July 20, 2013

REVIEW: THE CONJURING

"Look what she made me do."

James Wan is definitely a horror genius! Saw pertama yang disutradarainya tahun 2004 merupakan titik awal kejeniusannya dikenal dunia. That is a great slasher entertainment! Lalu tahun 2010 kemarin, Wan juga menakuti penonton dalam Insidious. Saya lumayan suka dengan Insidious yang menurut saya merupakan sebuah oldschool horror, reviewnya bisa dibaca disini. Tapi, semua tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan The Conjuring! Trust me, this movie will make you jump from your seat and scream like a little girl! Semua sudah di planned oleh James Wan dengan sangat baik, mulai dari cast, score, tone warna, script; and it turned out to be an epic shit horror! To make it worse, this movie is based on a true story. Damn.

Ed (Patrick Wilson) dan Lorraine Warren (Vera Farmiga) adalah pasangan suami istri paranormal yang bisa dibilang terkenal akan kemahiran mereka dalam memecahkan kasus gaib. Mereka mengajarkan tentang kekuatan ilmu hitam dan cara menanganinya dalam sebuah kelas, sambil juga tetap menerima kasus-kasus dan mengumpulkan semua footage yang ada. Mereka bahkan 'mengoleksi' barang-barang yang terisi ilmu hitam dan mengumpulkannya dalam satu kamar di rumah mereka, menurut Ed dan Lorraine akan lebih aman kalau barang-barang jahat ini dikumpulkan dalam satu tempat dibanding berada di tangan orang yang salah.

Ada satu kasus yang tidak mereka ceritakan pada public karena kasus ini merupakan kasus yang paling seram dan sulit selama mereka menjadi paranormal. Kasus ini dimulai ketika Carolyn (Lily Taylor) datang meminta bantuan Ed dan Lorraine untuk mencoba melihat apa yang terjadi didalam rumah baru mereka. Roger (Ron Livingston) dan Carolyn serta kelima anak perempuan mereka yang baru pindah ke sebuah rumah baru disamping danau mendapatkan gangguan-gangguan sejak hari pertama mereka menginjakkan kaki ke rumah tersebut. Semakin lama gangguan ini semakin membabi buta sampai akhirnya mereka memutuskan untuk mencari bantuan The Warrens. Hal ini di konfirmasi oleh Lorraine yang langsung mendapatkan perasaan tidak enak dan merasa sesuatu yang amat buruk pernah terjadi dalam rumah tersebut.

Saya suka bagaimana James Wan pelan-pelan membangun intensitas horror dalam film ini. Dimulai dengan ketakutan yang masih bisa ditolerir sampai berujung dengan seisi bioskop yang menjerit bersama. Bukan berarti anda akan dibuat santai di awal, oh tidak, anda tetap akan merasa tegang sejak awal film dimulai dan hal ini akan dibangun semakin kuat mulai pertengahan menjelang akhir. Banyak film horror yang misinya hanya menakuti penonton dengan membuat kaget dan mempertontonkan wujud super seram, tapi sebuah film horror yang baik adalah yang memiliki jalan cerita serta membuat para penontonnya bukan hanya kaget tapi takut secara emosional. That what makes it a good horror movie!

I can say that The Conjuring is simply the best horror movie I've seen. It's a classic! Sebuah horror pintar dengan ketakutan-ketakutan orisinil yang belum pernah anda lihat dimanapun. Disaat menonton, anda akan berfikir dalam hati dan mengambil ancang-ancang kemana ketakutan ini akan berujung, akan tetapi James Wan rupanya tau jalan pikiran anda dan malah menakuti anda dari sisi lain, ini yang membuat penonton tidak kuat menahan teriakan. End credit film ini juga sangat keren. Saya beruntung sekali bisa menyaksikan lebih dulu dalam preview screening kemarin malam, semua orang tepuk tangan setelah film usai. Clap, clap!





July 12, 2013

REVIEW: PACIFIC RIM 3D

"In order to fight monsters, we created monsters of our own."

