November 24, 2011

REVIEW: THE TWILIGHT SAGA: BREAKING DAWN - PART 1


































Edward Cullen: I'll see you at the alter.
Bella Swan: I'll be the one in white.

Bergembiralah para penggemar Twilight! Akhirnya Breaking Dawn - Part 1 rilis juga. Bagi para Twi-Hards (sebutan untuk penggemar berat Twilight) film ini tentu saja sudah sangat dinantikan. Apalagi didalamnya akan ada pernikahan antara Edward Cullen dan Bella Swan (finally!). Setelah kisah cinta yang berbelit-belit dan 'unyu-unyu' akhirnya si vampir pucat berglitter berhasil membawa sang pujaan hati ke pelaminan. Lucu memang (atau romantis?) melihat vampir menikah dengan manusia biasa, apalagi setelah perjuangan panjang selama 3 film! Seperti review-review film Twilight yang sudah pernah ada di blog ini, saya selalu mengatakan kalau saya sangat menyukai novelnya, menurut saya cerita karangan Stephenie Meyer itu sangat bagus dan seru sekali untuk dibaca. Namun visualisasi yang diangkat dari novel ke layar lebar sangat lah menggelikan, atau bisa dibilang tidak sesuai dengan ekspektasi saya yang adalah penggemar novelnya. Well, untuk Breaking Dawn - Part 1 ini sebetulnya saya tidak mengatakan kalau film ini sangat-amat-buruk-sekali, hanya saja kalau anda bukan fans Twilight lebih baik lewatkan saja film ini daripada nanti anda mual-mual.

Setelah melewati berbagai rintangan; mulai dari perang dengan sesama vampir, serigala, sampai konflik cinta segitiga yang super 'dirumitkan' itu, akhirnya Edward Cullen (Robert Pattinson) berhasil membawa sang pujaan hati Bella Swan (Kristen Stewart) ke pelaminan. Di usia yang baru 18 tahun ini akhirnya Bella telah mengambil keputusan mantap untuk menikah dengan vampir yang sangat dicintainya itu. Mereka pun berbulan madu ke sebuah pulau private yang romantis. Hubungan yang selama ini hanya 'kissing-only' pun tentu saja berkembang ke langkah selanjutnya. Baru sebentar, tiba-tiba Bella dinyatakan hamil. Mereka pun kembali ke rumah keluarga Cullen. Kehamilan Bella prosesnya sangatlah cepat, janin yang dikandungnya bukanlah janin biasa melainkan campuran antara manusia dan vampir. Dikarenakan proses pertumbuhan janin yang sangat cepat itu, kesehatan Bella pun menurun drastis. Tubuh Bella sepertinya tidak akan kuat dan hal ini tentu saja sangat membahayakan nyawanya.

Edward yang tidak mau kehilangan Bella pun menyarankan agar janin tersebut digugurkan saja, namun Bella bersikeras ingin mempertahakan janin tersebut. Bujukan dari Jacob (Taylor Lautner) untuk menggugurkan bayi itu pun tak digubrisnya. Kabar tentang bayi setengah vampir yang sedang dikandung Bella ini pun terdengar juga oleh kawanan serigala. Para serigala ini menganggap kalau bayi tersebut nantinya akan membahayakan sehingga mereka berencana untuk memusnahkan bayi yang sedang dikandung Bella itu. Keluarga Cullen pun tidak tinggal diam, dibantu oleh Jacob mereka berusaha sekuat tenaga agar para kawanan serigala itu tidak dapat menyentuh Bella sama sekali. Masalah pun bukan hanya sampai disitu. Permasalahan utamanya adalah apakah Bella bisa bertahan sampai melahirkan bayi tersebut? Kalau sampai Bella meninggal sebelum bayi tersebut lahir maka Edward pun tidak berkesempatan untuk mengubah Bella menjadi vampir. Artinya, ia harus merelakan Bella meninggal dunia.

