February 19, 2010

REVIEW: MY NAME IS KHAN



























"My name is Khan and I am not a terrorist."

Setelah bulan Januari kemarin saya menonton film India untuk pertama kalinya di bioskop (re: 3 Idiots), akhirnya bulan ini saya kembali ke bioskop untuk menonton film India kedua saya yaitu My Name is Khan. Kali ini saya tidak terlalu buta dengan nama sutradara dan para pemainnya. Karan Johar, sang sutradara, sebelumnya sudah pernah menyutradarai film Kuch Kuch Hota Hai (1998) dan Kabhi Kushi Kabhie Gham (2001). Tentu saja saya sudah penah menonton keduanya, karena dulu kedua film tersebut bisa dibilang cukup fenomenal di Indonesia dan sudah beberapa kali diulang di saluran televisi lokal kita. Bukan hanya nama sutradara saja yang sama, pemeran utama di My Name is Khan juga sama dengan kedua film itu, yaitu pasangan Shahrukh Khan dan Kajol.

Cerita film ini lebih 'berat' ketimbang 3 Idiots, tema yang diangkat pun bukan tema yang mudah untuk digarap dalam sebuah film. Bercerita tentang Rizwan Khan (Shahrukh Khan), seorang muslim yang berasal dari Mumbai, India. Sejak kecil ia menderita Asperger's Syndrome, sebuah sindrom sejenis autis tapi dalam versi yang lebih parah. Rizwan kecil tinggal bersama ibu dan adiknya, ketika beranjak dewasa sang adik yang sering merasa iri dengan Rizwan karena mendapat perhatian lebih dari sang ibu akhirnya memutuskan untuk melanjutkan sekolah di Amerika. Beberapa tahun setelah kepergian sang adik, ibunya meninggal dunia. Mau tidak mau Rizwan pun menyusul sang adik ke Amerika. Disana ia bertemu dengan pujaan hatinya bernama Mandira (Kajol) yang seorang janda beranak satu. Dan dimulai lah hari-hari Rizwan di Amerika.

Awalnya kehidupan Rizwan di Amerika memang berjalan baik-baik saja, namun semua berubah ketika pesawat yang dibajak teroris menabrak gedung WTC sampai runtuh berkeping-keping, kita mengenalnya dengan sebutan 9/11. Peristiwa tragis ini jelas saja membuat rakyat Amerika marah dan otomatis kehidupan pada pendatang di Amerika menjadi serba salah, khususnya bagi mereka yang memiliki wajah timur seperti Arab, India, dll. Terlebih lagi kalau mereka adalah seorang muslim, mereka akan diperlakukan seenaknya dan tidak adil. Hal ini tentu saja turut berpengaruh dalam kehidupan Rizwan Khan di Amerika, apalagi ia menyandang nama 'Khan' yang memang adalah sebuah marga untuk pemeluk agama Islam. Peristiwa keji itu memang sempat membutakan mata rakyat Amerika, mereka menganggap semua muslim adalah teroris, padahal tidak semuanya sama seperti yang mereka kira. Seperti satu pelajaran yang pernah dituturkan ibu Rizwan kepadanya dulu, bahwa di dunia ini hanya ada 2 jenis manusia, yaitu manusia baik dan manusia jahat, tidak ada perbedaan lagi selain 2 hal itu. Janganlah menjadikan agama sebagai perbedaan. :)

Dari awal film kita diajak untuk mengikuti lika-liku kehidupan seorang Rizwan Khan. Alur cerita yang dibuat bolak balik memang bisa membingungkan penonton, akan tetapi apabila kita memperhatikan film ini dari awal pasti tidak akan bingung. Cerita berjalan mulus dan asik untuk dinikmati, emosi penonton pun dibuat naik turun, ini memang ciri khas film Bollywood. Uniknya di film ini tidak ada adegan bernyanyi-nyanyi, hanya ada sekali dan itupun menurut saya tidak 'lebay'. Akting Shahrukh Khan pun jempolan sekali, padahal perannya disini tidak mudah karena bukan hanya menuntut seorang aktor untuk bisa berakting tapi juga harus pintar menciptakan ekspresi dan menghidupan emosi karakter tersebut. Kajol pun tampil cantik sekali disini, didukung dengan kualitas akting yang baik pula. Yang membuat film ini semakin sempurna adalah chemistry antara mereka berdua. Tidak heran, karena mereka memang sudah sering dipasangkan dalam satu frame. Kalau disini mungkin contohnya Nicholas Saputra - Dian Sastro. Hehe..

