunuh seorang jendral diktaktor di sebuah pulau kecil yang terletak di Amerika Selatan. Barney dan Christmas lalu pergi ke pulau tersebut dan menjalankan misi itu. Disana mereka berkenalan dengan anak sang jendral, Sandra (Giselle Itie). Ternyata target mereka yang sebenarnya bukanlah sang jendral melainkan seorang agen CIA yang korup, James Munroe (Eric Roberts). Misi pertama mereka gagal karena James dan anak buahnya, Paine (Steve Austin), berhasil melarikan diri. Sandra lalu disekap dan disiksa oleh mereka. Barney yang sudah pulang merasa tidak tenang dan ingin kembali ke pulau tersebut guna menolong Sandra, tim Expendables yang lain tidak diam saja. Mereka ikut bersama Barney dan membantu menuntaskan misi tersebut, meskipun salah seorang dari mereka berkhianat.

The Expendables tidak didukung oleh plot cerita yang dalam, bisa dibilang tidak ada yang istimewa dari cerita yang disuguhkan. Namun kalau anda memang mencari adegan action yang dasyat, tentu film ini bisa jadi pilihan. Kapan lagi bisa melihat Stallone, Statham, Li, Austin, dll, beradu dalam satu film. Para pemain lain seperti Bruce Willis dan Arnold Schwarzenegger hanya mencul sekitar lima menit, Mickey Rourke juga hanya muncul sebentar saja. Strategi Stallone yang juga duduk di bangku sutradara memang jitu, memasangkan nama-nama besar para aktor action tersebut pada poster dan juga trailer. Tiket sudah pasti laris manis. Fisik Stallone yang tidak muda lagi (64 tahun) tidak terlalu terlihat, malah masih terkesan sangat kekar dan sangar. Banyak yang mengatakan kalau ia memasang botox di sekitar wajah agar tidak keriput, wajar saja, setiap orang tentu tidak mau terlihat tua bukan? Haha.. Peran yang paling menonjol selain Stallone adalah Jason Statham. Kelihatannya hanya Statham yang mampu menyaingi kegagahan Stallone, sedangkan Jet Li terlihat seperti kurcaci dalam film ini. Tapi tentu saya nama Li turut punya andil besar untuk membuat penonton mau menyaksikan The Expendables. Intinya, meskipun ceritanya biasa saja, film ini sangat tertolong dengan adegan action yang gila-gilaan dan para pemainnya yang memang ahli dalam bidangnya.





August 24, 2010

REVIEW: CATS & DOGS: THE REVENGE OF KITTY GALORE




































"Purr-fessional Spy."

Melihat anjing dan kucing bermain dalam satu film sepertinya memang sangat menghibur. Cats & Dogs (2001) merupakan film keluarga yang lumayan menghibur, saya suka menontonnya. Namun sayang sekali sekuelnya Cats & Dogs: The Revenge of Kitty Galore menurut saya adalah sebuah sekuel yang gagal. Entah kenapa saya tidak menemukan sesuatu yang spesial dalam film ini, mungkin hanya anak kecil saja yang bisa menikmatinya. Cerita film ini sangat membosankan untuk diikuti, karakter-karakter anjing dan kucing yang ada juga tidak mampu membuat saya betah duduk di bangku bioskop. Entahlah, biasanya saya suka dengan film yang bertema binatang, melihat para binatang yang lucu saja saya sudah merasa terhibur, tanpa harus didukung dengan jalan cerita yang istimewa. Sayang sekali, saya tidak menyukai film ini.

