July 30, 2010

REVIEW: SALT





































"My name is Evelyn Salt."

Satu lagi film action di jajaran summer movies tahun 2010. Kali ini pahlawan utamanya adalah Angelina Jolie yang memang sudah pernah melakoni peran-peran yang memacu adrenalin seperti dalam Tomb Raider (2001 dan 2003), Mr. & Mrs. Smith (2005), dan Wanted (2008). Setelah bermain sangat baik dalam Tomb Raider, Jolie memang langsung mendapatkan predikat sebagai seorang wanita tangguh, didukung dengan paras cantik nan tomboy serta bibir yang sensual tentu saja penggemar Jolie tersebar di seluruh belahan dunia. Dalam beberapa film berikutnya, Jolie kembali membuktikan kalau dirinya memang pantas bermain di film bergenre action, ini yang membuat semua orang tidak sabar untuk kembali melihat aksinya dalam Salt.

Evelyn Salt (Angelina Jolie) adalah seorang agen CIA yang sudah menikah dengan seorang ilmuwan bernama Mike (August Diehl). Suatu hari salah seorang mata-mata Russia bernama Orlov (Daniel Olbrychski) datang dan membongkar sebuah rahasia yang mengagetkan. Orlov mengatakan kalau Salt adalah mata-mata Russia yang sudah terlatih sejak usia belia. Salt yang kebingungan pun langsung melarikan diri dan dikejar oleh teman-temannya di CIA, Ted (Liev Schreiber) dan Peabody (Chiwetel Ejiofor) beserta tim lainnya. Ted dan Peabody yang belum terlalu yakin kalau Salt adalah mata-mata Russia yang menyamar menjadi bingung dengan ulah Salt yang memilih untuk melarikan diri. Apakah Evelyn Salt adalah seorang mata-mata? Atau ia hanya dijebak?

Dari awal sampai akhir film kita akan disajikan adegan aksi tempo cepat dari Angelina Jolie. Kalau berkata cocok atau tidak, sudah pasti Jolie cocok sekali dengan peran seperti ini. Hanya saja entah kenapa saya merasa adegan action dalam Salt kurang 'menggigit', begitu juga dengan plot cerita. Saya merasa serba 'nanggung' ketika menyaksikan film ini. Penjabaran cerita kurang mendalam sehingga karater yang ada dalam film terasa hambar tanpa adanya emosi yang kuat. Kalau soal aksi memang Jolie terlihat sangat hebat dalam menjalankan scene demi scene, namun ada pula beberapa scene yang terasa berlebihan. Menurut saya satu-satunya faktor yang menyelamatkan film ini hanya pesona dari Angelina Jolie, entah bagaimana jadinya kalau bukan Jolie yang menjadi pemeran utama. Secara keseluruhan saya tidak mengatakan kalau film ini jelek, masuk kategori biasa-biasa saja. Saya menikmati aksi hebat Mrs.Pitt disini.





July 17, 2010

REVIEW: INCEPTION





































Dreams feel real while we're in them. It's only when we wake up we realize that something was actually strange.

Saya bingung harus memulai review ini dengan kalimat apa karena terus terang karya Christopher Nolan kali ini betul-betul jenius. Nolan memang sudah pernah membuat Memento (2000) yang temanya juga mempermainkan pikiran. Tadinya bagi saya Memento sudah merupakan sebuah ide yang jenius sekali, namun kali ini Inception membawa sesuatu yang belum pernah saya tonton sebelumnya; sebuah pengalaman menonton film yang membuat saya berfikir sekaligus tegang dan takjub dari awal hingga akhir. Saya bahkan sulit untuk memindahkan pandangan dari layar bioskop karena memang film ini seperti mempunyai magnet kuat yang membuat saya terkesima. Bukannya mau melebih-lebihkan, akan tetapi Inception rasanya akan menempati posisi nomor 1 dalam daftar film terbaik dan terfavorit versi Jagoan Movies tahun 2010. Kemungkinan ini sudah 95% akan terjadi, kecuali sampai akhir tahun nanti ada film yang lebih gila dari Inception buatan Nolan. Namun sepertinya sulit kalau melihat kandidat-kandidat film yang ada sampai bulan Desember, tidak mudah untuk mengalahkan keistimewaan Inception.