Film ini sangat sayang untuk dilewatkan, apalagi jarang ada film India yang main di XXI. Tapi saran saya, kalau anda bukan pecinta genre drama mungkin akan sedikit bosan dengan durasi yang panjang. Memang ada beberapa scenes yang sepertinya terkesan sengaja dipanjangkan, tapi bagi saya itu tidak menggangu keseluruhan film. FYI, saya memang termasuk pecinta drama. Lalu diakhir film juga akan muncul sosok presiden AS yang menurut saya sosoknya agak 'lucu'. Tapi kecuali dua hal itu tidak ada alasan lain koq untuk tidak menonton film ini. Tema yang diangkat 'berani' dan ceritanya pun memberi pesan yang luar biasa, tentang usaha untuk saling menghormati antar umat beragama, etnis, suku, bangsa, dan warna kulit. Sebuah hal yang sangat indah bukan? :)





February 17, 2010

REVIEW: THE WOLFMAN




































"When the moon is full the legend comes to life"

The Wolfman adalah remake dari film klasik karya George Waggner pada tahun 1941 yang berjudul 'The Wolf Man'. Kali ini di tangan sutradara Joe Johnston, film bertema manusia serigala ini kembali hadir. Entahlah, saya sendiri belum menonton versi klasiknya, namun saya kurang suka dengan film ini. Seperti kurang 'greget' pada saat saya menyaksikannya. Memang, suasana kelam dan vintagenya sangat berhasil membangun atmosfir 'dark and classic', akan tetapi sayang sekali filmnya tidak diimbangi oleh jalan cerita yang baik.

Bercerita tentang Lawrence Talbot (Benicio Del Toro) seorang pemain theater di Amerika yang pulang ke kampung halamannya di Inggris setelah menerima surat misterius perihal kematian tragis sang adik, Ben. Ayahnya, John Talbot (Anthony Hopkins) sepertinya tidak terpengaruh dengan kejadian menyedihkan itu. Lalu ada juga tunangan sang adik, Gwen Conliffe (Emily Blunt) yang sangat terpukul dengan kematian suaminya dan meminta agar Lawrence mencaritahu siapa pembunuh yang tega melakukan hal tersebut. Jasad Ben ditemukan sudah dalam keadaan tragis, seperti dibunuh oleh seekor binatang buas. Namun para masyarakat pun bingung, binatang sepertinya tidak akan bisa membunuh sampai sekejam itu. Lalu muncul lah asumsi-asumsi tentang kematian Ben ini. Sebetulnya siapa yang membunuh Ben? Yaa..kalau membaca judulnya sih pasti sudah ketebak kalau itu perbuatan manusia serigala. Lalu apa Lawrence berhasil menemukan dalang dari semua ini? Silahkan tonton filmnya..