I went to see Pacific Rim with no expectations at all. I thought, well okay, another Transformers movie which not gonna be as good as Transformers, but hell I was wrong. Tetapi ternyata dengan tidak adanya ekspektasi sama sekali membuat saya sangat menikmati menonton Pacific Rim, meskipun dua teman yang nonton bersama saya ternyata tidak suka, and they're boys. Jadi ya, balik lagi film itu memang tergantung selera orang masing-masing, kebetulan I really enjoyed this movie. I watched it on IMAX 3D and I thought it was a mindblowing experience! The special effects and the robots fighting scenes are really cool, you don't wanna miss it! I think the 3D version is recommended. Jalan cerita sendiri sebetulnya so-so, tidak terlalu istimewa. Tapi trust me, this is one of the great summer movie this year! Jangan ekspektasi tinggi-tinggi, langsung nonton aja. :)

Beberapa tahun dari sekarang, alien's monsters Kaiju yang muncul dari portal dasar laut Pasifik mulai datang menyerang Bumi. Perlahan tapi pasti mereka mulai menghancurkan infrastruktur yang ada dan membunuh manusia yang mereka temui. Negara-negara mulai cemas dan akhirnya mereka memutuskan untuk bekerjasama membuat robot-robot yang diberi nama program Jaeger. Robot Jaeger harus dikendalikan dua orang pilot yang saling bertautan memorinya. Semakin kuat ikatan yang ada antara kedua pilot tersebut, maka semakin baiklah pengendalian robot Jaeger. Raleigh Becket (Charlie Hunnam) merupakan salah satu top Jaeger's pilot. Namun setelah kematian kakaknya, ia memutuskan untuk tidak menjadi pilot lagi. Lima tahun kemudian pimpinan kelompok resistance, Stacker Pentecost (Idris Elba) kembali mencari Raleigh dan mengajaknya ikut dalam pembasmian Kaiju dikarenakan level monster Kaiju yang semakin lama semakin tinggi dan penghancuran yang dilakukan sudah mengarah ke kiamatnya Bumi.

Sejujurnya ketika awal film saya merasa agak aneh dengan film ini, serius nggak; bercanda juga nggak. Namun seiring dengan berjalannya film saya jadi mengerti bahwa Del Toro sengaja membuat Pacific Rim tidak seserius itu! Semua pemain sepertinya sengaja dibuat 'lebay', beberapa scene sengaja dibuat 'cheesy', dan tentu saja adegan pertarungan antar robot dibuat 'wah' sekali! Tidak disangka trik ini berhasil! Overall, saya merasa menonton Pacific Rim seperti sedang bermain sebuah permainan video game yang seru dan membuat kita ingin bertepuk tangan ketika setiap adegan pertempuran selesai. Charlie Hunnam bisa dibilang annoyingly lovable disini; sebel tapi suka. Gimana yah?! :p Idris Elba top lah! Rinko Kikuchi awalnya menurut saya agak 'off' tapi lama-lama saya jadi berfikir, mungkin memang sengaja dibentuk seperti ini karakternya agak sedikit anime. Kehadiran Charlie Day sebagai seorang Dr.Newton Geiszler juga sangat menghibur, begitu juga dengan Ron Perlman as Hannibal Chau. Pokoknya saran saya kalau kalian ingin menonton Pacific Rim adalah 'WHY SO SERIOUS?!'.






REVIEW: THE HEAT

Agent Sarah Ashburn: They're spandex, they just hold everything together.
Det. Shannon Mullins: Why? What's going to come popping out?

I really had fun watching The Heat! Siapa sangka kalau film ini bisa membuat seisi bioskop terhibur dan tertawa hampir di sepanjang film. Tema yang diangkat The Heat memang bukanlah sebuah tema yang baru, sudah banyak film dengan tema serupa, seperti sebut saja 21 Jump Street (2012); meski dengan gender yang berbeda. Bridemaids (2011) karya sutradara Paul Feig juga merupakan tontonan yang sangat menghibur, jadi tidak heran kalau kali ini Paul kembali memperlihatkan kepiawaiannya membuat film komedi lainnya. Terus terang saya malah lebih menyukai The Heat dibandingkan Bridesmaids, ada beberapa lelucon di Bridesmaids yang menurut saya sedikit berlebihan. The Heat memiliki komposisi keseluruhan yang pas.

Sarah Ashburn (Sandra Bullock) merupakan seorang agen FBI yang cemerlang. Ia memiliki insting yang kuat dan sudah banyak kasus-kasus yang dipecahkannya dengan mudah. Namun karena sikapnya yang arogan, ia tidak disukai oleh teman-temannya. Ketika ada kesempatan untuk kenaikan jabatan di kantor, ia langsung bersedia ketika disuruh sang atasan untuk menangani sebuah kasus yang berkaitan dengan pengedaran narkoba di Boston. Disana ia terpaksa harus bekerja sama dengan seorang detektif lokal bernama Shannon Mullins (Melissa McCarthy). Mullins bisa dibilang memiliki karakter yang sangat berbeda dengan Ashburn, ia jauh lebih 'gangster style', but still, she's great in what she's doing. Kedua karakter ini mau tidak mau bersatu guna memecahkan kasus tersebut, namun permusuhan yang terjadi diawal bisa saja berujung dengan persahabatan.