Kali ini saya tidak akan menuliskan plot film ini sama sekali, karena esensi cerita dalam Inception sangat penting. Lebih baik anda tidak tahu terlalu banyak sebelum menonton. Saya sendiri hanya menonton trailer awal Inception, lalu sama sekali tidak mencari tahu lebih detail atau membaca sinopsis sama sekali. Saya hanya tahu kalau Leonardo Dicaprio disini akan berperan sebagai pencuri mimpi. Pencuri mimpi saja kedengarannya sudah sangat keren sekali bukan? Sepertinya para pembaca disini juga hanya perlu mengetahui sampai disini saja apabila belum menonton. Jangan membaca review yang penuh dengan isi film ini karena nantinya akan mengganggu keasikan anda saat menonton. Seperti yang sudah saya tulis diatas kalau Inception bertumpu pada ceritanya yang brilian, jadi the less you know the better. Saran saya, anda jangan terlambat datang ke bioskop, usahakan perhatikan detail cerita dari awal sampai akhir, karena semua berhubungan. Konsentrasi lebih memang diperlukan dalam menonton tipe film seperti ini, anda tidak akan mungkin mengerti film ini kalau misalnya anda menonton sambil sibuk twitter-an atau facebook-an. Saya malah sudah menonton film ini dua kali. :p

Sekarang dengan adanya Inception, saya berani untuk menobatkan Christopher Nolan dengan predikat sebagai seorang sutradara jenius. Inception sudah merupakan sebuah bukti kuat kalau Nolan mampu membuat sebuah karya yang beyond imagination, selebihnya juga tidak kalah hebat; Following (1998), Memento (2000), Insomnia (2002), Batman Begins (2005), The Prestige (2006), dan The Dark Knight (2008). Belum lagi proyek Batman terbaru yang sedang digarapnya dan direncanakan tayang tahun 2012. Dalam Inception, Nolan juga dengan teliti memilih para pemain, hasilnya? Luar biasa! Leonardo DiCaprio, Marion Cottilard, Joseph Gordon-Levitt, Ellen Page, Ken Watanabe, Tom Hardy, Cillian Murphy; mendengar nama-nama tersebut saja saya sudah menganga dibuatnya. Para pemain tersebut bermain sangat amat baik. Tidak ada yang terlihat lebih menonjol dibanding yang lain, semua bermain pas dengan porsi masing-masing. Ditambah lagi dengan special effects yang tanpa cela dan alunan scoring dari Hans Zimmer yang membuat jantung berdetak lebih cepat. Beberapa adegan yang tidak bisa saya sebutkan dalam review ini (karena spoilers) benar-benar menempel dalam ingatan! Silahkan menonton dan setelah itu isi kolom komentar kalau ingin sharing tentang pendapat masing-masing. Selamat menikmati sebuah tontonan yang fenomenal! Kalau anda tidak cukup menangkap maksud film ini pada saat pertama menonton, ayo tonton lagi! :)





July 9, 2010

REVIEW: THE COVE




































"How much do you love dolphins?"

Siapa sih yang tidak suka dengan ikan lumba-lumba? Waktu kecil saya sering diajak ke tempat wisata di daerah Jakarta Utara untuk melihat atraksi lumba-lumba, seperti melihat sebuah sirkus! Disana saya juga pernah difoto oleh ayah saya ketika sedang mencium lumba-lumba, sebuah kenangan yang tidak terlupakan. Saya yakin diantara para pembaca sekalian pasti ada yang memiliki pengalaman serupa. Akan tetapi dulu saya masih terlalu kecil, saya belum menyadari kalau binatang-binatang sirkus itu diperdaya demi uang. Sekarang saya malah merasa kasihan melihat binatang-binatang dalam sirkus, memang menghibur; apalagi untuk anak kecil, tapi saya tidak berani membayangkan betapa tertekannya mereka karena dipaksa melakukan atraksi yang sebetulnya tidak ingin mereka lakukan. Ternyata ada yang lebih mencengangkan lagi daripada itu, The Cove menguak sebuah pembantaian ikan lumba-lumba yang terjadi di Jepang! :'(



