Sebetulnya menurut saya agak konyol Breaking Dawn dibagi menjadi Part 1 dan Part 2. Karena hampir setengah film di Part 1 ini hanya menyajikan adegan mesra Edward dan Bella saja. Saya sampai merasa sedang menonton film panas Robert Pattinson dan Kristen Stewart. lol. Film ini pun terasa lambat dan hanya berputar-putar disitu saja. Memang sih maksudnya supaya chemistry antara Edward dan Bella terasa intens, namun menurut saya jadinya agak sedikit berlebihan. Dari segi akting menurut saya Kristen dan Taylor menunjukkan kemajuan yang lumayan signifikan. Kalau Robert yaa..begitu-begitu saja lah. Mungkin para Twi-Hards akan tetap terhibur melihat idola mereka 'gelendotan' dari awal sampai pertengahan film, bahkan mungkin sedikit-sedikit akan keluar kata-kata ‘ugh..so sweet’. Yap, because they love it! Makanya saran saya, kalau anda bukan Twi-Hards jangan sampai geli sendiri menyaksikan film ini. Two tumbs up untuk make-up dan spesial efek Bella pada saat mengandung, wajahnya terlihat tirus dan lesu sekali, very convising! Beberapa hal yang saya nikmati dari film ini: design altar pernikahan di awal film sangat indah sekali dengan juntaian bunga putih yang terasa romantis, gaun pernikahan yang dipakai Bella bagian belakangnya super keren, dan entah bagaimana caranya Taylor Lautner terlihat sedikit lebih ganteng di film ini. Ohh well..itu saja. :p





October 29, 2011

REVIEW: MIDNIGHT IN PARIS




































"Nostalgia is denial - denial of the painful present."

Siapa yang tidak suka dengan kota Paris? Siapa juga yang tidak suka berfantasi? Kalau suka dengan keduanya, berarti Midnight in Paris adalah tontonan yang pasti akan menghibur anda. Saya bisa dibilang lumayan nge-fans dengan Woody Allen, meskipun tidak semua filmnya bagus dan sukses di pasaran. Tapi ada benang merah dari setiap film-film Woody yang sangat saya sukai, dialog-dialog 'pintar' khas Woody Allen lah yang selalu saya nantikan. Tiga besar film Woody yang paling saya suka adalah Annie Hall (1977), Match Point (2005), dan Vicky Cristina Barcelona (2009). Setelah menonton film terbarunya Midnight in Paris, list tiga besar tersebut pastinya akan bergeser, karena saya suka sekali dengan film ini! Saya suka dengan ide nostalgia yang diangkat Woody, belum lagi saya yang memang sangat jatuh cinta dengan kota Paris yang katanya paling romantis ini langsung terhipnotis sepanjang film oleh setting-an kota Paris yang berusaha ditonjolkan Woody. Film ini juga terasa sedikit berbeda dari film-film Woody Allen sebelumnya, but in a good way though. Buktinya Midnight in Paris sukses menjadi tontonan pembuka di Festival Cannes tahun ini dan lumayan sukses secara finansial.

Gil (Owen Wilson) dan Inez (Rachel McAdams) adalah sepasang kekasih yang sedang berlibur ke Paris sekaligus menemani orang tua Inez mengurus bisnis mereka disana. Gil adalah seorangscreenwriter Hollywood yang sukses, namun ia sedang berkutat dengan novel perdana yang menjadi impiannya. Gil selalu menyukai kota Paris, ia menganggap kalau Paris adalah kota yang tepat untuk seniman seperti dirinya. Bahkan, ia memiliki impian untuk tinggal di Paris setelah ia menikah nanti. Ia bahkan tidak keberatan berjalankaki di kota itu pada saat hujan, bahkan Gil merasa itulah saat-saat terbaik yang dinantikannya. Gil juga punya pemikiran bahwa pada masa1920-an pasti sangat asik apabila hidup dan tinggal di Paris, itu merupakan 'golden age' versi Gil.