Cats & Dogs: The Revenge of Kitty Galore masih mengangkat tema yang sama dengan pendahulunya, yaitu tentang perseteruan antara anjing dan kucing. Kali ini seekor anjing polisi yang tidak terlalu hebat, Diggs (James Marsden), harus menerima nasibnya untuk dikurung karena telah melakukan suatu kesalahan dalam misi terakhir. Namun tiba-tiba ia didatangi oleh seekor anjing yang ternyata adalah agen rahasia, Butch (Nick Nolte). Diggs lalu diajak untuk ikut kedalam kesatuan agen rahasia anjing yang bertugas memerangi kejahatan. Kali ini kawanan anjing itu harus menangkap Kitty Galore. Kitty adalah salah satu anggota MEOWS (agen rahasia khusus kucing) yang berubah menjadi jahat karena trauma masa lalu yang buruk dengan majikannya. Ia sekarang sedang mempersiapkan sesuatu yang jahat guna membuat para anjing menjadi tidak terkendali. Diggs dan Butch lalu dibantu oleh seekor burung merpati bernama Seamus (Katt Williams) dan seekor agen MEOWS, Catherine (Christina Applegate).

Terus terang pada saat melihat trailer film ini saya sudah yakin akan menontonnya di bioskop, karena trailernya terlihat sangat menggemaskan dan menghibur. Akan tetapi yang bagus dari film ini ternyata hanyalah potongan-potongan adegan yang sudah saya lihat di trailer. Selebihnya, tidak ada yang menarik. Filmnya dibuat terlalu untuk konsumsi anak kecil sehingga mungkin bagi penonton dewasa sepertinya hanya membuat kita rugi bila membeli tiket bioskop untuk menyaksikan film ini. Karakter-karakter anjing dan kucing yang ada disini juga ternyata tidak ada yang terlalu 'imut' sehingga saya biasa-biasa saja, apalagi jalan ceritanya juga tidak enak diikuti. Lelucon yang ada pun tidak membuat saya tertawa terbahak-bahak. Untung sekali saya tidak menonton versi 3D-nya karena pasti akan menyesal setengah mati begitu selesai menonton. Saran saya, tidak perlu menonton film ini kalau tidak mengajak anak / adik / keponakan anda yang masih kecil, karena memang cuma mereka yang akan suka. :)





August 20, 2010

REVIEW: VAMPIRES SUCK




































"From the guys who couldn't sit through another vampire movie!"

Vampires Suck adalah film parodi tentang The Twilight Saga yang disutradarai oleh Jason Friedberg dan Aaron Seltzer. Mereka berdua sudah pernah membuat beberapa film bertema parodi; Date Movie (2006), Epic Movie (2007), Meet the Spartans (2008), dan Disaster Movie (2008). Semuanya adalah film parodi yang kurang sukses di pasaran, maka saya sudah bisa menduga bagaimana jadinya Vampires Suck. Namun, rasa penasaran tentang bagaimana trio Edward-Bella-Jacob 'dipermainkan' di film ini mendorong saya untuk menonton di bioskop. Saya termasuk penggemar novel buatan Stephenie Meyer tersebut, namun pada kenyataannya film The Twilight Saga memang tidak sebagus novelnya. Siapa tahu saja kalau parodinya bagus, ternyata ...

Bercerita tentang Becca Crane (Jenn Proske), seorang remaja perempuan, bukan vampir, yang baru pindah ke kota Sporks untuk tinggal bersama ayahnya Frank Crane (Diedrich Brader). Di sekolah ia bertemu dengan Edward Sullen (Matt Lanter) dan langsung jatuh cinta. Edward adalah seorang vampir yang berkulit putih pucat, menggunakan bedak padat, lipstik merah terang, dan tidak ketinggalan gaya rambut jambul super keren. Di lain pihak Becca juga ditaksir mati-matian oleh teman masa kecilnya, Jacob White (Chris Riggi), seorang manusia chi hua hua. Becca lalu ditempatkan pada posisi sulit yang membuatnya harus memilih antara dua pria tampan, 'Team Edward' atau 'Team Jacob'?