Film ini adalah sebuah film dokumenter yang disutradarai oleh Louie Psihoyos. Di awal film kita diperkenalkan kepada Richard O'Barry, seorang mantan pelatih lumba-lumba yang handal, ia juga dikenal karena pernah membintangi serial televisi terkenal tentang lumba-lumba berjudul Flipper pada tahun 1960-an. Ia bukan hanya membintangi film tersebut, tapi juga melatih lima ekor lumba-lumba yang bermain disana dan menampung mereka di danau dekat rumahnya. Ketika seekor dari lumba-lumba itu mati karena stress, Ric pun sadar kalau mengeksploitasi mereka bukan lah hal yang benar. Sejak saat itu ia memutuskan untuk menjadi seorang aktivis pecinta lumba-lumba. Bertahun-tahun melatih lumba-lumba membuat Ric faham betul gerak-gerik mereka, bahkan sudah seperti ada ikatan batin antara dirinya dengan binatang tersebut. Ia yakin sekali kalau lumba-lumba adalah binatang dengan tingkat kepintaran yang luar biasa.



















Mendengar desas-desus tentang pembantaian lumba-lumba di Jepang, Ric dan para kru memutuskan untuk mencari kebenaran sekaligus menjadikannya sebuah film dokumenter. Daerah yang mereka tuju adalah Taiji. Memasuki kota Taiji seperti memasuki sebuah kota yang berkedok pecinta lumba-lumba. Kota tersebut dihiasi segala pernak-pernik lumba-lumba, mulai dari umbul-umbul, kapal, museum, dan yang lainnya, persis seperti kota wisata lumba-lumba. Akan tetapi ada satu daerah terlarang di pinggir pantai Taiji, sebuah teluk kecil yang sangat dijaga ketat. Sebuah tempat yang sangat mencurigakan. Disanalah Ric dan kawan-kawan akan menguak kebenarannya. Bermodalkan strategi yang matang dan alat-alat bantuan, mereka memulai pengintaian di sekitar teluk. Hal yang tidak mudah dilakukan karena nelayan setempat sangat menjaga dan menutup rapat rahasia besar itu.



















Kalau film dokumenter biasanya membosankan, berbeda dengan The Cove. Dari awal kita disuguhkan dulu informasi tentang lumba-lumba, lalu kita diajak mengikuti Ric dan para kru ke Taiji, kita juga seakan ikut merasakan bagaimana susahnya mereka mendapatkan informasi tentang pembantaian itu, sampai pada akhirnya kita diperlihatkan kekejian yang terjadi dibalik teluk kecil tersebut. Saya sendiri sampai tidak dapat berkata-kata melihat air laut yang tadinya biru menjadi merah karena bercampur darah puluhan lumba-lumba yang dibantai para nelayan setempat. Hal ini terjadi setiap hari! Setiap hari sekelompok lumba-lumba ditangkap dan dibantai, begitu seterusnya. Masyarakat Jepang di daerah lain pun tidak mengetahui tentang adanya pembantaian ini, pemerintah seperti menutup rapat tentang apa yang terjadi dibalik teluk di Taiji. Miris sekali menonton The Cove. Apalagi pada akhir film disajikan sebuah adegan yang betul-betul membuat klimaks film ini sangat tersampaikan. Perasaan saya campur aduk ketika menyaksikan adegan akhir itu; sedih, haru, bangga, dan puas. Selesai menonton film ini, hati anda akan tersentuh. The Cove adalah sebuah film dokumenter yang wajib ditonton. Fakta membuktikan kalau sejak akhir tahun 2009 lalu, sudah sekitar 23.000 ekor lumba-lumba yang dibantai dengan keji, lalu apa yang harus kita perbuat? ☹ ☹ ☹ ☹ ☹ ☹ ☹ ☹ ☹ ☹ ☹ ☹




REVIEW: PREDATORS





































"This planet is a game reserve. And we're the game."