Suatu malam pada saat Inez pergi ke club dengan teman-temannya, Gil lebih memilih untuk berjalan kaki di sepanjang jalanan Paris menuju hotelnya. Tepat tengah malam, ada sebuah mobil yang berhenti dan mengajaknya untuk bergabung. Tanpa pikir panjang Gil pun ikut dengan orang-orang yang tidak dikenalnya itu. Ketika tiba di sebuah pesta, Gil mengamati keadaan sekitar. Terlihat suasana vintage yang sangat kental, dengan gaya busana dan tata rambut seperti jaman dulu. Namun yang membuat Gil kaget setengah mati adalah ketika ia disana berkenalan dengan nama-nama besar seperti Ernest Hemingway (Corey Stoll), F. Scott Fitzgerald (Tom Hiddleston), Zelda Fitzgerald (Alison Pill), Cole Porter (Yves Heck), Pablo Picasso (Marcial Di Fonzo Bo), Salvator Dali (Adrien Brody), dll. Gil seperti kembali ke masa lalu, masa yang sangat ia impikan. Sejak hari itu, setiap tengah malam ia selalu bertemu dengan 'teman-teman' nostalgianya. Curhat dengan Fitzgerald, berkonsultasi tentang novel dengan Hemingway, mendapat petuah hidup dari Dali, sampai melihat langsung Picasso melukis.

Saya menonton Midnight in Paris tanpa mengetahui jalan ceritanya sama sekali. Saya belum membaca sinopsis dan tidak memiliki bayangan apapun tentang isi film ini. Terus terang saya tertarik sekali dengan judul dan posternya, namun entah mungkin karena pemeran utamanya adalah Owen Wilson, saya kurang begitu tertarik. Namun ternyata perlu saya akui kalau Owen Wilson adalah pilihan yang tepat sebagai Gil, ia membawakan karakter Gil dengan sangat natural. Minggu lalu saya memutuskan untuk mencoba menonton film ini karena faktor 'Paris' yang membuat penasaran dan nama besar Woody Allen disana. Olala..ternyata saya sangat menyukai ide cerita yang diangkat Woody dalam film ini! Terkadang nostalgia memang membawa perasaan menyenangkan tersendiri. Melihat karakter Gil yang sedang bernostalgia ke masa-masa golden age-nya, saya sepertinya juga merasa excited sendiri. Ada sisi menggelitik tersendiri ketika melihat karakter-karakter besar seperti Hemingway, Fitzgerald, Dali, Picasso, Porter, dll 'dihidupkan' kembali.

Kehadiran nama-nama yang sudar familiar di daftar pemeran pendukung juga membuat film ini semakin menarik. Marion Cotillard juga sukses mencuri perhatian dalam film ini. She is so-super-duper pretty! Latar belakang kota Paris dengan bentuk bangunan-bangunan yang menurut saya romantis itu sangat pas dengan tema nostalgia, apalagi didukung dengan pilihan-pilihan soundtrack yang sempurna. Saya juga suka dengan ending yang dipilih oleh Woody. Saya merasa kalau pada ujungnya nanti, dalam situasi apapun yang sedang kita alami, kita memang harus mengikuti kata hati (but use a little bit of your brain too, of course!). Semua ilusi atau apapun yang sedang dialami oleh karakter Gil sebenarnya merupakan jeritan hatinya selama ini, fantasi yang dijalaninya beberapa waktu terakhir di Paris menurut saya adalah refleksi dan komunikasi yang sedang berusaha ia keluarkan. Dengan berfantasi seperti itu Gil mendapatkan ketenangan dan kehadiran tokoh-tokoh favoritnya itu juga membuatnya lebih percaya diri dengan keputusan yang akan diambilnya. Midnight in Paris adalah salah satu film favorit saya tahun ini! VoilĂ ! :) Ngomong-ngomong kapan yaa saya bisa berkunjung ke kota Paris? Hmm.. *ngarep* hahahaha..





October 22, 2011

REVIEW: FRIENDS WITH BENEFITS





































"Men and women can't be friends."

Belum lama rasanya saya menonton No Strings Attached yang diperankan oleh Ashton Kutcher dan Natalie Portman, kali ini masih pada tahun yang sama hadir lagi satu film dengan tema serupa, Friends with Benefits. Sang sutradara, Will Gluck, tahun 2010 lalu berhasil menyutradarai Easy A yang membuat akting Emma Stone dalam film tersebut mendapat pujian sana sini. Rasa penasaran lah yang membuat keinginan untuk segera menonton Friends with Benefit, apalagi Justin Timberlake dan Mila Kunis terlibat cinta lokasi dalam proses syuting film ini. Saya jadi tidak sabar melihat bagaimana chemistry yang dihasilkan. Tema filmnya sendiri memang tidak istimewa, bisa dibilang pasaran. Selain No Strings Attached, film tahun 1989 When Harry Met Sally juga membawa tema serupa dan sampai sekarang menurut saya film itu lah yang paling baik, salah satu film favorit saya!