Sebetulnya awal film ini sangat menghibur, saya tertawa melihat bagaimana karakter Bella Swan diperankan dengan baik oleh Jenn Proske yang menjadi Becca Crane. Suara mereka berdua hampir mirip kalau menurut saya, begitu juga dengan ekspresi kikuk dan malu-malu ala Kristen Stewart. Adegan-adegan parodi yang ada pada film Twilight dan New Moon juga beberapa membuat saya tertawa karena saya memang sudah menonton kedua film itu. Namun menuju pertengahan hingga akhir, lelucon parodi yang ditampilkan sudah tidak menghibur melainkan membosankan. Karakter Becca juga semakin lama semakin membuat saya kesal, entah kenapa. Kalau anda sudah pernah menonton film The Twilight Saga sebelumnya, boleh saja menonton film ini untuk melihat bagaimana adegan parodinya. Namun, kalau anda tidak pernah mengikuti cerita Twilight ada baiknya tidak usah menonton, karena yang ada anda malah akan kebingungan mengenai apa hal yang lucu dari film ini. lol.

August 12, 2010

REVIEW: THE BACK-UP PLAN




































"Fall in love. Get Married. Have a Baby. Not necessarily in that order."

Siapa sih yang tidak kenal Jennifer Lopez? JLo memang sangat terkenal dengan karirnya sebagai seorang penyanyi, namun selain menyanyi JLo juga mempunyai minat besar dalam bidang perfilman. Sudah banyak film-film yang dibintanginya seperti The Wedding Planner (2001), Maid in Manhattan (2002), Jersey Girl (2004), Monster-in-Law (2005), El Cantante (2006), dan masih banyak lagi. Tapi sayang sekali kemampuannya dalam berakting tidak terlalu baik, film-film yang dibintanginya pun tidak ada yang istimewa, semua biasa-biasa saja bahkan ada beberapa yang memang buruk sekali. Setelah tidak terlihat di layar lebar selama hampir 5 tahun, akhirnya JLo mencoba lagi keberuntungan dalam film terbarunya yang berjudul The Back-Up Plan. Disutradarai oleh Alan Poul yang sebelumnya lebih sering menyutradarai serial televisi, film ini merupakan film layar lebar perdananya.

The Back-Up Plan bercerita tentang Zoe (Jennifer Lopez) seorang wanita paruh baya yang cantik dan terbilang sukses. Ia memiliki sebuah pet store yang dikelola dua orang temannya, sebuah mobil pribadi dan tinggal di sebuah apartement bersama anjing kesayangannya. Hidupnya terlihat sempurna namun ia merasa kesepian dan memutuskan untuk mempunyai anak. Karena faktor masa lalu, ia berfikir kalau tidak perlu bergantung kepada lelaki untuk bahagia dalam hidup, maka ia memutuskan sebuah ide gila yaitu hamil dengan menggunakan bayi tabung. Semua berjalan lancar, proses inseminasi berjalan lancar dan Zoe merasa sangat senang. Sampai akhirnya ia secara tidak sengaja berkenalan dengan Stan (Alex O'Loughlin), seorang pria tampan dan menarik yang mempunyai usaha berdagang keju, sekaligus peternakan miliknya sendiri. Pertemuannya dengan Stan membuat Zoe bingung dan ketakutan, karena ia sudah terlanjur melakukan inseminasi dan sekarang ia malah jatuh cinta dengan Stan. Apa Stan bisa menerimanya kalau ia benar-benar berhasil hamil?

Saya menyaksikan film ini dengan ekspektasi yang rendah, karena film-film yang dibintangi JLo sebelumnya memang tidak ada yang menjadi favorit saya. Harapan saya hanya semoga saja filmnya bisa menghibur dan ternyata .. saya lumayan terhibur. Jalan ceritanya sendiri sangat amat klise dan sudah bisa ditebak dari awal, saya sudah tahu akhirnya akan bagaimana. Lelucon yang ada didalamnya juga tidak terlalu lucu. Tapi secara keseluruhan memang saya terhibur. Aktor baru Alex O'Loughlin cukup sedap dipandang mata dan berkharisma, semoga setelah film ini ia bisa bermain dalam film yang lebih berkualitas, mengingat ia mempunyai modal fisik yang baik. Akting JLo seperti biasanya, tidak ada peningkatan, sama saja seperti film-film sebelumnya, tapi ia terlihat sangat cantik dan segar disini. Review-review buruk berdatangan untuk film ini, ratingnya juga anjlok, tapi menurut saya lumayan lah untuk tontonan hiburan. Tohhh yang main JLo, genrenya juga 'cuma' romantic comedy, jangan berekspetasi terlalu tinggi saja dari awal, kalau begini anda pasti masih bisa menikmati. Sekedar tontonan hiburan saja lah.. :)





August 6, 2010

REVIEW: KILLERS




































"Marriage... give it your best shot."