Predators bukanlah sebuah reboot melainkan sekuel dari dua film Predators sebelumnya yang rilis pada tahun 1987 dan 1990. Film ini diproduseri oleh Robert Rodriguez dan disutradarai oleh Nimrod Antal yang pernah menyutradarai beberapa film seperti Kontroll (2003), Vacancy (2007), dan Armored (2009). Saya sendiri bukanlah penggemar film Predators, bahkan saya belum pernah menonton dua film sebelumnya. Mungkin hanya AVP: Alien vs. Predator (2004) yang pernah saya tonton dan seingat saya film tersebut mengecewakan. Kali ini saya tertarik menonton Predators karena ada Adrien Brody didalamnya, saya penasaran ingin melihat aksi Brody. Nama Robert Rodriguez yang duduk di bangku produser juga menjadi salah satu faktor menjanjikan. Akan tetapi ternyata filmnya biasa-biasa saja menurut saya.

Tempo film berjalan sangat cepat, dari awal kita sudah disuguhkan beberapa orang yang tiba-tiba terlempar di sebuah planet asing. Masing-masing dari latar belakang yang berbeda, ada Royce (Adrien Brody); seorang tentara bayaran profesional, Isabelle (Alice Braga); tentara wanita yang baru kembali dari tugasnya di Israel, Nicolai (Oleg Taktarov); seorang tentara asal Rusia dengan senjata paling besar, Doctor Edwin (Topher Grace); seorang dokter, Stans (Walton Goggins); narapidana buronan FBI, Hanzo (Louis Ozawa); yakuza asal Jepang, dan beberapa orang lainnya. Mereka semua tidak tahu kenapa bisa berada di hutan yang belakangan diketahui berada di planet lain, yang mereka ingat hanya mereka tidak sadarkan diri dan sadar ketika sedang terbang dengan parasut dan terjatuh di planet tersebut. Di tengah kebingungan tentang apa yang harus diperbuat di tempat asing itu, makhluk-makhluk pemangsa yang ada disana mulai menampakkan diri, menyerang, dan membunuh mereka satu persatu.

Film dibuka dengan sesuatu yang menjanjikan, sepertinya akan seru sekali. Akan tetapi entah kenapa saya malah merasa bosan ketika masuk ke pertengahan. Tidak ada yang istimewa dari adegan kejar-kejaran dengan para Predators. Adegan actionnya tidak istimewa, cenderung membosankan. Satu-satunya yang menghibur hanya melihat aksi Adrien Brody yang biasanya kalem menjadi brutal di film ini, apalagi melihat perkembangan fisiknya yang lebih macho. Akting Adrien Brody saya acungi dua jempol, ternyata ia juga bisa bermain baik dalam film action. Special efek terbilang baik, karena wajah para predators terlihat lebih nyata. Mungkin plot cerita yang tidak jelas bagi saya yang bukan fans lah yang membuat saya kurang menyukai film ini. Endingnya dibuat menggantung karena masih akan ada lagi sekuel selanjutnya, mudah-mudahan Robert Rodriguez saja yang menggarap sekuelnya. Secara keseluruhan film ini tidak bisa dibilang jelek, pecinta film predators mungkin akan sangat menikmati film ini.





July 4, 2010

REVIEW: DESPICABLE ME 3D



































"We are going to steal the MOON!"

Beruntung sekali saya bisa mendapatkan undangan untuk menyaksikan Despicable Me lebih dulu hari ini dalam versi 3D. Animasi ini memiliki 3D terbaik dibandingkan semua film 3D yang pernah saya saksikan, berdampingan dengan Avatar tentunya, bahkan mungkin 3D Despicable Me bisa saya katakan lebih terasa keluar dari layar, eye-popping sekali! Saya sangat menyarankan agar teman-teman menonton versi 3D film ini karena dijamin anda pasti akan puas dan tidak rugi mengeluarkan uang lebih untuk membeli tiket. Film ini adalah animasi pertama yang dibuat oleh Illumination Entertainment yang kemudian didistribusikan oleh Universal Pictures. Menurut saya Illumination berhasil membuat sebuah proyek pertama yang sangat sukses dalam segi cerita maupun teknologi 3D. Jadi tidak sabar untuk menanti proyek animasi mereka selanjutnya, Flanimals dan Hop pada tahun 2011 mendatang. Apa suatu hari nanti bisa menyaingi animasi-animasi buatan 'raksasa' Pixar? We'll see.. Pixar memang masih lebih unggul dalam segi cerita, tapi Illumination tentu sudah punya spesialisasi sendiri yaitu racikan 3D terbaru milik mereka.