Dylan (Justin Timberlake) adalah seorang editor yang baru saja pindah kerja ke New York. Di kota besar itu ia bertemu dengan Jamie (Mila Kunis) yang membantunya mendapatkan pekerjaan di salah satu media ternama disana. Keduanya baru saja putus cinta dan dalam waktu sekejap mereka sudah akrab dan menjadi teman baik. Akan tetapi karena memang dasarnya berbeda jenis kelamin, mereka sepakat untuk melangkah lebih jauh dari hubungan pertemanan yang sedang dijalin tersebut. Keduanya merasa sama-sama tertarik secara fisik satu sama lain, maka menurut mereka tidak ada salahnya mereka berhubungan sex tanpa menjalin hubungan asmara, hanya murni pertemanan saja. Kelanjutannya tanpa perlu saya spoiler panjang lebar disini pun pasti semua sudah bisa menduga-duga endingnya akan berujung seperti apa.

Klise memang, akan tetapi menurut saya Friends with Benefits lumayan sukses menghibur. Akting Justin Timberlake dan Mila Kunis disini bisa dibilang terlihat alami, lagipula adegan ranjang yang mereka lakoni juga terlihat alami. Seperti yang sudah diduga, chemistry yang terjalin antara mereka sangat terasa. Beberapa cameo ternama juga ikut memeriahkan film ini seperti Woody Harrelson, Richard Jenkins, Emma Stone, dll. Secara keseluruhan saya lumayan menyukai film ini, tidak sampai istimewa sekali, mungkin tidak akan saya ingat dalam jangka waktu yang lama. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri juga kalau Friends with Benefits termasuk sebuah tontonan romcom yang sangat menghibur. Dialog-dialog 'cerdas' sepanjang film lumayan membuat penonton tersenyum. Satu hal lagi yang menonjol dari film ini adalah sisi modern yang ditonjolkan didalamnya, termasuk adegan-adegan yang lumayan vulgar, jadi jangan ajak adik yang masih dibawah umur untuk menonton film ini. Overall, I didn't love the film - but I liked and enjoyed it! :)





September 15, 2011

REVIEW: KUNG FU PANDA 2




































"My son saved China - you, too, can save! Buy one dumpling, get one free! - LOL!"

Maaf sekali saya jarang menulis review film beberapa waktu belakangan ini. Sedang jenuh dengan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup membuat mood menulis menghilang entah kenapa. Padahal saya sudah menonton film ini sejak awal tayang di bioskop, tapi baru 'memaksa' otak saya untuk memikirkan review-nya hari ini. Huff.. Semoga teman-teman moviefreaks sekalian tidak bosan yaa berkunjung ke Jagoan Movies. Terima kasih juga untuk semuanya yang sudah sering menyemangati di twitter (@gabzpanda), it means a lot to me! :)

Sekian interupsinya, sekarang back to the movie! Woo-hoo..Kung Fu Panda 2! Siapa sih yang tidak suka melihat tingkah laku konyol si panda gendut bernama Po? Menonton film ini bersama teman-teman membuat saya tertawa hampir tidak berhenti dari awal hingga akhir film. Gokil, lucu, konyol, gila, campur aduk jadi satu! Belum lagi animasi yang luar biasa bagus, kali ini saya menonton versi roll digital (2D) sehingga semakin jernih gambar yang terpampang di layar lebar. Puas sekali! Sepertinya sih yang 3D tidak berbeda jauh gambarnya. Secara keseluruhan entah kenapa bagi saya Kung Fu Panda 2 lebih lucu dari yang pertama, intinya saya lebih suka yang kedua ini. Ohh well..

Kali ini Po (Jack Black) dan kawan-kawannya; Tigress (Angelina Jolie), Monkey (Jackie Chan), Mantis (Seth Rogen), Crane (David Cross), dan Viper (Lucy Liu) harus menghadapi seorang musuh baru yang luar biasa menyebalkan, yaitu si buruk merak, Lord Shen (Gary Oldman). Selain harus mengalahkan Shen, Po juga harus menguatkan dirinya karena ia telah mengetahui kalau ia bukan lah anak dari si angsa leher panjang Mr.Ping (James Hong). Orang tua aslinya meninggalkannya begitu saja dan sekarang ia harus mencari tahu alasan dari semua itu. Ternyata Shen juga mengetahui asal usul Po, lengkap lah sudah alasan Po dan kawan-kawan ingin menalukkan sang buruk merak arogan itu.

