January 18, 2014

REVIEW: BLUE JASMINE

"Anxiety, nightmares and a nervous breakdown, there's only so many traumas a person can withstand until they take to the streets and start screaming."

Okay first of all, let me say, this just might be Woody Allen's finest film. There was NO bad perfomance in this movie in my opinion. Terutama, Cate Blanchett! Gosh, she did an awesome job here! Sebelumnya saya sudah dengar bagaimana bagusnya akting Cate di Blue Jasmine, namun saya tidak menyangka bahwa aktingnya akan sebagus ini. Begitu selesai nonton film ini, saya langsung bergumam sendiri, 'Anjrit, bagus banget aktingnya!'. Worth for the Oscar for sure! Saya tidak bisa membayangkan aktris lain memainkan karakter Jasmine yang sudah dibuat sedemikian rupa oleh Woody. Memang ia jagonya kalau menciptakan tokoh yang kompleks dan suka ngomong sendiri dengan isi kepala tumpah ruah, khas Woody Allen sekali.

Jasmine (Cate Blanchett) adalah seorang sosialita asal New York's Park Avenue. Suaminya, Hal (Alec Baldwin) adalah seorang pengusaha yang kaya raya. Namun kehidupan Jasmine berubah seketika begitu suaminya ternyata adalah seorang koruptor yang akhirnya masuk penjara dan bunuh diri disana. Pemerintah juga menyita hampir semua harta kekayaan miliknya. Karena mendadak miskin, terpaksa ia pergi ke San Fransisco untuk tinggal sementara dengan adiknya, Ginger (Sally Hawkins). Kehidupan Ginger sangatlah berbeda dengan Jasmine yang sangat mewah, ia hanya tinggal di sebuah apartemen kecil dengan kedua anaknya. Ginger sudah berpisah dengan suaminya, Augie (Andrew Dice Clay), dan ia sekarang sedang berpacaran dengan pria ugal-ugalan bernama Chili (Bobby Cannavale).

Jasmine tentu saja stress berat. Ia tidak punya pekerjaan, tidak ada pula lelaki kaya yang bisa dijadikannya prospek. Ia mulai mengalami gangguan saraf karena terlalu stress yang menyebabkan ia sering ngelantur ngomong sendiri kala mengingat masa lalu. "Some people, they don't put things behind so easily." Ia pun jadi bergantung pada pil penenang dan obat tidur. Belum lagi ia ketagihan pada alkohol. Kehidupannya hancur berantakan. Namun ia tetap saja 'tampil'. Bermodalkan baju, tas, sepatu, jaket, dan aksesoris mahalnya, ia tetap terlihat seperti wanita kaya yang juga masih tetap naik pesawat first class, meskipun sebenarnya ini hanya kamuflase saja. Gengsi pastinya berperan penting disini.

Cate Blanchett memerankan tokoh Jasmine dengan sangat realistis. Karakter Jasmine disini pastinya tidak disukai para penonton, namun tetap tidak bisa dipungkiri kalau penonton pun ikut iba sepanjang film. We just can't help but feel for her. Saya juga harus bilang kalau saya suka dengan semua outfit yang dipakai oleh Jasmine disini. All those designer dresses, cardigans, and handbags are just beautiful lol! Alec Baldwin juga pas sekali memerankan tokoh sang suami kaya yang terkesan sombong dan angkuh. Begitu juga dengan Sally Hawkins, yang karakternya sangat bertolak belakang dengan Jasmine. I love the contrast between the two. Peter Sarsgaard meski hanya muncul sebentar namun tetap punya esensi penting dalam keseluruhan film. Kehadiran Bobby Cannavale sebagai Chili juga membuat film ini semakin berwarna. Beberapa scene yang ada membuat saya tertawa dengan sajian black comedy ala Woody. Seperti yang saya bilang di awal, semua cast bermain dengan totalitasnya masing-masing.

Pada usianya yang sudah 77 tahun, Woody Allen sepertinya masih saja konsisten mengeluarkan paling tidak satu film setiap tahunnya. Ada yang bagus sekali, seperti Midnight in Paris (2010) -saya sangat suka film ini. Ada pula yang biasa saja dan ..hmm kurang bagus. Namun dengan kehadiran Blue Jasmine di tahun 2013, sekali lagi Woody Allen membuktikan kalau ia memang master-nya membuat film dan menulis cerita yang mempermainkan psikologi manusia. Emosional dan dramatis. Menyentuh dan membuat miris, namun tetap ada senyum didalamnya. Definitely one of his best movie in the last 20 years, and of course, one of my favourite too.






REVIEW: JACK RYAN: SHADOW RECRUIT

Viktor Cherevin: You Americans like to think of yourselves as direct. Perhaps you are just rude.
Jack Ryan: Perhaps you are just touchy.

Saya menonton Jack Ryan di hari pertama penayangannya pada hari Kamis lalu. Bukan karena tidak sabar, lebih pada sambil menunggu macet selepas pulang kerja. Karena rata-rata semua film sudah ditonton, jadi tidak ada salahnya menonton Jack Ryan. Jujur, saya tidak terlalu tertarik menonton film ini. Menurut saya akan biasa banget dan terlalu 'Mission Impossible'. Namun dengan tidak adanya ekspektasi sama sekali, saya ternyata sangat menikmati film ini. Tidak spesial memang, namun ketegangan yang disajikan dari awal hingga akhir begitu intens sehingga film ini menjadi tontonan yang seru dan menyenangkan. Very entertaining!

Diangkat dari karakter terkenal yang dibuat Tom Clancy, Jack Ryan bercerita tentang seorang pemuda yang membongkar akun finansial teroris asal Rusia yang ingin menjatuhkan finansial Amerika. Film dibuka ketika Jack (Chris Pine) yang merasa terpanggil untuk mengabdi kepada negara setelah ia menyaksikan kejadian 9/11. Ia lalu bertugas di Afghanistan dan mengalami cedera punggung parah yang mengharuskannya menjalani terapi yang lumayan lama. Seorang agen CIA bernama Harper (Kevin Costner) mendatanginya di tempat rehabilitasi dan menawarkannya untuk menjadi mata-mata. Ia lalu diminta untuk melanjutkan kuliahnya sampai mendapatkan gelar doktor dan bekerja di Wall Street Bank sebagai analis. Sepuluh tahun kemudian ia lalu menemukan kejanggalan pada sebuah akun milik Viktor Cherevin (Kenneth Branagh) asal Russia sampai pada akhirnya ia ditugaskan untuk pergi ke Russia dan membongkar semua terorisme ini. Dalam tugasnya ini, ia bukan hanya membantu negara, ia harus menyelamatkan dirinya sendiri dan juga tunangannya, Cathy (Keira Knightley).

Menurut saya Chris Pine merupakan pilihan yang 'aman' untuk memerankan reboot Jack Ryan ini. He is a very likeable lead. Dengan wajah yang terlihat seperti 'a Boy Scout on a field trip' face, karakter Jack Ryan kali ini dibangun dengan sangat manis dan realistis. Namun entah kenapa saya merasa Keira Knightley kurang pas memerankan tunangan Jack Ryan, chemistry antara mereka berdua kurang terasa dan ujung-ujungnya karakter Keira jadi terasa sedikit menyebalkan. Kenneth Branagh dan Kevin Costner termasuk pilihan yang oke dengan perannya masing-masing, sayang script yang disajikan memang serba 'nanggung'. Terus terang saya sangat menikmati Jack Ryan: Shadow Recruit ini, namun tidak bisa dipungkiri kalau film ini tidak terlalu istimewa dan forgettable. But did I say that I enjoyed the whole movie?