Despicable Me dibuka dengan adegan piramid yang telah dicuri oleh seseorang. Media bertanya-tanya siapakah pencuri hebat tersebut? Di tempat lain, Gru (Steve Carrell) adalah seorang pencuri yang telah berhasil mencuri beberapa barang penting seperti layar besar di New York, patung Liberty dan menara Eiffel. Namun bukan ia lah yang mencuri piramid tersebut, melainkan Vector (Jason Segel). Gru dan Vector menjadi saingan ketika ternyata Vector mengganggu misi besar Gru yaitu mencuri bulan! Gru tidak sendirian, ia dibantu oleh segerombolan makluk kuning bernama Minions dan Dr.Nefario (Russell Brand) yang jago membuat robot. Gru juga memanfaatkan tiga orang gadis kecil penjual kue dari panti asuhan untuk melancarkan misinya. Ia pun berpura-pura ke panti asuhan dan meminta izin dari Miss Hattie (Kristen Wiig) agar bisa mengadopsi Margo (Miranda Cosgrove), Edith (Dana Gaier), dan Agnes (Elsie Fisher). Akan tetapi siapa sangka kalau ketiga anak adopsinya itu malah merubah hidup Gru dari yang tadinya suram menjadi lebih berwarna.

Cerita Despicable Me menurut saya memiliki sebuah cerita yang simple tapi menarik, sehingga bisa diterima segala umur, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Banyak lelucon konyol yang mengocok perut dari awal hingga akhir film. Mulai dari bentuk karakter yang aneh dengan kepala kecil, hidung tajam, dagu panjang, badan besar, kaki kecil, sampai pada para Minions yang sungguh imut dan membuat saya jatuh hati. Bentuk dan suara Minions betul-betul lucu sekali! Karakter Vector yang nerdie juga sangat konyol menurut saya, dengan senjata-senjata andalannya yang tidak kalah konyol, Vector berhasil membuat saya terbahak-bahak di setiap kemunculannya. Agnes dengan wajah, rambut, dan suara yang imut juga dijamin akan membuat penonton langsung menyukainya. Meskipun didukung tiga pengisi suara yang semuanya adalah aktor komedi terkenal Hollywood, namun entah mungkin karena judul yang tidak terlalu menjual atau karakter kartun yang belum dikenal, film ini kurang ditunggu-tunggu oleh para penikmat film. Tapi ini adalah tugas saya untuk meyakinkan para pembaca blog agar mau menonton Despicable Me, ini adalah sebuah contoh animasi 3D yang sangat baik.

Sepertinya tahun 2010 adalah tahunnya animasi. Banyak sekali animasi bagus yang bermunculan sejak awal tahun. Ada tiga judul yang sudah lebih dulu masuk ke daftar 10 besar film favorit saya sampai saat ini adalah How To Train Your Dragon dan Toy Story 3, sekarang giliran Despicable Me yang melesat masuk ke dalam daftar tersebut. Sejauh ini dari 10 film terbaik pilihan saya sudah ada 3 animasi, entah apa akan bertahan sampai akhir tahun. Tapi itu adalah pertanda kalau Despicable Me adalah sebuah animasi yang recommended to watch, especially in 3D. Satu lagi pesan penting dari saya, jangan buru-buru keluar begitu film usai, tunggu saja sampai benar-benar habis. Karena selagi end credit muncul akan ada kejutan-kejutan yang luar biasa eye-popping dari para Minions, seru sekali! Pokoknya menonton film ini anda akan merasa seperti menaiki roller-coaster yang naik turun karena sangking serunya dengan 3D yang ditampilkan. :)





July 2, 2010

REVIEW: THE TWILIGHT SAGA: ECLIPSE




































"You wouldn't have to change for me Bella. I'm in love with you, and I want you to pick me instead of him."