Menurut saya menonton film bertema romantic comedy memang biasanya selalu bisa menghibur, maka tidak heran kalau genre ini masuk kedalam salah satu genre film favorit saya. Ketika sedang stress dan ingin hiburan, memilih film-film sukses dari genre ini selalu jadi obat mujarab bagi saya, misalnya film When Harry Met Sally (1989) dan Serendipity (2001) yang sudah berulang kali saya tonton. Tapi banyak juga film sejenis yang dibuat asal-asalan, hal ini yang membuat genre romantic comedy dipandang sebelah mata. Kali ini Killers hadir dengan dua pemeran utama yang sedap dipandang, siapa sih yang tidak suka melihat Ashton Kutcher dan Katherine Heigl disandingkan dalam satu frame? Sang sutradara, Robert Luketic, tahun lalu membuat film dengan genre sama yang berjudul The Ugly Truth. Film tersebut diperankan juga oleh Heigl, ditemani Gerard Butler. Menurut saya filmnya menghibur, meskipun tidak memorable. Selain The Ugly Truth, Luketic juga pernah membuat film 21 (2008), Monster-in-Law (2005), Win a Date with Tad Hamilton! (2004), dan Legally Blonde (2001).

Killers bercerita tentang kehidupan Spencer Aimes (Ashton Kutcher) yang sedang menikmati kehidupan mewahnya di salah satu kota terindah di Eropa. Ia memiliki fisik sempurna, wajah tampan, mobil sport terbaru, dan tentu saja wanita cantik disampingnya. Hanya saja pekerjaannya adalah seorang pembunuh bayaran yang disewa pemerintah untuk membunuh para penjahat kelas kakap. Di lain pihak, Jen Kornfeldt yang baru saja diputus pacarnya sedang berlibur dengan kedua orangtuanya ke Eropa. Jen termasuk kategori wanita yang cantik dan menarik sekaligus unik. Di hotel mereka berdua bertemu dan langsung jatuh cinta satu sama lain. Spencer pun meninggalkan pekerjaannya dan serius berpacaran dengan Jen, sampai akhirnya menikah. Tiga tahun berlalu, kehidupan mereka bahagia dan tenang-tenang saja, namun tiba-tiba Spencer mendapat panggilan dari mantan bosnya dulu yang menginginkannya agar tetap membunuh orang. Semua jadi rumit karena selama ini Jen tidak tau masa lalu Spencer, begitu juga orang tua Jen yang selalu mengintil anak dan menantunya setiap saat.

Dari awal hingga pertengahan menurut saya film ini menjanjikan sekali untuk bisa menjadi sebuah film yang bagus dalam genrenya. Namun mulai dari pertengahan sampai film usai, plot cerita berubah menjadi berantakan dan tidak penting. Lelucon yang ada pada awal film juga bagus dan sangat mengibur, namun semakin kebelakang film ini seperti terlihat kehabisan bahan lelucon. Beruntung dengan skrip yang klise dan maksa, film ini ditunjang dengan dua pemeran utama yang memang pas sekali bermain pada genre ini; Ashton Kutcher dan Katherine Heigl. Menurut saya mereka cocok bermain bersama, Heigl berhasil membuat saya tertawa melihat mimik wajahnya yang lucu dalam film ini. Tidak ada yang bisa diharapkan dari segi cerita, namun menikmati pemandangan kota Nice yang indah dan juga sekaligus melihat ketampanan Kutcher serta kecantikan Heigl sepertinya tidak akan membuat anda terlalu rugi. Apalagi kalau anda adalah fans dari mereka berdua, tonton dan nikmati saja, hiraukan rating buruk yang ada. Secara keseluruhan filmnya tipikal romantic comedy, memang tidak istimewa namun tetap berhasil menghibur. :)