Banyak sekali dialog-dialog lucu yang ditawarkan sekuel Kung Fu Panda kali ini. Belum lagi gambaran animasinya yang sangat baik. Voice-acting dari jajaran cast ternama juga tentu saja tidak perlu diragukan lagi. Lucu sekali melihat animasi Po saat masih kecil, bayi panda super imut! Jalan cerita memang biasa-biasa saja, akan tetapi saya tetap lebih suka yang kedua. Lebih lucu, lebih emosional, lebih seru, dll. Saya tidak bilang kalau yang pertama tidak bagus, hanya saja kalau diperbandingkan saya lebih suka yang kedua. Ahh..pokoknya dijamin melihat gambar-gambar konyol dalam Kung Fu Panda 2 akan membuat anda 'ngakak'! :DDD





August 19, 2011

REVIEW: FAST FIVE




































"You only live once, lets do this!"

Perlu diakui kalau franchise film ini memang selalu menarik untuk dijadikan tontonan hiburan. Para lelaki terhibur dengan mobil-mobil keren dan para wanita cantik nan sexy yang selalu hadir disini. Lalu wanita juga tentunya terhibur dengan para pria macho yang hobi ngebut. Belum lagi ditambah soundtrack yang selalu bersemangat dan asik untuk didengar. Saya pribadi paling suka dengan film pertama yakni The Fast and The Furious (2001). Waktu itu yang ada dalam benak saya, 'Filmnya keren banget!'. Selanjutnya 2 Fast 2 Furious, ohh well..tidak ada Vin Diesel dalam jajaran cast, tentu saja penonton kecewa, filmnya sendiri pun menurut saya memang mengecewakan. Berlanjut lagi dengan The Fast and the Furious: Tokyo Drift (2006) yang memangkas semua para pemain lama, digantikan dengan pemain baru. Kali ini menurut saya lumayan saja, namun kehadiran sosok Han yang diperankan oleh aktor Korea; Sung Kang, cukup mencuri perhatian. Terakhir Fast & Furious (2009) boleh ditonton, jauh lebih baik dari pada yang sudah-sudah. Namun, siapa sangka kalau Fast Five kali ini merupakan yang terbaik dari semua yang ada, at least ini menurut pendapat saya.

Fast Five bercerita tentang Brian O'Connor (Paul Walker) dan pacarnya yang juga adik Dom, Mia (Jordana Brewster) sedang berada di Rio de Janiero, Brazil, untuk bertemu dengan teman lama mereka, Vince (Matt Schulze). Disana juga akhirnya mereka bertemu lagi dengan Dominic Toretto (Vin Diesel) yang baru melarikan diri dan berstatus buronan. Mereka bertiga akhirnya setuju dengan tugas baru yang diberikan oleh Vince, yakni membantu mafia no.1 di Brazil, Hernan Reyes (Joaquim de Almeida). Namun ada sesuatu yang janggal dalam misi itu, sampai akhirnya Dom memutuskan untuk melakukan misi 'bunuh diri' yang apabila berhasil dapat merubah hidup mereka semua. Untuk merealisasikan misi ini mereka tidak bisa hanya bertiga saja, mereka lalu mengumpulkan teman-teman lama untuk membantu dan nantinya hasil yang didapatkan akan dibagi rata. Tentu saja jumlah yang mereka incar sangat amat besar, namun itu juga dibarengi dengan konsekuensi yang luar biasa besar pula. Apalagi Dom dan kawan-kawan sedang dicari FBI yang mengutus orang terbaik mereka, Luke Hobbs (Dwayne Johnson).