Sekuel ketiga dari The Twilight Saga pastinya sudah ditunggu-tunggu oleh para Twi-Hards; sebutan untuk para fans berat Twilight. Buktinya di hari pertama kemarin, film ini berhasil membuat tiket di hampir seluruh bioskop sold out sejak siang. Mungkin akan berlangsung sampai dua minggu kedepan. Tidak heran, karena para Twi-Hards memang sangat loyal dan akan membela mati-matian semua kritik buruk tentang film dari franchise ini. Novelnya memang sangat menempel di hati para penggemarnya, begitu pula bagi saya. Novel Twilight series yang ditulis oleh Stephenie Meyer bisa dikatakan novel gabungan percintaan dan action yang sempurna. Akan tetapi, saya bukan fans dari film-film Twilight, entah kenapa semua visualisasinya hancur di mata saya. Film pertama tidak sesuai dengan ekspektasi tinggi saya, film kedua mengecewakan, kali ini, Eclipse yang diangkat dari buku ketiga ternyata memberikan surprise disaat saya sudah jenuh dengan film-film Twilight. Eclipse selangkah lebih baik jika dibandingkan dengan dua film sebelumnya.

Cerita Eclipse masih berputar-putar antara Isabella Swan (Kristen Stewart), Edward Cullen (Robert Pattinson), dan Jacob Black (Taylor Lautner). Semua menjadi rumit bagi Bella karena dalam film ini diceritakan kalau ia mulai menyadari kalau ia juga mencintai Jacob. Akan tetapi ia merasa kalau rasa cintanya pada Edward lebih besar. Seperti seorang wanita yang sedang kebingungan karena mencintai dua pria sekaligus, Bella pun gusar dan tidak ingin kehilangan keduanya. Di lain pihak, keselamatan Bella sedang terancam karena vampir Victoria (Bryce Dallas Howard) masih sakit hati akan kematian kekasihnya James yang dulu dimusnahkan Edward. Ia ingin membunuh Bella guna membalas dendam, ia ingin Edward merasakan sakitnya ditinggal oleh orang yang dicintainya. Segerombolan tentara vampir baru yang diketuai Riley (Xavier Samuel) juga berencana untuk menghabisi keluarga Cullen. Kisah hidup Jasper (Jackson Rathbone) dan Rosalie Hale (Nikki Reed) juga mulai terungkap.

Sutradara Eclipse, David Slade pernah menyutradarai film 30 Days of Night (2007) yang juga bertemakan vampir. Mungkin itulah sebabnya Eclipse terlihat ada kemajuan dalam segi action. Segi CGI pun terlihat lebih baik, transformasi para manusia serigala terlihat lebih nyata. Namun sangat disayangkan karena film ini terasa sangat bertele-tele, banyak dialog tidak penting yang terkesan dipanjang-panjangkan. Saya merasa sedikit bosan ketika menonton. Untungnya banyak juga diselipkan dialog-dialog yang lumayan mengundang tawa. Kristen Stewart terlihat lebih cantik dalam film ini, padahal ia menggunakan rambut palsu selama proses syuting karena rambutnya sekarang pendek sehabis syuting film The Runaways bersama Dakota Fanning. Robert Pattinson terlihat sama saja, putih seperti memakai tepung di wajah, bahkan ada satu scene dimana bagian leher bawah masih berwarna kecoklatan, oppsss..bagian make-up sepertinya kurang teliti. Taylor Lautner masih memamerkan badan sixpacknya dan seperti tidak takut masuk angin. Dakota Fanning hanya muncul sebentar dan tidak terlalu istimewa dalam Eclipse. Secara keseluruhan film ketiga dari Twilight ini memang menunjukkan sedikit kemajuan dibandingkan dua film sebelumnya. Mungkin fans beratnya akan sangat menyukai film ini, apalagi didalamnya ada banyak adegan ciuman antara Jacob - Bella - Edward (which was sooo weird for me). Jadi kalau anda termasuk Twi-Hards dan mencintai novel serta menikmati film pertama dan keduanya, silahkan tonton Eclipse, I bet you will love it! Namun jika anda bukan fans Twilight, mungkin sebaiknya lewatkan saja film ini. Cukup sewa dvd atau tidak usah menonton sama sekali. :)





July 1, 2010

REVIEW: KNIGHT AND DAY




































"Nobody follow us or I kill myself and then her!"