Chemistry, chemistry, chemistry! It's all about chemistry! Ini merupakan hal penting dalam The Heat, karena kalau antara Bullock dan McCarthy tidak tercipta jalinan chemistry yang sedemikian rupa, pastilah hasilnya akan berbeda. Sandra Bullock kembali membuktikan kalau jalur ini memang jalur yang sangat dinikmatinya, she ruled it! Melissa McCarthy juga untungnya tidak berlebihan disini, tadinya saya sedikit takut kalau ia akan terlalu over, alias 'maksa'. Namun ternyata dengan dipasangkannya kedua aktris ini, The Heat menjadi sebuah tontonan guilty pleasure yang sangat menghibur! Script yang ada juga patut dipuji, banyak jokes segar yang dihadirkan didalam film ini. Jadi meskipun tema dan jalan cerita biasa saja, jokes dan akting para pemainnya tidak akan membuat penonton kecewa. Lagi pula, ini film komedi, tidak perlu jalan cerita ribet yang membuat penonton pusing, just watch it and you'll be entertained.






July 11, 2013

REVIEW: THE LONE RANGER

"Never remove the mask, kemosabe."

The Lone Ranger bisa dibilang merupakan ajang reuni para awak Pirates of the Caribbean, mulai dari sang pemeran utama, Johnny Depp, sampai sutradara dan penulis. Depp sendiri memang sudah sangat identik dengan karakter-karakter seperti ini and I think I kinda getting tired of it. Bukan berarti saya tidak menikmati kualitas akting jempolan Depp, tidak ada yang perlu diragukan kalau soal itu, akan tetapi rasanya agak jenuh melihat ia mengambil peran yang itu-itu saja. Spesialisasi, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkannya. Bukan hal yang buruk memang, maybe it's only me. Saya dari awal memang tidak terlalu tertarik dengan kehadiran The Lone Ranger, mulai dari melihat poster dan menonton trailernya. It turned out that I didn't like the movie very much, I did enjoy some scene though, mostly dari awal sampai pertengahan film. Tapi setelahnya sampai film berakhir saya malah merasa bosan.

Film dimulai dengan adegan dimana seorang pengacara muda bernama John Reid (Armie Hammer) yang kembali ke kampung halamannya di Texas. Ia secara tidak sengaja terlibat dalam sebuah adegan kriminal didalam kereta yang melibatkan seorang Indian bernama Tonton (Johnny Depp) dan seorang penjahat kelas kakap yang sudah amat terkenal kesadisannya, Bush Cavendish (William Fitchner). Hari itu semestinya menjadi hari eksekusi Bush, akan tetapi kawanannya menyelamatkan Bush. John Reid pun akhirnya bergabung dengan kakaknya dan beberapa warga lain dalam sebuah kelompok bernama Texas Ranger. Namun naas, semuanya dibunuh dengan sadis, kecuali John. Dibantu dengan Tonton, mereka berdua pun berniat membalas dengan kepada kawanan Bush Cavendish karena ternyata dendam yang mereka pendam tertuju pada orang yang sama.

Sejujurnya, The Lone Ranger bukanlah sebuah film yang amat-sangat-buruk. Bisa dibilang, it's an okay movie, I'm sure it's pretty entertaining for some people. Tapi seperti yang sudah saya tuliskan diatas, saya hanya bisa menikmati setengah awal dari film ini, setengahnya lagi menurut saya memiliki isi yang kurang penting. Durasi yang terlalu panjang, ini jadi problem utama The Lone Ranger. Dengan durasi dua setengah jam, satu jam sebelum film berakhir saya dibuat bosan dan menunggu kapan film akan selesai. Armie Hammer menurut saya tidak kalah bagus kualitas aktingnya, berkolaborasi dengan seorang aktor besar seperti Johnny Depp tentu saja bukan hal yang mudah. Namun Armie membuktikan bahwa kharisma yang ia punya tidak kalah bersinar. Saya pertama kali tau Armie Hammer dari film The Social Network (2010), disana ia berperan ganda sebagai Winklevoss bersaudara, which I think he stole the spot light there. Helena Bonham Carter tidak terlalu banyak porsinya dalam film ini, tetapi seperti biasanya, ia selalu bisa membuat suasana jadi lebih meriah. Almost all the cast here are brilliant, masalah bukan dari jajaran cast, script dan durasi yang terlalu panjang membuat The Lone Ranger tidak menjadi salah satu film favorit saya summer tahun ini. :)