Apa sebenarnya alasan saya berani mengatakan kalau Fast Five adalah film terbaik dari keseluruhan franchise ini? Senang sekali rasanya melihat para pemain yang berkesan muncul dan reuni bersama dalam film ini. Jalan cerita yang ditawarkan kali ini memang bisa dibilang tidak istimewa, namun selipan humor yang ada sangat menghibur! Kehadiran 'The Rock' dalam film ini juga membuat keseluruhan isi film semakin meriah. Fast Five hadir pure sebagai entertainment movie, tidak perlu berfikir pada saat menonton, nikmati saja aliran adegan aksi yang ada. Banyak dialog yang membuat penonton tertawa, ini juga semakin menambah nilai plus. Mungkin ada beberapa orang, terutama para pria pecinta otomotif yang kecewa karena dalam Fast Five kali ini tidak menyajikan mobil-mobil super keren seperti sebelumnya. Namun bagi orang yang memang tidak terlalu mempermasalah itu, Fast Five benar-benar sebuah tontonan yang memuaskan apalagi jika disaksikan dalam layar lebar. Jadi tidak sabar menunggu sekuel selanjutnya, kabarnya Eva Mendes akan kembali bergabung, begitu juga dengan karakter Letty yang diperankan oleh Michelle Rodriguez yang sepertinya akan diceritakan ternyata belum atau tidak jadi mati. Well, we'll see..





August 18, 2011

REVIEW: HARRY POTTER AND THE DEATHLY HALLOWS: PART 2




































"It all ends."

Usai sudah franchise yang luar biasa sukses selama hampir 14 tahun terakhir ini dan disukai oleh banyak orang dari seluruh penjuru dunia, Harry Potter and the Deathly Hallows: Part 2 menjadi film Harry Potter ke-8 sekaligus menjadi film penghabisan. Bagi para penggemar setianya, sudah pasti ini membawa kesedihan yang luar biasa. Apalagi bagi mereka yang merasa 'tumbuh' bersama dengan Harry, Ron, dan Hermione. Meskipun saya bukan penggemar fanatik, saya pun merasa sedih karena tahun depan sudah tidak ada lagi hype Harry Potter yang seketika membuat bioskop penuh sesak. Tapi saya juga senang, karena film ini ditutup dengan sedemikian memuaskan oleh David Yates. Big thanks to him! Berhubung saya bukan pembaca novelnya, jadi saya tidak berhak memberikan komentar mengenai adaptasi yang ada, tapi saya puas sekali dengan apa yang saya tonton. Harry Potter and the Deathly Hallows: Part 2 merupakan salah satu film Harry Potter terbaik dari yang ada.

Harry (Daniel Radcliffe), Ron (Rupert Grint), dan Hermione (Emma Watson) melanjutkan misi terakhir dan yang paling menentukan guna mengalahkan Lord Voldermort (Ralph Fiennes). Hanya tinggal tiga buah Horcruxes yang belum diketemukan, apabila mereka bisa menemukan sisanya maka sudah pasti rencana akan berjalan lancar. Namun misi mereka menemukan letak Horcruxes diketahui oleh Voldertmort dan tentu saja pertempuran besar pun tak terhindari lagi. seluruh kekuatan dan pendukung Voldermort melawan para pendukung Harry Potter dari Hogwarts bertempur habis-habisan. Namun, yang pada akhirnya dapat mengalahkan Voldertmort hanyalah Harry seorang.

Diantara semua film Harry Potter yang ada, saya berani mengatakan kalau film ini lah yang memiliki visual efek paling jempolan. Luar biasa halus dan memanjakan mata! Part 2 juga merupakan film Harry Potter dengan adegan pertempuran yang paling intens dan menegangkan. Memang plot dari Part 2 ini tidak terlalu istimewa, namun adegan action tanpa henti yang disajikan disini sungguh membuat jantung berdetak lebih cepat, penonton seakan tidak sabar melihat Harry Potter vs. Lord Voldertmort, setelah menunggu sampai delapan film! Fiuhh..finally. Karakter Neville Longbottom (Matthew Lewis) merupakan karakter yang paling saya sukai dari film ini. Begitu juga pada saat terungkapnya asal usul Professor Severus Snape (Alan Rickman), menurut saya scene tersebut digambarkan dengan baik sekali, sangat menyentuh namun tidak cengeng.