Tom Cruise dan Cameron Diaz adalah dua bintang besar yang bermain dalam film Knight and Day. Film ini disutradarai oleh James Mangold yang pernah menyutradarai Girl, Interrupted (1999), Kate & Leopold (2001), Identity (2003), Walk the Line (2005), dan yang terakhir adalah film aksi koboi yang dibintangi Russell Crowe dan Christian Bale, 3:10 to Yuma (2007). Skrip awal film ini ditulis oleh Patrick O'Neill dan diberi judul 'All New Enemies'. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, skrip tersebut lalu direvisi oleh beberapa orang dan berubah lagi menjadi beberapa judul seperti 'Trouble Man', 'Wichita', yang terakhir dan akhirnya dipakai adalah 'Knight and Day'. Entah kenapa akhirnya judul terakhir yang dipilih, menurut saya sedikit aneh, tapi mungkin memang lebih menjual dibandingkan dengan judul lainnya. Film ini memerlukan dana yang tidak sedikit karena proses syuting dilakukan di beberapa negara.

Filmnya bercerita tentang June Havens (Cameron Diaz) yang sedang berada di bandara dan siap terbang untuk menghadiri pernikahan adiknya beberapa hari lagi. Awalnya ia dilarang untuk naik ke pesawat dengan alasan tiketnya tidak sesuai, akan tetapi tidak lama kemudian sang petugas malah mempersilahkan ia masuk ke pesawat tersebut. Ternyata di dalam pesawat ia duduk disamping seorang pria tampan yang sudah bertabrakan dengannya dua kali di bandara sebelum masuk ke pesawat. Pria itu bernama Roy Miller (Tom Cruise). June yang sudah mengagumi Roy sejak awal tentu saja senang bisa duduk bersebelahan dengan Roy di dalam pesawat. Namun kenyataan malah membawa June ke sebuah misteri yang aneh. Roy ternyata bukan pria biasa, ia adalah seorang agen rahasia yang sedang menjalankan sebuah misi dan dijebak oleh temannya sesama agen rahasia,Fitzgerald (Peter Saarsgard). Sudah terlanjur basah, akhirnya June mau tidak mau terlibat dalam situasi yang menegangkan bersama Roy.

Saya menikmati film ini karena temponya cepat dan juga komedi yang ditampilkan berhasil membuat seisi bioskop tertawa. Terlepas dari jalan cerita yang sebenarnya klise dan sudah tertebak, namun skrip yang baik mampu membuat film ini menarik. Memang tidak terlalu istimewa juga, namun film ini termasuk suguhan summer movies yang sayang apabila dilewatkan. Bisa ditemukan beberapa lelucon segar dalam film ini. Adegan aksi yang disuguhkan juga lumayan membuat penonton tegang. Apalagi Tom Cruise dan Cameron Diaz bermain sangat baik disini. Tom memang sudah biasa kalau memerankan sebuah karakter sebagai seorang agen rahasia, namun disini tingkahnya sangat konyol, jadi seperti melihat pencampuran karakter Tom di Mission Impossible dan Tropic Thunder. Perpaduan yang unik. Cameron Diaz pun sangat cocok memerakan karakter June Havens yang centil, heboh, dan sedikit tomboy. Saya paling suka dengan akting Cameron Diaz disini, terlihat sangat natural dan apa adanya, tapi tidak menyebalkan seperti beberapa filmnya yang lain. Satu alasan lagi untuk menyaksikan film ini adalah pemandangan di beberapa tempat yang memanjakan mata, seperti Massachusetts, Austria, Andalucia, Spanyol, Port Antonio, Jamaica, Los Angeles, dan California. Another good summer movie this year! :)