● Honey (Bal) - Turkey
Yusuf (Bora Altas) adalah seorang bocah yang hidup bersama ayah dan ibunya di sebuah daerah pegunungan terpencil di Turki. Ia termasuk anak yang pendiam dan tidak punya teman. Satu-satunya teman terbaiknya adalah sang ayah. Ayah Yusuf, Yakub (Erdal Besikcioglu), adalah seorang peternak lebah. Yusuf sering menemani ayahnya pergi mengambil madu di hutan. Baginya, hutan merupakan sebuah tempat yang sangat menarik, penuh dengan segala misterinya. Meski terlihat sangat luwes di depan sang ayah, Yusuf mendapatkan kesulitan di sekolah. Ia selalu malu apabila disuruh membaca, suaranya terputus-putus. Suatu hari lebah-lebah menghilang dari sarangnya, lalu sang ayah mengambil keputusan untuk pergi ke sebuah daerah yang lebih jauh guna membuat sarang baru. Hari demi hari berlalu namun Yakub tak kunjung pulang. Yusuf pun menjadi tambah diam dan tidak berbicara dengan sang ibu. Setiap hari ia menunggu ayahnya pulang dari hutan. Yusuf lalu nekad pergi ke hutan untuk mencari sang ayah. Sebuah perjalanan yang tidak berujung..
Yusuf (Bora Altas) adalah seorang bocah yang hidup bersama ayah dan ibunya di sebuah daerah pegunungan terpencil di Turki. Ia termasuk anak yang pendiam dan tidak punya teman. Satu-satunya teman terbaiknya adalah sang ayah. Ayah Yusuf, Yakub (Erdal Besikcioglu), adalah seorang peternak lebah. Yusuf sering menemani ayahnya pergi mengambil madu di hutan. Baginya, hutan merupakan sebuah tempat yang sangat menarik, penuh dengan segala misterinya. Meski terlihat sangat luwes di depan sang ayah, Yusuf mendapatkan kesulitan di sekolah. Ia selalu malu apabila disuruh membaca, suaranya terputus-putus. Suatu hari lebah-lebah menghilang dari sarangnya, lalu sang ayah mengambil keputusan untuk pergi ke sebuah daerah yang lebih jauh guna membuat sarang baru. Hari demi hari berlalu namun Yakub tak kunjung pulang. Yusuf pun menjadi tambah diam dan tidak berbicara dengan sang ibu. Setiap hari ia menunggu ayahnya pulang dari hutan. Yusuf lalu nekad pergi ke hutan untuk mencari sang ayah. Sebuah perjalanan yang tidak berujung..
>>> Menurut saya film ini membosankan. Tidak ada musik yang dipakai sama sekali mulai dari awal sampai akhir film (well, ada sih di satu scene). Yang ada hanya suara jangkrik dan angin. Dialog-dialog pun sangat amat irit, apalagi filmnya termasuk panjang; sekitar 103menit. Jadi banyak sekali silent moments dalam film ini, ahhh..bosan. Thank God, sang aktor cilik pemeran utama, Bora Altas, sangat lucu dan pintar berakting. Gemas sekali melihatnya! Anak ini yang menolong saya agar tidak tertidur menyaksikan film ini. Ceritanya sendiri menurut saya terlalu simple (menurut saya lho). Atau mungkin juga apa karena ini adalah film terakhir dari trilogi karya Semih Kapanoglu, saya belum menonton yang pertama dan kedua jadi kurang mendapatkan 'feel' yang disampaikan. Film pertamanya berjudul Egg (Yumurta); menceritakan kisah Yusuf pada saat berumur 40-an, lalu Milk (Süt); tentang masa remaja Yusuf. Tentu film yang menjadi official submission Turkey untuk Best Foreign Languange di ajang Oscar mendatang bukanlah sebuah film yang jelek, hanya mungkin otak saya belum sampai kesana.
