April 23, 2010

REVIEW: THE ROAD





































"When you dream about bad things happening, it means you're still fighting and you're still alive. It's when you start to dream about good things that you should start to worry."

The Road bercerita tentang masa post-apocalyptic, dimana dunia terlihat sudah kian hancur dan menuju kearah kiamat. Film ini diangkat oleh sutradara John Hillcoat dari novel terkenal yang telah memenangkan Pulitzer karya Cormac McCarthy. Sekilas plot cerita The Road hampir mirip the The Book of Eli, yaitu tentang dunia yang sudah mulai usang dan tersisa manusia yang bertahan hidup. Akan tetapi kedua film ini merupakan film yang jauh berbeda. The Book of Eli mengandalkan sisi action dalam filmnya, namun The Road adalah sebuah film yang sangat suram tetapi juga sekaligus sangat menyentuh hati. Saya menyukai film ini.

Plot cerita hanyalah berkisar tentang seorang lelaki (Viggo Mortensen) dan anaknya (Kodi Smit-McPhee) yang berjuang untuk tetap hidup dikala kehidupan rasanya sudah tidak layak lagi. Tidak diceritakan lebih jauh tentang bagaimana dunia bisa sekacau itu, akan tetapi kita disajikan sebuah kisah perjuangan antara ayah dan anak yang saling membantu satu sama lain dikala halangan kian datang hari demi hari. Yang mereka pusingkan setiap hari hanyalah bagaimana caranya mencari makan agar tetap dapat bertahan hidup dan bagaimana kalau sepatu satu-satunya yang mereka pakai rusak. Ironis memang, tapi mungkin saja suatu saat hal tersebut dapat terjadi. Manusia lain yang kelaparan sudah memangsa sesama manusia untuk dijadikan makanan, kanibalisme menjadi sesuatu yang biasa dalam film ini. Saya sampai merinding.

Akting Viggo Mortensen patut diacungi dua jempol! Ekspresi dan pandangan matanya membuat kita seolah percaya akan apa yang sedang dialaminya dalam film ini. Aktor muda asal Australia, Kodi Smit-McPhee juga bermain luar biasa. Saya sudah pernah menyaksikan aktingnya dalam film Romulus, My Father (2007) yang juga bagus. Saya rasa, Kodi adalah seorang calon bintang besar. Kedua aktor senior-junior ini sangat cocok disandingkan dalam satu frame. Chemistry yang terjalin sangat terasa, sampai-sampai pada akhir film akting mereka berhasil membuat saya terharu hingga ingin menitikkan air mata. Sang sutradara juga berhasil membuat setting pemandangan suram yang sangat meyakinkan dengan warna kelam - cenderung abu-abu, setiap scene dalam film ini terlihat nyata. Penampilan sekilas dari Charlize Theron, Robert Duvall, dan Guy Pearce kian menambah poin plus. Ending film ini juga sangat realistis.

The Road mungkin bukan film yang tidak bisa diterima semua orang. Film ini cenderung dark, desperate, sad. Mungkin beberapa orang akan bosan dan keluar bioskop pada pertengahan film. Akan tetapi saya sangat menikmati film ini. Menurut saya film ini mengajarkan agar kita tidak mudah putus asa dalam segala cobaan yang sedang menimpa kita. Sebuah film yang berhasil membuat saya merenung sehabis menonton. Sebuah film yang penuh dengan harapan. One of my favorite movie.

The Boy: Are we gonna die?
The Man: We are not gonna quit. We are gonna survive this.




+ komentar + 6 komentar

Anonymous
April 23, 2010 at 9:00 AM

gw sih blum ntn nih pelem, cuman smpt nanya ke beberapa org ada yg blg bagus tp ada yg blg jelek jg. mgkn karena ga smua org suka film yg berbau desperate gitu kali yah..

kerennya film ini, para pemerannya tanpa nama (cuman disebut man, boy,woman)jd teringat once..

Terimakasih Anonymous atas Komentarnya di REVIEW: THE ROAD
April 23, 2010 at 5:04 PM

menurut saya film ini lmayan bagus tapi sayang ada satu hal yang gak logis, Apa alasan mereka menuju arah selatan? Apa karena itu pesan ato mungkin perintah dari istrinya...hehe
Sampe skarang saya msih bingung..haha

Owh,iya saya inget nasihat dari sang ayah ,"When you dream about bad things happening,it shows you're still fighting, you're still alive. But,when you start to dream about good things that should you start to worry."

Terimakasih Thyo Aditya atas Komentarnya di REVIEW: THE ROAD
April 23, 2010 at 11:40 PM

@ kreshna: iya memang bukan film mainstream sih ini.. pasti banyak orang yg bosen.. but i kinda liked it.. :)

@ Thyo: alasan mereka ke selatan itu ke pantai, krn mungkin pantai lebih gampang untuk memulai kehidupan.. maybe.. hehe..

April 29, 2010 at 12:14 PM

Nice Blog, Gab :) i already saw thiz movie.. Agak boring yah,.. tp sebenarnya cukup berisi, n bagus buat perenungan. It's "Pursuit of Happyness" versi kiamat :)

-Jonny Fendi from: JONNY'S MOVEE
http://jonnyfendi.blogspot.com

Terimakasih Jonny Fendi atas Komentarnya di REVIEW: THE ROAD
October 5, 2010 at 4:06 PM

hai gab, saya juga suka dengan film ini. saya sudah lama sekali nonton film ini tapi baru googling tentang film ini sekarang. saya tertarik dengan pengide cerita, dia tidak menyebutkan nama setiap tokoh (sama seperti seorang sastrawan indonesia yang tidak pernah menyebutkan nama tokoh dalam cerpennya, tapi saya lupa namanya :) ). saya membayangkan bagaimana saya bisa bertahan seperti mereka? saya menangis saat menonton film ini. setiap film kadang memang tidak logis tapi itulah menariknya, setiap penonton diajak berimajinasi dan menebak sendiri cerita itu. itulah menariknya film-film luar. trims gab, blog yang menarik.

Terimakasih Ria Sihaloho atas Komentarnya di REVIEW: THE ROAD

Post a Comment