Ekspektasi awal saya sebetulnya sangat positif untuk film ini, apalagi membaca nama besar seperti Anthony Hopkins dan Benicio Del Toro. Ya, mereka memang bermain baik seperti biasa dalam film ini. Mereka berdua berhasil menangkap karakter masing-masing dengan meyakinkan. Emily Blunt juga tampil baik, cocok dengan karakter yang dimainkan. Lalu apa yang membuat film ini buruk di mata saya? Naskah dan alur cerita yang dangkal. Dialog-dialog yang ada disini terkesan terlalu dibuat-buat. Lalu alur ceritanya pun tidak jelas, seperti menggantung. Mungkin yang bagus hanya kostum dan make-up saja. Terlebih lagi, special effects disini sepertinya terlihat buruk, kecuali pada saat transformasi manusia menjadi serigala. Satu hal lagi, film ini sama sekali tidak menyeramkan. Melihat manusia serigala berteriak-teriak bukanlah hal yang menyeramkan, yaa setidaknya bagi saya. Semua adegan disini sepertinya tidak ada yang mampu menempel di ingatan saya. Keganasan manusia serigala dalam membunuh mangsanya sampai usus dan isi perut berceceran malah membuat saya tertawa. Itu tidak menjadi hal yang jijik ataupun menyeramkan, malah lebih terkesan menggelikan, kembali lagi ke akar permasalahan dari awal, naskah yang buruk.

Saya tidak merekomendasikan film ini. Tapi apabila anda tetap penasaran yaa silahkan saja ditonton. Seperti yang sering saya bilang di blog ini, bagus atau tidaknya sebuah film tergantung dengan selera masing-masing orang. Kalau menurut saya film ini buruk, belum tentu anda sependapat bukan? Jadi silahkan meninggalkan komentar disini tentang pendapat anda mengenai film ini. Thanks before! :)






February 12, 2010

REVIEW: PERCY JACKSON & THE OLYMPIANS: THE LIGHTNING THIEF




































"Greek mythology in a new modern way"

Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief diadaptasi dari buku karya Rick Riordan yang pertama dari total lima buku yang ada dalam kisah Percy Jackson & the Olympians. Disutradarai oleh Chris Columbus yang pernah menyutradarai Harry Potter pertama dan kedua. Sudah pasti film ini akan dibanding-bandingkan dengan kesuksesan luar biasa dari film Harry Potter. Saya sendiri belum membaca bukunya, jadi review saya kali ini tidak bisa membahas tentang sukses atau tidaknya film ini mengadaptasi bukunya.

Bercerita tentang Percy Jackson (Logan Lerman) seorang remaja yang tidak tahu kalau dirinya seorang demigod (manusia setengah dewa), ayahnya adalah Poseidon si Raja Lautan (Kevin McKidd), salah seorang dari tiga dewa tertinggi di Olympus. Tiba-tiba Percy dituduh mencuri tongkat halilintar milik Zeus (Sean Bean), dewa yang paling kuat dan berkuasa. Akhirnya mau tidak mau identitasnya akhirnya harus diketahui Percy. Ia pun dibantu oleh Grover (Brandon T. Jackson) yang selama ini menyamar menjadi teman di sekolahnya, padahal Grover adalah seekor Satyr (manusia setengah kambing), yang bertugas melindungi Percy. Dalam perjalanan ke perkemahan demigod, ibu Percy yang seorang manusia biasa tewas terbunuh. Lalu disana ia juga didatangi oleh Hades (Steve Coogan), dewa neraka yang memberinya penawaran untuk mengembalikan kembali ibunya dengan catatan Percy harus menyerahkan tongkat halilintar milik Zeus itu padanya. Penawaran ini ditolak oleh Mr. Brunner (Pierce Brosnan), seorang Chiron (manusia setengah kuda) yang menjadi guru pembimbing di perkemahan demigod. Namun, atas dasar ingin menyelamatkan sang ibu, akhirnya Percy pun memutuskan untuk pergi ke alam neraka guna menemui Hades dan menjelaskan bahwa dirinya bukanlah pencuri tongkat halilintar tersebut. Tentu Percy tidak sendirian, ia ditemani oleh sang pelindung setia, Grover, dan teman barunya di perkemahan, Annabeth (Alexandra Daddario), putri Dewi Athena. Perjalanan mereka bertiga menuju alam neraka tidak mudah, mereka harus bertemu dengan Medusa (Uma Thurman), ular naga yang memiliki banyak kepala, dll. Apakah Percy Jackson dan kawan-kawan berhasil dalam misinya?