● Ways of the Sea (Halaw) – Philippines
Halaw bercerita tentang kaum miskin di Filipina yang mencoba mengadu nasib menuju Sabah, Malaysia; menggunakan perahu kayu sebagai imigran gelap. Perahu yang ditumpangi kali ini berisi beberapa orang; ada anak kecil dan kakaknya yang menuju Sabah dengan harapan dapat bertemu dengan ibunya yang bekerja disana, ada juga penjual emas dan anaknya yang mencoba peruntungan di Sabah, lalu germo yang membawa mangsanya untuk 'dijual' disana, dll. Masing-masing punya rencana sendiri sesampai di Sabah, namun dengan sebuah tujuan yang sama yaitu memperoleh kehidupan yang mereka pikir akan lebih baik daripada menetap di Filipina. Akan tetapi, perjuangan untuk melintasi perbatasan Malaysia tidak mudah. Banyak patroli yang berkeliaran, mereka harus menanggung resiko apabila tertangkap.
>>> Film kedua saya di Jiffest ternyata juga tidak terlalu memuaskan. Menurut saya jalan cerita film ini sebenarnya sudah oke, karena hal-hal mengenai imigran gelap selalu menarik perhatian. Namun, penyajiannya membuat saya sebal. Mulai dari gambar yang sedikit buram dan gelapnya minta ampun, lalu sound yang berantakan; bayangkan saja bagaimana mulut para aktor yang sudah bergerak di layar lebar lalu suara baru keluar beberapa detik setelahnya! Hal tersebut tentu mengganggu sekali kenikmatan menonton saya. Bukan hanya itu, entah kenapa menurut saya akting para aktor dan aktris Filipina dalam ini tidak terlalu bagus, lebih bagus akting para pemain Indonesia.
● When We Leave (Die Fremde) - Germany
Seorang wanita asal Turki bernama Umay (Sibel Kekkili) telah menikah dan mempunyai seorang anak lelaki yang amat lucu, Cem (Nizam Schiller). Namun, sang suami Kemal (Ufuk Bayraktar) adalah seorang suami yang biadab dan sering main tangan. Sekujur tubuh Umay habis dipukuli Kemal apabila suaminya sedang dalam mood yang kurang baik. Dalam hal sex pun Kemal selalu semena-mena. Cem juga sering dibentak dan dikurung dalam kamar yang gelap. Suatu hari, Umay yang sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan suaminya, memutuskan untuk pulang ke Jerman menemui keluarganya yang tinggal disana. Tidak disangka, begitu ia memberitahu keluarganya bahwa dirinya dan Kemal lebih baik berpisah saja, sang ayah malah menentang keras. Begitu juga dengan kakaknya, Mehmet (Tamer Yigit). Mereka menganggap bahwa Umay adalah anak yang durhaka karena telah menikah dan punya anak namun malah menelantarkan suaminya, padahal Umay sudah menceritakan perlakuan suaminya, tetap saja keluarganya yang kolot lebih mementingkan omongan masyarakat daripada anaknya sendiri. Merasa tidak bisa lagi tinggal bersama keluarganya, Umay membawa Cem pergi berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya agar mereka tidak bisa disakiti lagi oleh siapapun. Keadaan bertambah gawat ketika Kemal ingin mengambil paksa Cem dari tangan Umay, hal ini bahkan disetujui keluarga Umay. Gila.
>>> Akhirnya film ketiga saya di Jiffest memuaskan juga! Saya sangat menyukai film ini. Jalan cerita, akting para pemain, dan emosi yang dipancarkan sangat terasa dan mengalir pas. Lagi-lagi aktor cilik dalam film ini sangat lucu, rasanya ingin saya bawa pulang saja. Dari awal saya seru sekali mengikuti perjalanan Umay dan anaknya melewati lika-liku kehidupan yang mereka alami. Saya sampai geregetan sendiri melihat kelakuan keluarga Umay yang menurut saya 'freak'. Apa kalian pernah nonton sebuah film yang pada saat akhir film anda disuguhkan sebuah ending yang membuat anda diam terpaku tidak dapat berkata-kata dan tiba-tiba 'jrenggg' filmnya habis. The End. Inilah drama yang diberikan Die Fremde, sebuah ending yang mengejutkan dan membuat saya lemas ketika diharuskan keluar gedung theater. Saya kaget dan tidak terima. I love this movie! Film ini juga merupakan official submission dari Jerman untuk kategori Best Foreign Languange di Oscar mendatang lho! So far, kalau dibanding dengan saingannya, Bal, saya lebih menjagokan Die Fremde. :)