Para pemain utama seperti Daniel, Rupert, dan Emma terlihat sekali memberikan performa yang juga 'habis-habisan'. Disamping penampilan mereka yang terlihat lebih mature, kualitas akting yang ada dalam Part 2 juga terasa lebih matang dan prima. Bukan hanya mereka, menurut saya seluruh cast yang terlibat dalam film ini sepertinya memang berusaha mati-matian membuat film ini menjadi film penutup yang baik. Dan mereka berhasil! Apalagi yang penonton harapkan? Ini sudah lebih dari cukup dan menurut saya David Yates sudah mampu memenuhi ekspektasi para penggemar. Saya pribadi sangat puas dengan film ini. Sedih juga rasanya menerima kenyataan kalau film ini akhirnya sudah selesai. Tapiii..well done! Overall, sangat amat memuaskan! :)





August 10, 2011

REVIEW: SOMETHING BORROWED




































"I thought guy like you would never like girl like me."

Something Borrowed diangkat dari sebuah novel percintaan karya Emily Giffin dengan judul yang sama. Layaknya sebuah film romantic comedy yang ringan, Something Borrowed juga tidak bermodalkan script luar biasa ataupun twist yang rumit, melainkan hanya menjadi sebuah tontonan yang manis. Saya pribadi sangat menyukai film ini, saya rasa para wanita lainnya juga akan menikmati alur cerita yang disuguhkan. Simple story, predictable ending, but very sweet and touching at the same time! Kehadiran Kate Hudson dan John Krasinski dengan kualitas akting mereka yang jempolan dalam film ini juga sangat membantu menambah poin plus pada keseluruhan film. Saya yang belum pernah membaca novelnya malah jadi ingin segera beli! :)

Rachel (Ginnifer Goodwin), seorang wanita yang biasa-biasa saja. Saat kuliah di jurusan hukum ia bertemu dengan seorang pria tampan bernama Dex (Colin Egglesfield). Mereka akrab satu sama lain dan diam-diam Rachel memendam perasaannya terhadap Dex. Akibat tidak percaya diri, Rachel hanya bisa pasrah ketika Dex 'direbut' oleh sahabatnya yang cantik dan sexy, Darcy (Kate Hudson). Sampai pada saat Dex dan Darcy sudah akan mempersiapkan pernikahan, Rachel malah tidak sengaja mengungkapkan perasaannya kepada Dex. Tidak disangka, Dex juga merasakan hal yang sama. Namun, Rachel berada pada keputusan yang sulit, apa ia harus memilih untuk memperjuangkan pria yang dicintainya namun menyakiti sahabat terbaiknya atau mundur agar sahabatnya bahagia namun dirinya lah yang menderita?

Beruntung Rachel memiliki sahabat yang baik dan sangat perduli dengannya. Ethan (John Krasinski) selalu memberikan masukan dan motivasi kepada Rachel, ia berharap kalau Rachel dapat mendorong Dex untuk membuat pilihan secepatnya karena Ethan tidak suka melihat sahabatnya seperti dipermainkan perasaannya oleh Dex. Namun, situasi yang terjadi memang rumit. Apalagi Rachel dan Darcy sudah bersahabat sejak kecil, meskipun kepribadian keduanya sangat bertolak belakang tapi mereka sudah jelas sayang satu sama lain. Sulit memang ketika harus memilih antara cinta atau persahabatan.

Something Borrowed ternyata berhasil menjadi sebuah film romcom yang jauh lebih baik dari bayangan saya. Setiap karakter yang ada dalam film ini dimainkan dengan pas sekali oleh para aktor dan aktris yang ada. Saya sangat menikmati menonton film ini. Menurut saya cerita yang disajikan terlihat sederhana, namun sebenarnya rumit apabila kita membayangkan ada di posisi sang pemeran utama. Secara keseluruhan menurut saya film ini lumayan berhasil menyajikan sebuah tontonan yang mudah dicerna namun tidak menjadi sebuah tontonan 'sampah'. Sisi komedi dan romantis didalamnya tersaji dengan seimbang. Satu hal lagi yang penting, John Krasinski semakin membuktikan kalau ia adalah aktor yang patut diperhitungkan. Two tumbs up untuk aktingnya dalam film ini! Ohh well, mungkin saya tidak akan mengingat film ini sampai jangka waktu yang lama, namun saya tidak perduli karena saya sangat terkesan ketika selesai menontonnya. I enjoyed it so much! :)