"Don't go chasing shadows."
Daniel Radcliffe berperan sebagai orang dewasa dalam sebuah film horror? Menarik. Well, at least dia bukan Harry Potter disini. Berawal dari rasa penasaran melihat transformasi Radcliffe tersebut akhirnya saya pun menonton The Woman in Black sewaktu pulang kantor, sendirian pula. Saya pribadi bukanlah pecinta genre horror, namun tetap saja sesekali penasaran juga biarpun nantinya bakal banyak reaksi 'tutup muka pake tangan dan ngintip dari sela-sela jari'. Entah kenapa film yang kata orang-orang lumayan bagus ini menurut saya malah tidak seram sama sekali, hanya kaget-kagetan sepanjang film, itu pun bisa dibilang biasa-biasa saja. Saya masih ingat film horror terakhir yang menurut saya bagus adalah Insidious (2010). Sebetulnya kedua film ini sama-sama mengangkat tema oldschool-horror, akan tetapi The Woman in Black terasa gampang ditebak, membosankan, dan klise.
Seorang pengacara muda, Arthur Kipps (Daniel Radcliffe) yang sedang berjuang untuk hidup dan anak lelakinya sejak kematian istri tercintanya. Ia pun mendapat tugas untuk pergi ke sebuah daerah terpencil untuk melihat sebuah villa besar yang sudah lama tidak ditinggali. Anehnya, masyarakat di daerah tersebut sepertinya tidak bersahabat dan menyuruh Arthur untuk pergi saja dari sana. Arthur yang penasaran malah masuk kedalam rumah tersebut dan akhirnya ia menemukan kejanggalan demi kejanggalan didalamnya. Kejadian-kejadian seram pun terjadi terus menerus di daerah itu sejak kedatangan Arthur, terlebih setelah Arthur melihat sosok seorang wanita berbaju hitam disana. Sudah terlanjur basah, Arthur dan dibantu oleh salah satu orang paling kaya di daerah itu, Daily (Ciaran Hinds), akhirnya memutuskan untuk menguak misteri menyeramkan yang terjadi disana.
Sepanjang film rasanya saya hanya disuguhkan wajah ketakutan Daniel Radcliffe saja. Luar biasa membosankan sekali. Sudah tau villa itu berhantu tetap saja dia masuk, sudah dipesan jangan mengejar bayangan tetap saja dia 'kepo'. Klise! Tapi memang ada beberapa bagian yang berhasil bikin kaget penonton. Tapi apa enaknya kalau cuma kaget-kaget gak penting sepanjang film, iya khan!? Semua ekspresi yang ada dalam film ini sepertinya sangat dibuat-buat supaya 'horror', penonton seperti 'dipaksa' untuk takut. Usaha terus menerus untuk membuat penonton takut datang bertubi-tubi mulai dari sound yang mendadak besar, efek suara, gambar yang gelap, dll. Padahal tidak ada ngeri-ngerinya sama sekali! Satu-satunya yang positif dari film ini menurut saya hanya sinematografinya yang ber-setting Inggris tahun 40-an, dimana segala sesuatunya masih vintage dan terasa 'creepy'. Overall, don't like this movie, the ending just make the movie even worse. Avoid.
+ komentar + 6 komentar
Horeeee....
Terimakasih firman atas Komentarnya di REVIEW: THE WOMAN IN BLACKNambah lagi deh yang bilang film ini jelek... :)
kalo untuk penggemar film horror film ini layak dibilang jelek, plot yang menurut saya "sangat biasa dan mudah ditebak ini" semakin membuat film ini membosankan. tapi untuk bahan tontonan ya udah lumayan daripada lihat film horror indonesia.
Terimakasih Suyanto, SPd atas Komentarnya di REVIEW: THE WOMAN IN BLACKPenyihir juga takut hantu hehe
Terimakasih Anonymous atas Komentarnya di REVIEW: THE WOMAN IN BLACKni film ngagetin luar biasa
Terimakasih dora atas Komentarnya di REVIEW: THE WOMAN IN BLACKNice review. Thanks for sharing this movie. I will try to watch it.
Terimakasih Breakingdawn atas Komentarnya di REVIEW: THE WOMAN IN BLACKpenasaran lihat film selanjutnya..
Terimakasih green angelica atas Komentarnya di REVIEW: THE WOMAN IN BLACKPost a Comment