Menurut saya filmnya cukup menghibur, tapi plotnya sangat sederhana dan endingnya predictable. Chemistry antar pemainnya juga kurang terjalin. Special effects pun biasa-biasa saja, tidak istimewa. Akting para pemain senior seperti Pierce Brosnan, Uma Thurman, Rosario Dawson, dan Sean Bean bisa dikatakan baik. Logan Lerman yang notabene pendatang baru juga berhasil mencuri perhatian dengan tampang innocent-nya. Alexandra Daddario yang memiliki wajah cantik juga pasti akan mempermudahnya memperoleh tempat di jagat Hollywood. Pertanyaannya, apakah film ini berhasil menyamai gaung Harry Potter yang pertama? Jawabannya tidak. Harry Potter jauh lebih baik dari Percy Jackson. Setidaknya Harry Potter tidak akan mudah dilupakan sampai tahun-tahun mendatang, namun Percy Jackson sepertinya hanya akan berakhir seperti Narnia yang dari segi kualitas lumayan baik dan laku terjual di pasaran, namun tidak memorable.

Well, tapi tidak rugi koq menonton film ini. Tontonlah dengan ekspektasi yang tidak terlalu tinggi, nikmati filmnya. Beberapa lelucon tokoh Grover berhasil membuat saya tertawa. Saya yakin pasti bukunya lebih bagus dari filmnya, jadi ingin coba baca. Overall, worth to watch and quite entertaining. Sekuelnya, 'Percy Jackson & the Olympians: The Sea of Monsters' direncanakan akan rilis tahun 2012, semoga lebih baik lagi dari yang sekarang. :)





February 8, 2010

REVIEW: FROM PARIS WITH LOVE























"Two agents. One city. No merci."

From Paris with Love merupakan tontonan yang menghibur bagi saya. Diangkat dari cerita karya Luc Besson yang sudah terkenal dengan Taxi, The Transporter, Banlieue 13 (District 13 Ultimatum), Taken, dll. Melihat beberapa judul tersebut sepertinya tipe film ini bisa dibilang hampir sejenis. Adegan action tempo cepat, kejar-kejaran dengan mobil, dan tembakan disana-sini. Film diawali dengan pengenalan karakter James Reece (Jonathan Rhys Meyers) yang merupakan asisten pribadi duta besar Amerika Serikat di Perancis. Karakternya diceritakan sebagai seorang yang pintar dan jago bermain catur, it means that he is good at solving problems. Karena itu, ia sangat punya keinginan terpendam untuk menjadi agen CIA, selama ini ia hanya mendapat tugas ringan seperti menukar plat mobil. Di Paris ia tinggal di apartemen bersama kekasih yang sangat dicintainya, Caroline (Kasia Smutniak). Suatu hari, Reece akhirnya mendapat tugas yang lumayan berat, berhubungan dengan masalah pemerintahan, yang ia sendiri pun belum jelas tentang apa. Di tugas ini ia diharuskan untuk menjadi partner dari Charlie Wax (John Travolta), seorang agen senior. Perangai Wax yang jago berkelahi dan membunuh musuh awalnya membuat Reece kaget, sampai-sampai ia berfikir untuk tidak jadi melakukan tugas ini. Namun setelah mengetahui kalau ternyata ia juga menjadi sasaran pembunuhan, akhirnya ia memutuskan untuk tetap menjalani kasus ini. Kenapa malah Reece yang menjadi target pembunuhan? Siapa sangka kalau dalang dari semuannya adalah orang terdekat Reece. Saya tidak akan spoiler disini karena filmnya juga baru diputar di bioskop Indonesia. Silahkan menonton kalau penasaran. Menurut saya, John Travolta bermain baik disini, ia memang cocok dengan karakter seperti ini. Jonathan Rhys Meyers juga menunjukkan performa akting yang cukup baik, siapa sangka kalau logat mandarinnya bisa sesempurna itu. Dan ternyata pasangan 'Double-J' ini cukup kompak bermain dalam satu film. Well, overall ... Quite good story. Great action sequences. A couple of good laugh. Go see it people! :)